Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

PuisiSastra

Puisi-Puisi Moch Aldy MA

Ilustrasi: Handy Saputra

 

Begitulah Kita Menyerah

barangkali, manusia adalah bilangan irasional. & masalah-masalah ialah barisan tak hingga. yang membikin pikiran berputar-putar seperti pendulum dalam gerak harmonik sederhana—antara puncak pegunungan & tiang gantungan.

kau masih memandang gemintang, mengharap tenang. sesuatu bernama fisika, membisiki telinga… “seterang-terangnya cahaya, pada lesatan kesekian, ia akan padam-lenyap diisap-ditelan legam lubang hitam.” begitu, katanya. tanpa sedikit pun gula di atas lidahnya.

setelahnya, kita seperti Hawking yang terjungkal-terpelanting dari kursi rodanya.

(2023)

 

Musim Panas di Neraka

mula-mula tuhan ciptakan lupa. tenang tiba-tiba jadi Goliat, meraksasa, kian kuat. hanya sepi yang sunyi lantangnya, yang mampu dengan sepasukan Muse-nya, menggubah-menggugah ingat.

tapi sayang, bayang sesal dalam rongga setiap sangkakala sugra telah hantui kita-kita yang… telah alpa—setelah pasca-pasca bisa langitkan dosa-dosa & kebumikan doa-doa. yang parau akan tetap kemarau, rupanya.

(2023)

 

Lamunan Sebelum Sebelum-Masehi

ada tiga apel yang mengubah dunia: Newton, Jobs, & Adam-Hawa. yang pertama invensi gravitasinya jadi fondasi fisika. yang kedua jadi penanda strata ekonomi di zaman mahabeli. yang terakhir, adalah drama surgawi, gerak sastra pertama & paling purba. yang jauh lebih dini dari puisi-puisi, lebih purwa dari prosa-prosa.

lebih-lebih, lebih arkaik dari musik-musik klasik—yang diorkestrakan komposer Lusifer—ketika kita terlempar/terdampar ke/di bumi.

(2023)

 

Seberapakah Berat Api?

& muncratlah percikan logos-logos, yang intensi-tendensinya kekal nyerocos. sayangku, pengetahuan adalah kutukan, seribu Prometheus yang hangus terbakar apinya sendiri. Cervantes yang menetes-netaskan berjuta Don Quixote dari La Mancha. jadi gila karena iqra. jadi majenun karena data-data.

o tak ada yang mau tersiksa sendiri. itulah boleh jadi, mengapa baca, jadi perintah pertama-nya. pengetahuan, boleh jadi pula, iblis mara yang teramat sadis-bahaya, yang melumat bulat-bulat kata bahagia. & membaca bukanlah jendela-dunia—ialah jendela-dukkha. semoga semua yang membaca berbahagia. amin, ya rabbal alamin, ya buddha.

(2023)

 

Tujuh Fragmen Malapetaka

/1/
bagaimana jika kesadaran adalah mala & petaka? semacam penyakit kusta, entah wabah kolera. pemantik utama dari apa-apa yang ngilu-peliknya. anjing Adam tak idapnya, tak pula pipit Ibrahim, ular Musa, semut Sulaiman, paus Yunus, domba Isa, laba-laba Muhammad yang terhormat. di antara hewan-hewan—“tak ada! tak ada!” kata Cioran—selain kita, yang terancam oleh karenanya.

/2/
“apanya yang mala & petaka dari kesadaran, atau, bahkan dari seburuk-buruknya kesadaran?”, barangkali begitulah seseorang pernah bertanya-tanya.

/3/
seburuk-buruknya kesadaran, ia menaruh bintang-bintang neutron—pada seratus miliar neuron—di dalam sel-sel otakmu yang sudah berjejalin-massa itu. betapa berat-beban metafisik yang mengerikan. o, sebaik-baiknya kesadaran mungkin ialah ketaksadaran-kosmik yang nirkesengajaan.

/4/
potensi yang dimilikinya! o kesadaran itu merupa mesin waktu menuju yang-lalu & yang-baru, korpus dari rumus-rumus kalkulus, liabilitas dalam kejujuran-kebenaran, banalitas pada gerak sejarah & repetisi-tragikomedinya.

/5/
di puncak kemenyerahan, Zapffe kibarkan diksi-diksi: evolusi, pada akhirnya, menyeret serta utas-utas derita bagi probabilitas terkecilnya.

& bahkan koloni-koloni rusa itu masih gusar-tersiksa-terbebani tanduk besarnya.

/6/
sabda Kierkedian, kanon ke-13, kesakitan-menuju-kematian: “barangsiapa tingkatkan kesadaran, maka semakin gigan pula keputusasaannya.”

/7/
dengan pedang di tangan kanannya, & timbangan di lengan kirinya, Themis yang buta—sedang hukum seberat-beratnya—orang-orang yang kenalinya—tapi ingkarinya.

“namo buddhaya!” teratai kecil pada pupil mataku menyembul-menyuara.

(2023)

 

Apa yang Kau Bayangkan di Masa Depan? Tanyanya

rumah Skandinavian di kaki gunung, kebun-kebun anggur Sauvignon, alat penggaruk punggung, segunung bukhur aroma saffron, kolam arapaima, spiker yang mengalunkan Gus Teja, setumpuk salonpas koyo, sekotak susu pasteurisasi, siluet cello, lukisan-lukisan abstrak, & seorang istri yang asik diajak diskusi hal-hal acak sampai hal-hal pasti.

apa yang pasti?, tanyanya lagi. obat asam urat!, jawabku dengan berapi. tentu saja. sebab barangkali, selain mati & pernak-pernik duniawi di atas, yang lebih dekat dari urat nadiku… niscaya asam uratku ini.

(2023)

 

BIODATA

Moch Aldy MA adalah seorang pengarang, penerjemah, pendiri Gudang Perspektif, dan redaktur-ilustrator Omong-Omong Media. Bisa disapa melalui: [email protected]; instagram-@genrifinaldy; twitter-@mochaldyma

Handy Saputra lahir di Denpasar, 21 Februari 1963. Pameran tunggal pertamanya bertajuk The Audacity of Silent Brushes di Rumah Sanur, Denpasar (2020). Pameran bersama yang pernah diikutinya, antara lain Di Bawah Langit Kita Bersaudara, Wuhan Jiayou! di Sudakara Artspace, Sanur (2020), Move On di Bidadari Artspace, Ubud (2020), pameran di Devto Studio (2021), pameran Argya Citra di Gourmet Garage (2021). Instagram: @handybali.

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!