Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Pendidikan

Dosen Unhi Denpasar Raih Doktor Kajian Budaya di Fakultas Ilmu Budaya Unud

LOKALITAS: I Made Sudarsana dinyatakan lulus dengan predikat ‘sangat memuaskan’, dan terhitung sebagai doktor ke-277 Prodi Doktor Kajian Budaya FIB Unud.

 

DENPASAR, Balipolitika.com Dosen Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Bali meraih gelar doktor Kajian Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana lewat ujian terbuka, Jumat, 18 Agustus 2023, di kampus setempat.

I Made Sudarsana dinyatakan lulus dengan predikat ‘sangat memuaskan’, dan terhitung sebagai doktor ke-277 Prodi Doktor Kajian Budaya FIB Unud.

Sejak berdiri 2001, Prodi Kajian Budaya sudah mencetak 277 doktor, sebanyak 39 di antaranya meraih gelar profesor.

Made Sudarsana dinyatakan lulus setelah berhasil mempertahankan disertasi berjudul Komodifikasi Tradisi Mabuug-Buugan di Desa Adat Kedonganan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung. Mabuug-buugan adalah permainan rakyat khas Kedonganan.

Ujian yang dipimpin oleh Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M. Hum. menghadirkan penguji Prof. I Nyoman Darma Putra (promotor), Prof. Dr. Pande Made Sukerta, S. Kar., M.Si. (Ko-1), Dr. I Wayan Suwena, M. Hum (Ko-2), Prof. AAN Anom Kumbara, M.A., Prof. Dr. I Nyoman Wijaya, M. Hum., Dr. I Wayan Suardiana, M. Hum., Dr. Ida Ayu Laksmita Sari, S. Hum., M. Hum., dan Dr. Nanang Sutrisno.

Dalam presentasinya, Made Sudarsana menyampaikan bahwa mabuug-buugan (bermain lumpur) adalah tradisi di Desa Adat Kedonganan, Kabupaten Badung, Bali, yang berkembang pesat sejak satu dekade belakangan ini dan sudah tampil sebagai identitas masyarakat setempat.

Tradisi mabuug-buugan semula dilaksanakan kelompok kecil masyarakat pada hari Ngembak Geni (sehari setelah Nyepi), belakangan dikembangkan sebagai kegiatan yang didukung desa.

Kini, Kedonganan identik dengan tradisi mabuug-buugan, sebaliknya mendengar mabuug-buugan orang akan ingat Kedonganan.

Selain sebagai penguatan identitas budaya Bali, pengembangan tradisi mabuug-buugan juga memiliki dampak positif lain seperti mendukung citra pariwisata budaya, ekowisata, soliditas sosial, dan secara pelan tetapi pasti memberikan dampak ekonomi pada masyarakat lokal, baik melalui kegiatan pariwisata maupun lewat usaha mikro ketika acara mabuug-buugan digelar rutin setiap tahun.

Promotor Prof. I Nyoman Darma Putra dalam kesan-kesan mengenai makna disertasi menyampaikan bahwa tekanan budaya global lewat berbagai saluran tidak saja mendesak tradisi dan budaya lokal Bali, tetapi justru membangun kesadaran baru bagi masyarakat untuk menguatkan tradisinya.

“Hal ini bisa kita lihat dalam penguatan tradisi ikonik seperti Omed-omedan di Sesetan Denpasar dan Makotek di Munggu Kabupaten Badung,” ujar Prof. Darma yang juga Korprodi S3 Kajian Budaya.

Disertasi ini telah mampu mengangka berbagai dimensi tradisi Mabuug-buugan yang kiranya akan inspiratif untuk kajian berikutnya dan juga memberikan kebanggaan kepada masyarakat karena tradisi yang mereka bangun ternyata memiliki arti dalam dunia pendidikan sebagai subjek kajian dan produksi pengetahuan. (bp/Unud.ac.id)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!