Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Ekbis

KITA Petani Indonesia Harap 10 Persen APBN untuk Sektor Pertanian

HIKMAH KTT G20: Ketua Komunitas Inovasi Teknologi Agro (KITA) Petani Indonesia, Ir. Nyoman Baskara, M.M. 

 

DENPASAR, Balipolitika.com– Puncak G20 sudah di depan mata. Tema besar Recover Together, Recover Stronger ini diharapkan menghasilkan jalan keluar atau solusi pemulihan dunia di tengah pandemi Covid-19.

G20 yang merepresentasikan kekuatan ekonomi dan politik dunia, dengan komposisi anggota mencakup 80 persen PDB dunia, 75 persen ekspor global, dan 60 persen populasi global juga diharapkan membahas soal ancaman krisis pangan.

Ketua Komunitas Inovasi Teknologi Agro (KITA) Petani Indonesia merangkap Koordinator Agro Learning Centre (ALC), Ir. Nyoman Baskara, M.M. megatakan sampai kapan pun, kalau tidak care betul dengan dunia pertanian, krisis pangan akan semakin dekat.

“Karena itu soal pertanian harus dibicarakan di pertemuan G20,” ucapnya, Sabtu, 5 November 2022.

Baskara mengatakan keberpihakan harus mulai dari patokan dasar Food Agriculture Organisation (FAO) yang menyarankan keberpihakan pada dunia pertanian.

“Bentuk riilnya, rekomendasi FAO itu 10 persen dari anggaran APBN sebuah negara,” ungkapnya.

Baskara merinci ada banyak agenda untuk menghasilkan pertanian yang berkualitas. Mulai dari research para ahli, baik sebagai profesional maupun di kampus.

“Dengan research yang intensif dimungkinkan akan muncul, produk-produk temuan yang akan bisa diimplementasikan untuk menghasilkan benih yang unggul, pertumbuhan bibit yang makin bagus, hasil produksi yang berkualitas dan secara kuantitas bagus,” tandasnya.

Yang sangat penting, tambahnya adalah teknologi yang dihasilkan dari pertanian ini akan mampu menjawab masalah climate change.

Ia menilai kondisi ini tidak bisa dipecahkan bila tidak ada teknologi penopang.

“Teknologi tidak bisa muncul tiba-tiba dari langit. Dia harus melalui suatu research yang berulang-ulang. Dan itu harus dibiayai oleh negara, minimal 10 persen dari APBN,” sambungnya.

“Ketika bicara pendidikan, bisa menetapkan 20 persen mengapa tidak di bidang pangan? tanya Baskara. “No food no life. No farmer no future. Sektor yang membuat hidup atau mati pastilah sektor pertanian,” tegasnya. Imbuh Baskara, bila ancaman krisis pangan dibicarakan secara serius, harus ada sanksi bagi negara yang tidak melaksanakan. “Karena kecenderungan hasil dari MOU berakhir di seremonial dan bukan berakhir pada kesejahteraan,” tekannya.

KITA Petani Indonesia merupakan sebuah komunitas petani yang tidak membatasi keanggotaannya pada para petani, namun juga melibatkan akademisi, profesional, perbankan, pemerintah dan generasi muda.

KITA Petani Indonesia hadir agar ada komunikasi intens di dunia pertanian untuk menemukan solusi makro maupun mikro, sehingga produk pertanian menjadi berkualitas, petani bisa mengoptimalkan produk pertanian, dan para pedagang komoditas pertanian bisa mendapat keuntungan lebih baik.

“KITA menyambut baik pertemuan KTT G20 dan mendukung agar sukses serta berharap ada keputusan yang mendukung perkembangan sektor pertanian. Untuk itu kita wajib selain mendukung suksesnya Presidensi G20 Indonesia juga mengawal agar isu dunia pertanian mendapatkan solusi terbaik sehingga krisis pangan bisa tertangani dengan lebih cepat dan tepat,” tutup Baskara. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!