Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Seni & Budaya

Satrio Welang Serukan Palestina Merdeka Lewat Karya!

Antologi Puisi Palestina Se-Indonesia ‘Burung-Burung di Langit Merah’

ANTOLOGI PUISI PALESTINA: Penampilan Teatrikal Moch Satrio Welang, penggagas Buku ‘Burung-Burung di Langit Merah’, Antologi Puisi Palestina se-Indonesia.

 

 

DENPASAR, Balipolitika.com Penyair Moch Satrio Welang saat ini baru saja merilis program Teater Sastra Welang yakni Antologi Puisi Palestina se-Indonesia dengan tema perang dan kemanusiaan.

Program ini merupakan reaksi terhadap apa yang terjadi di timur tengah saat ini. Tergerak dari kekejaman perang yang terjadi pada penduduk Gaza di Palestina, dimana ribuan anak-anak, wanita dan warga sipil menjadi korban.

Saat perang memasuki hari ke 52, yakni 27 November 2023, dimana Palestinian Central Bureau of Statistics (PCBS) merilis jumlah korban jiwa Palestina mencapai 15.093 orang. Rinciannya, korban jiwa di Jalur Gaza 14.854 orang dan di Tepi Barat 239 orang. Perang Israel – Palestina berakar pada perebutan tanah Palestina, yang berujung pada polemik berkepanjangan tiada henti dengan beragam agenda pelik lain yang melatarbelakangi.

Sejak program ini digulirkan, 15 November 2023, proses pengumpulan karya puisi bertema perang dan kemanusiaan dimulai. Dalam waktu yang relatif singkat, pengumpulan karya ditutup 26 November 2023 dan terkumpul 41 puisi dari penjuru tanah air.

‘’Buku ini merupakan bentuk aksi kemanusiaan lewat sastra sebuah dukungan kepedulian untuk kebebasan rakyat Palestina. Tragedi kemanusiaan di bumi Palestina sejak 70 tahun lalu, tak henti hingga kini. Penguasaan tanah Palestina oleh Zionis Israel selama berpuluh-puluh tahun menjadi bukti bahwa apa yang digembar-gemborkan Amerika mengenai hak asasi manusia hanya menjadi sebuah dongeng belaka. Yang menjadi korban selalu warga sipil, terutama anak- anak, wanita dan lanjut usia. Penyerangan brutal membabi buta ke rumah sakit, sekolah, pemukiman penduduk, pemblokadean kawasan, pemutusan listrik, internet, air, makanan, juga terbatasnya penanganan medis, menjadikan peristiwa ini sebagai kejahatan perang Zionis Israel yang mengerikan. Palestina bertahun-tahun menderita dan terusir dari tanahnya sendiri,” ungkap Moch Satrio Welang, penyair yang merupakan alumni Fakultas Sastra Universitas Udayana ini.

Buku ini merupakan kerja kreatif komunal, dimana untuk ilustrasi lukisan sampul digarap langsung oleh pelukis asal Surabaya , Anantyo Prio JP dan artwork buku digarap oleh seniman muda Bali, Komang Adi Wiguna.

Penyair Moch Satrio Welang Menggalang Puisi se-Indonesia dalam Buku Puisi untuk Palestina, Burung-Burung di Langit Merah

Moch Satrio Welang menulis Puisi ‘Burung-Burung di Langit Merah’, yang menjadi ide awal bergulirnya pembuatan buku puisi se-Indonesia. Penyair Achmad Obe Marzuki, tampak meluap mengirim puisi panjang bertenaga tentang Palestina berjudul ‘Sump
ah Darah Tanah Palestina.’

Penyair Bali, penulis buku ‘Pelacur Para Dewa’, Pranita Dewi juga mengirimkan karya terbarunya berjudul ‘Dan Tuhan Pun mengasihinya’ yang memperkuat buku ini. Demikian pula Penyair Senior Bali, yang juga seorang kurator seni budaya, Warih Wisatsana yang mengirimkan puisi untuk Palestina yang berjudul ‘Gaza’. Warih Wisatsana sendiri baru saja mendapat penghargaan World Peace Artist Award dari Arts & Culture Magazine, Korea.

Beberapa Penyair Bali tampak memberikan dukungan dengan mengirimkan karya, diantaranya Ni Putu Rastiti, Winar Ramelan, Nunung El Niel, Ni Wayan Idayati, Reza Ramadhan, Bonk Ava dan Imam Barker. Barisan pegiat teater pun hadir di antaranya Dadi Reza Pujiadi (Jakarta), Hendra Utay (Denpasar), Beby Sastradirja (Tangerang), Sukma Uma (Tabanan), Dian Yuliana (Bekasi), Legu Adi Wiguna (Denpasar), Bayu Lesmana (Bekasi), Bayu Reinhard (Denpasar), Sista Nirmala (Negara), Jingga Kelana (Banyuwangi) dan juga Band Teater D’Odah (Denpasar).

Tak ketinggalan partisipasi penyair, pegiat seni, akademisi antara lain Anggiri Penangsang (Jambi), Ardhi Ridwansyah (Jakarta),  Bi Sugi Hartono (Jambi), Clemens R. Atawolo (Kupang), Fani Yudistira (Denpasar), Muhammad Iqbal K. (Magelang), Sasti Ardiyanti (Banten), Sigit Firmansyah (Banjarbaru), Fathurrozi (Sumenep), Rissa Churria (Bekasi), Eirenne (Denpasar), Sukron Hidayat (Bondowoso), Farisa Mardianti (Jombang), Sholehuddin (Probolinggo), Ahmad Aris Manurung, Ahmad Dwi Saputra dan Idung Attaklimi.

Tak hanya itu, terlibat pula dua penyair senior Negeri Jiran, Malaysia yakni Oui Bin Sal ( Kelantan) dan Lim Yew Yak ( Negeri Sembilan), memperkuat ikatan barisan negara serumpun Melayu, Indonesia – Malaysia.

Moch Satrio Welang berterimakasih kepada segenap pihak yang mendukung penerbitan buku yang dijadwalkan pendistribusian se-Indonesia dan Malaysia pada pertengahan Desember mendatang, disusul produksi Teater Sastra Welang berikutnya yakni alih kreasi Puisi ‘Burung-Burung di Langit Merah’ menjadi bentuk musikalisasi puisi oleh musisi teater Heri Windi Anggara.

Moch Satrio Welang  bersyukur kepada segenap penyair, penulis, seniman, akademisi yang mengirimkan karya puisi dalam buku ini. Menyatukan suara mendesak penghapusan segala bentuk penjajahan di muka bumi, penindasan yang menghancurleburkan nilai-nilai kemanusiaan.

 

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!