Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Kesehatan

Pakar: Polisi Selingkuhi Polisi Dipicu Krisis Identitas dan Moral

SUDUT PANDANG AKADEMIK: Ketua Forum Peduli AIDS Bali yang juga Ketua Asosiasi Seksologi Indonesia Cabang Denpasar merangkap dosen Departemen Andrologi dan Seksologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, dr. I Made Oka Negara, M.Biomed, FIAS

 

DENPASAR, Balipolitika.com- Isu panas yang sedang menggoyang Bali seputar perselingkuhan antar sesama oknum anggota polisi Polda Bali memancing Ketua Forum Peduli AIDS Bali yang juga Ketua Asosiasi Seksologi Indonesia Cabang Denpasar merangkap dosen Departemen Andrologi dan Seksologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, dr. I Made Oka Negara, M.Biomed, FIAS untuk berpendapat. 

Kepada redaksi balipolitika.com, dr. I Made Oka Negara, M.Biomed, FIAS menyebut dugaan perselingkuhan ini mengerucut pada relasi kuasa yang dimulai sejak awal. 

Relasi kuasa dalam konteks ini mencakup dinamika kekuasaan yang ada antara para individu yang terlibat di awalnya. 

Karena terjadi sejak lama (menurut sumber sejak tahun 2018, red) kondisi ini memungkinkan terjadi dan terbentuk akhirnya hubungan yang bisa jadi saling membutuhkan saat ini.

“Beberapa hal yang mungkin memainkan peran dalam relasi kuasa dalam kasus perselingkuhan antara seorang polisi tinggi yang juga tokoh agama, doktor di bidang agama, dengan bawahannya, adalah hierarki pekerjaan, kekuatan sosial dan agama, ketidaksetaraan gender, konteks institusi kepolisian, serta krisis identitas dan moral,” ungkap I Made Oka Negara, M.Biomed, FIAS, Sabtu, 11 November 2023 sore.

Pertama, hierarki pekerjaan. Dijelaskan bahwa jika ada hierarki yang kuat di tempat kerja, terutama dalam institusi kepolisian, kekuasaan yang lebih tinggi dapat disalahgunakan untuk memanipulasi atau mengontrol orang lain, termasuk memaksakan sebuah hubungan romantisme.

Kedua, kekuatan sosial dan agama. Seorang tokoh agama atau doktor di bidang agama dapat memiliki kekuatan sosial yang signifikan dalam masyarakat. Hal ini juga bisa menciptakan ketidakseimbangan kekuasaan dalam hubungan dengan orang lain. Bisa mendominasi kalangan yang lebih inferior.

Ketiga, ketidaksetaraan gender. Dalam konteks perselingkuhan antara polisi pria dan bawahannya wanita, ketidaksetaraan gender mungkin juga memainkan peran. Struktur kekuasaan yang tidak seimbang antara gender dapat menyebabkan penyalahgunaan kekuasaan.

Keempat, konteks institusi kepolisian: Dalam lingkungan kepolisian, rupanya juga terdapat dinamika kekuasaan yang kompleks. Atasan atau yang berpangkat lebih tinggi kerap memiliki pengaruh yang besar dan memanfaatkannya, itu dapat menciptakan situasi di mana bawahan merasa tidak bisa menolak di awalnya.

Kelima, krisis identitas dan moral: Kombinasi profesi polisi, tokoh agama, dan doktor di bidang agama mungkin memberikan perasaan superioritas moral atau identitas yang lebih kuat.

“Merasa punya power atau kuasa lebih. Hal ini dapat memengaruhi cara individu menggunakan kekuasaannya dalam hubungan pribadi,” tandas dr. I Made Oka Negara, M.Biomed, FIAS. 

“Tentu juga akhirnya, perlu ditelusuri keseimbangan kekuasaan dalam hubungan pribadinya. Apakah memang ada pihak yang lemah yang dimanfaatkan atau memang ketertarikan bersama. Tapi sekali lagi, relasi kuasa berperan besar dalam memberi peluang dalam kedekatan romantisme di kasus seperti ini,” tutupnya. (tim/bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!