Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Gaya HidupKuliner

Tak Main-main Soal Rasa Men Gege Lestarikan “Menu Buah Langka”

Denpasar (BaliPolitika.Com) – Mau tahu di mana dagang rujak dan tipat cantok favorit istri Walikota Denpasar, Ida Ayu Selly Fajarini Mantra? Jawabannya adalah Men Gege. Buka perdana 30 November 2016, warung rumahan yang berlokasi di Jalan Danau Beratan No. 49a, Sanur Kaja, Denpasar Selatan ini kini menjelma salah satu destinasi wisata kuliner khas Bali. Selain lihai menggoyang lidah, Men Gege juga berkontribusi mempertahankan menu olahan buah lokal yang mulai ditinggalkan seiring perkembangan zaman. Di antaranya rujak buah utu yang dikenal dengan nama latin Parartocarpus venenosa (Zoll & Moritzi) Becc, sentul (Sandoricum koetjape), bekul (Ziziphus Mauritiana), buni (bacca), juwet (Syzygium cumini), kecacil atau kesambi (Schleichera oleosa), cermai (Phyllanthus acidus), dan jeruk bali (Citrus maxima).

“Yang paling fenomenal itu rujak buah utu. Di daerah Klungkung buah utu ini merupakan buah wajib dalam sarana banten. Tapi, masyarakat di sana tidak mengkonsumsinya. Supplier heran saat Men Gege mengolahnya jadi rujak gula bali,” ucap owner Putu Ayu Vinka Riktahirana. Bila ingin mencicipi sensasi segar rujak buah utu, ibu tiga anak itu mempersilahkan konsumen mampir ke Warung Men Gege atau bisa pesan lewat aplikasi Gojek setelah Hari Raya Kuningan. Buah lokal langka selain utu, terangnya juga sangat digandrungi masyarakat. “Laris banget. Terutama utu dan bekul. Namun sifatnya musiman,” tandas alumnus SMA Negeri 7 Denpasar itu.

Selain konsumen lokal, Men Gege juga digandrungi kalangan ekspatriat alias turis mancanegara. Vinka menyebut seluruhnya tak mundur atau kapok mencicipi taste khas Bali dan kembali datang ke Warung Men Gege. “Pertama kali jual tipat cantok, tipat plecing, rujak gula bali, rujak kuah pindang, dan rujak cuka. Kini pilihannya sudah banyak sekali (sambil menunjukkan daftar menu dengan varian pilihan sebanyak 69 item, red),” ucap Vinka sembari menyebut menu Men Gege berkembang pesat seiring perkembangan aplikasi berbasis android.

“Pertama kami launching, Men Gege langsung gabung sejumlah aplikasi. Sangat nyaman karena tinggal input menu dan harga. Menu pun bisa dikoreksi (hapus dan tambah, red). Kehadiran aplikasi ini membantu banget. Khususnya bila dibandingkan saat dulu kala masih pakai Whatsapp. Dulu zamannya cari driver repotnya minta ampun. Ongkirnya juga relatif mahal,” rinci wanita asli Desa Bubunan, Kecamatan Seririt, Buleleng itu.

Disinggung soal omset per hari, Vinka menjawab cukup untuk kebutuhan keluarganya. Namun dia tak menampik dalam sebulan bisa meraup untung puluhan juta rupiah. “Tapi omset kotor (bruto, red). Itu bukan weekend. Weekend lebih tinggi lagi,” ungkapnya. Pertengahan tahun 2017 Men Gege masih diperkuat 5 personel, termasuk Vinka dan suaminya, I Wayan Budi Arsana. Kini, dikomandani sang ibu kandung, Nyoman Ayu Astuti Astiningsih, karyawan Men Gege berjumlah 15 orang di luar Vinka dan Budi.

“Kami tidak main-main soal rasa. Tidak sekadar. Nyawa utama tipat cantok adalah kacang. Jadi kami gunakan yang kualitas premium. Begitu juga dengan bahan lain. Kami pakai cuka tuak asli Buleleng. Sangat aman bagi kesehatan,” terangnya. Men Gege, ujar Vinka terinspirasi dari nama ketiga buah hatinya: Galuh, Galih, dan Galang.

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!