Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Seni & Budaya

Tolak Punah, Peserta Lomba Taman Penasar Mentok 26 Tahun

REGENERASI: Pesta Kesenian Bali ke-44 jadi wahana edukasi bagi generasi muda untuk menjaga kelestarian seni budaya Bali lewat lomba Taman Penasar.

 

DENPASAR, Balipolitika.com- Pesta Kesenian Bali ke-44 jadi wahana edukasi bagi generasi muda untuk menjaga kelestarian seni budaya Bali lewat lomba Taman Penasar.

I Gede Anom Ranuara, salah seorang dewan juri Wimbakara Taman Penasar menegaskan panitia sengaja membatasi umur peserta maksimal 26 tahun. Langkah ini ditempuh untuk memonitoring anak-anak muda yang mau menekuni kesenian Taman Penasar.

Taman Penasar Widya Sabha, Kecamatan Denpasar Selatan yang didukung Sanggar Tabuh Sidakarya, menjadi peserta yang mengawali ajang ini dalam rangkaian PKB ke-44 yang digelar di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar. Garapan yang melibatkan 30 seniman remaja itu membawakan sajian berjudul Renon.

Taman Penasar dengan sajian geguritan yang dikemas apik harus mengacu pada tema PKB ke-44, yakni Danu Kerthi: Huluning Amreta yang berarti memuliakan air sumber kehidupan.

Anom Ranuara menekankan untuk kriteria penilaian harus ada penembang dan pengrawit.

“Untuk isi, merupakan pembedahan tema induk. Yang jelas gramatikal, retorika, dinamika, dan tata bahasa menjadi acuan untuk penilaian,” ujarnya.

Anom Ranuara mengapresiasi penampilan Taman Penasar Widya Sabha yang garapannya sesuai tema PKB ke-44.

Namun, ia juga memberi catatan untuk penyempurnaan garapan tersebut. Di antaranya agar lebih ditingkatkan dari sisi koneksi tabuh dan penembang, serta penyaji dan penonton agar lebih komunikatif.

I Made Langgeng Buwana, Koordinator Taman Penasar Widya Sabha Denpasar menyampaikan pemuda-pemudi yang tampil melakukan proses latihan selama tiga bulan.

“Karena mereka kebanyakan itu sedang kuliah dan sudah bekerja, sehingga untuk proses latihan seringkali dilakukan di atas pukul 22.00 Wita,” ucapnya.

Proses latihan tidak menemui kendala yang berarti karena yang dilibatkan merupakan pemuda-pemudi yang sebelumnya sudah tahu soal tembang dan tabuh.

Pihaknya pun berharap pemerintah daerah dapat rutin menggelar ajang lomba Taman Penasar sehingga regenerasi terhadap kesenian tersebut dapat terus berlanjut.

Mengenai sajian berjudul Renon ujar Langgeng diambil dari kata “ranu” yang berarti tempat air.

“Tempat air yang dimaksud adalah danau untuk ukuran besar dan bulakan dalam kapasitas yang kecil. Keduanya itu menjadi sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup, baik itu tumbuhan, hewan, dan manusia,” ucapnya.

Melalui sajian yang dibawakan, ia ingin menyerukan upaya pelestarian terhadap air yang begitu penting bagi kehidupan.

Tegasnya kualitas sumber air dan pintarnya pemimpin atau masyarakat untuk mengolah sumber air sebagai sumber kehidupan, akan membawa kesejahteraan.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar Raka Purwantara berharap garapan tersebut tak hanya jelang PKB, melainkan berkelanjutan sehingga kesenian Taman Penasar tetap eksis di masa-masa mendatang.

“Kami senang anak-anak tetap kreatif berkesenian selama masa pandemi Covid-19,” ucapnya bangga. (bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!