Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Politik

Badung “Taen Sugih”, Suardika: Kita Butuh Pemimpin Baru

BADUNG (BaliPolitika.Com)- Badung Bangkit Berkeadilan Sosial yang menjadi cita-cita mulia pasangan bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Badung, I Gusti Ngurah Agung Diatmika- I Wayan Muntra diapresiasi anggota DPRD Badung dari Partai NasDem, I Gede Suardika. Semangat perubahan dan kebangkitan Badung ungkapnya merupakan jawaban atas kondisi nyata di masyarakat. Dalam posisi Badung sebagai kabupaten terkaya kedua di Indonesia, seharusnya masyarakat tidak “berteriak” di masa pandemi Covid-19. Faktanya, kondisi miris dan ironis inilah yang terjadi.

“Kami jajaran partai NasDem dari pusat hingga terbawah sangat semangat menyongsong perubahan yang lebih baik di Badung. Kami tidak hanya memenangkan paslon Diatmika-Muntra, melainkan memenangkan harapan masyarakat Badung. Kami punya semboyan restorasi; perubahan fundamental ke arah lebih baik. Bersama masyarakat Badung ingin juga bangkit dari keterpurukan. Masyarakat Badung sudah semua mengetahui bagaimana di kabupaten yang kaya masyarakat justru merasa miskin,” ungkapnya.

Suardika menyebut pandemi Covid-19 sangat meruntuhkan sendi-sendi perekonomian Badung. Jauh sebelum pandemi, target pendapatan asli daerah (PAD) yang dituju juga tidak tercapai dua tahun berturut-turut. Suardika mengaku malu atas celotehan masyarakat yang menyebut Badung sebagai mantan kabupaten kaya. “Badung dikatakan kabupaten mantan kaya. Kami dari NasDem Badung merasa terketuk mendengarkan aspirasi rakyat seperti itu. Merespons fakta itu, kami punya prinsip ingin di Badung ini ada perubahan. Masyarakat Badung kami ajak semua untuk tidak tutup mata dan hati atas situasi nyata yang terjadi,” tegasnya. Kalau tidak memilih Badung Bangkit, Suardika khawatir justru kebangkrutan yang akan dialami masyarakat. Bila itu terjadi maka seluruhnya akan menderita kerugian fatal.

Tentang istilah Badung “mantan kaya” Suardika menyerahkan penilaian tersebut kepada seluruh masyarakat Badung. Mantan kaya terangnya mengandung arti kabupaten terkaya kedua di Indonesia itu kini terpuruk. “Ini terjadi karena tata kelola keuangan Badung yang kurang bagus. Situasi Badung saat ini sangat-sangat sulit sekali. Bantuan kepada masyarakat di masa pandemi, Badung mengalami kesulitan. Badung tidak memiliki saving money dan itu berakibat sangat fatal. Pemimpin seolah tidak memikirkan bagaimana kondisi daerah di saat-saat tak terduga seperti pandemi Covid-19 saat ini. Kurang memikirkan masa depan,” tandasnya.

Lebih lanjut, Suardika mengajak masyarakat mempertanyakan pergeseran atau refocusing anggaran APBD Badung untuk penanganan Covid-19 senilai Rp 274 miliar lebih yang belum seluruhnya dikucurkan. “Kenapa sampai saat ini belum diturunkan? Ada apa? Kalau sudah dianggarkan berarti uang tersebut ada. Kami sudah sangat sering mempertanyakan itu, tapi sepertinya pemimpin saat ini kurang peduli. Jawaban eksekutif (Bupati dan Wakil Bupati Badung, red) belum pasti,” tegasnya.

“PAD Badung dua kali berturut-turut tidak masuk atau tidak sesuai dengan target. Sebelum Covid-19 ada penurunan. Kini ditambah Covid-19 kondisi akan tambah terpuruk lagi. Kami tidak mengatakan kepemimpinan Badung saat ini buruk. Biarlah masyarakat Badung yang memberikan penilaian,” tutupnya sembari menekankan Badung Bangkit syaratnya adalah pergantian pucuk pimpinan. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!