Ilustrasi: Hendra Utay
Ma Rewa
Akulah ombak lautan
Dalam merah darah bibir pantai
Akulah sihir Ma Rewa
membius telingamu dengan nyanyiku
mematuk biji matamu dengan bisa gincu
memagut raut tanpa luput
berbarislah Adam, merapat satu-satu
biar kuhirup asam keringatmu
Akulah tifa dua muka
Ditabuh dalam dua nada,
menjelma rupa-rupa irama
menarilah Adam, laksana simbal berjubal-jubal
biar mengucur cairan dendam dari tubuhmu.
Omah Padma, 06032022
Tanggal Tua
angka-angka berguguran
malaikat kecil mati muda
sayapnya patah sebelum tumbuh
tertimpa gumpalan peluh
malam hitam jadi bisu
subuh bergegas
mengejar
menghajar
serupa tentara perbatasan
angka-angka berguguran
menikam jantungku
jadi beku.
(Omah Padma, 25/2/2020)
Pengakuan
Adakah…
yang lebih menggetarkan
Dari selarik pagi yang merekah
diam-diam
seperti aku menatap siluet wajahmu
Kemudian
beku.
Cikunir, 9112015
Penunggu Ruang Tamu
Tak ada jam bermain untukmu
Extra fooding atau vakansi suatu waktu
Takdirmu hanyalah diam
di situ
dalam merah sangsi,
menunggu
seseorang
duduk
di atas tubuhmu
Hingga kiamat memanggilmu.
(22022020)
Gaduh di Kepalamu
: Suparta Brata
Blues baru lewat
Reggae dimainkan
‘Pandangan Pertama’ menunggu giliran
Satu persatu melintas cepat
Berbagai irama, melata dalam satu kepala
Pukul tiga tiap dini hari
Tumpah ruah segala musik kata di kepalamu
Kau lampiaskan dendammu pada rindu,
Sebaris kalimat tentang: Lelaki Asing Yang Menemaniku Ngopi Malam Itu
Untukku, lama mengendap dalam catatanmu
Satu nyawa tak cukup, tak kan pernah cukup
Centang perentang, tunggang langgang di selasar pikir
Segala bahasa
cita-cita
kusut masai kurikulum
sejarah dan benang merah
lahir menunggu gilir
lalu waktu menjemputmu
ketika gaduh di kepala belum juga usai
lalu aku,
diam di tanah lapang,
mengenangmu dalam sebaris kata:
pejuang kata-kata tak pernah bisa mati.
Rewwin, 25012015
===================================
Biodata
Wina Bojonegoro, menerima Anugerah Sabda Budaya UNIBRAW 2018, Penghargaan Beritajatim.com 2021, Aktris Terbaik LDLK 1988, pendiri Padmedia Publisher, tinggal di Omah Padma, Purwodadi, Jawa Timur. Menulis cerpen sejak 1988 dan ditayangkan di berbagai media, menulis buku untuk bersenang-senang. Mendirikan Perempuan Penulis Padma (2021). Saat ini Wina sedang belajar menulis puisi untuk mengasah otak. Buku tunggal terakhir: Kisah-kisah Pembunuh Sepi ( Kumpulan Cerpen ) terbitan 2020.
Hendra Utay adalah aktor, penulis naskah, sutradara, pelukis, yang lahir di Cimahi, Jawa Barat, 14 Oktober 1976. Ia menetap di Bali. Pernah bergabung dengan Sanggar Posti (1992–1997). Pengalaman di dunia akting dimulai di tahun 1993 dengan bermain di TVRI Denpasar. Juga bermain dalam pementasan Aum (1994), Peti Mati (1997), Dalam Dunia Diam (2000), Sembahyang Kamar Mandi (2000), Monolog Karyo (2001), kolaborasi dengan Commedian de Altre (2002) dari Italia di ARMA Ubud, Oedipus Sang Raja (2005), Racun Tembakau (2005) untuk Pesta Monolog di Taman Ismail Marzuki Jakarta, Kisah Cinta Dan Lain-Lain (2006), dan Eidipus Sang Raja (2006) kolaborasi kecak dan tari dengan sutradara William Maranda. Menjadi Sutradara dalam Tanah Air Mata (2003), sutradara dan penulis naskah film indie Hitam (2006), The Voice (2007), menyutradarai dan menulis naskah Lakon Di Layon (2008) dan Hong (2008), dan sebagainya. Aktif mengajar teater di beberapa sekolah di Bali.