Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Pariwisata

Via BEACH, Cucu Pahlawan Nasional Ingin Bangkitkan Ekonomi Bali

“CANTIK” SAJA TAK CUKUP: I Gusti Ayu Agung Inda Trimafo Yudha alias Gung Inda gaungkan BEACH: Badung Economic Art and Creative Hub

 

KUTA, BaliPolitika.Com- Terus bergerak walau sulit. Semangat inilah yang ditunjukkan I Gusti Ayu Agung Inda Trimafo Yudha alias Gung Inda. Jika Sang Kakek berjuang merebut kemerdekaan NKRI, maka cucu Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai ini kini sibuk berkreasi agar survive di masa pandemi Covid-19. Di tengah kesibukannya, Gung Inda menggaungkan BEACH, yakni Badung Economic Art and Creative Hub.

Sebagai salah satu pengusaha yang merasakan efek pandemi akibat penyebaran virus Covid-19 ia tetap semangat menggaungkan pembaharuan. Selain sebagai anggota DPRD Badung. Gung Inda Trimafo juga didapuk sebagai Ketua Komite Badung Economic Art and Creative Hub. Bersama Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, Wakil Bupati Badung, I Ketut Suiasa, dan Ketua DPRD Badung, Putu Parwata, ia membahas impian UMKM Bali, khususnya Badung di tengah pandemi Covid-19.

BEACH sendiri ditopang kalangan pengusaha seperti Hipmi, Kadin, dan lain-lain. Disebutkan bahwa, bisnis pariwisata Bali tidak bisa hanya mengandalkan MICE dan leisure saja. Namun harus kembali ke basisnya, yakni basis alam Bali. Seperti basis dari sektor pertanian dan dibarengi dengan industri kreatif.

Sektor pertanian bahkan masih di bawah 50 persen, dan ini yang harus dikembangkan ke depannya. Sehingga UMKM dan industri kreatif juga bisa tumbuh. Tentunya semua ini tidak akan tumbuh tanpa dukungan dan bantuan dari pemerintah. Untuk itu, Suiasa dengan lantang menyebutkan bahwa pihaknya akan memangkas birokrasi yang tidak perlu. Sehingga urusannya tidak ribet atau bertele-tele.

“Pemerintah adalah fasilitator dan regulator, kami menyiapkan itu dan masyarakat taat akan regulasi yang ada,” tegasnya Selasa 8 Juni 2021 di Beachwalk, Badung. Walaupun izin dan lain sebagainya dipermudah, ia tetap mengharuskan usaha apapun khususnya di Kabupaten Badung harus berizin atau legal. Kemudian setelah itu, bisa beradaptasi dengan digitalisasi untuk meraih pasar dan bertahan di tengah globalisasi.

“Uniknya catatan di Badung, dari semula ada 9.000 usaha kini di masa pandemi menjadi 31 ribu. Namun, setelah kami cek, hanya 12an yang mampu on boarding, dan 1.000an telah digital. Nah sisanya masih konvensional,” sebutnya. Sehingga hal tersebut harus digarap bersama-sama, dan menjadi kesadaran semua pihak dalam sebuah kolaborasi menuju kemajuan.

“Kami juga turun ke lapangan melihat mana yang belum ada izin, kami sudah MoU dengan banyak pihak seperti BPOM dan MUI untuk meminta rekomendasi. Sehingga aspek legalisasi usaha ke depannya kian mudah dan cepat,” katanya. Ia pun memohon solusi untuk masalah permodalan yang menjadi satu diantara kendala para pengusaha di Badung kepada Menkop. Sebab ada 5 hal dalam sebuah usaha agar sukses, yakni management, man, money, material, and marketing.

Gung Inda juga melayangkan pertanyaan kepada menkop. “Program kementerian apa yang bisa menyentuh dan mensupport langsung,” katanya. Menkop Teten menjelaskan, bahwa pemerintah pusat telah melakukan berbagai simulasi setelah dunia dilanda pandemi ini. “Waktu Covid-19 ini menyerang, kami sudah membayangkan ihwal krisis 1998. Kemudian melakukan analisis cepat, lalu kami dapatkan tiga katagori yang terdampak pandemi,”katanya.

Pertama, kata dia, adalah usaha yang colaps, kedua masih bisa bertahan, dan ketiga malah bertumbuh. “Untuk yang bertumbuh ini, karena bisa beradaptasi dengan pandemi. Umumnya ini usaha di sektor makanan dan minuman, serta pemeliharaan kesehatan,” jelasnya. Sisanya usaha menghadapi penurunan omzet dan tidak mampu membayar bank. Untuk itu, pemerintah menyarankan kepada OJK dan perbankan agar dilakukan restrukturisasi.

Lalu bantuan sosial diberikan langsung kepada masyarakat terdampak. Termasuk bagi pengusaha yang usahanya mati di kala pandemi. “KUR sampai akhir tahun bunganya murah, ada pula subsidi pajak, subsidi listrik, dan pemberian modal kerja,” ungkapnya. Setelah itu, dilakukan reformasi besar-besaran dengan kemudahan bisnis dan akses pembiayaan.

Ia juga menyerukan, bahwa porsi kredit perbankan bagi UMKM harus di atas 30 persen. Sebab ekonomi kreatif terbukti mampu bertahan. Bahkan di tengah pandemi ini bisa menjadi solusi bagi sumber pemasukan. Mengingat banyaknya pemutusan hubungan kerja sejak pandemi melanda. Untuk itu ekosistem harus dibangun dengan kondusif dan kolaboratif dari pusat hingga daerah dari swasta hingga pemerintah. “Saya rasa hibah juga kurang efektif saat ini, tidak tepat sasaran,” tegasnya. Inda pun menunggu roadshow ini. Untuk membantu UMKM di Bali, khususnya di Badung tumbuh bak jamur di musim penghujan. (tim/bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!