Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Pariwisata

Optimis di Masa Pandemi, Desa Ungasan Tata Pantai “Surga” Melasti

UNGASAN, BaliPolitika.Com– Tak ada istilah spesimis, Desa Adat Ungasan justru menggeliat di masa Pandemi Covid-19 yang merontokkan perekonomian Bali hingga minus 12,28 di Kwartal III Tahun 2020. Saat banyak pihak “galau” menyikapi lesunya industri pariwisata yang menjadi tulang punggung perekonomian Bali, Desa Ungasan justru menyuguhkan hal sebaliknya.

“Bagaimana menciptakan lapangan kerja dan mempersatukan krama adat. Ini yang lebih saya tekankan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Saya fokus memikirkan masa depan adat dan krama Desa Adat Ungasan,” ucap Bendesa Adat Ungasan, I Wayan Disel Astawa ditemui Minggu, (13/12) siang.

Terkait Pilkada Serentak 2020 yang baru saja usai, anggota Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) DPRD Provinsi Bali itu memilih irit bicara dan lebih fokus memikirkan nasib masyarakat Badung, khususnya krama adat di Desa Ungasan yang sedang berjuang menghadapi wabah pandemi Covid-19. Dirinya berharap seluruh pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota terpilih di Pilkada Serentak 2020 mampu lebih tanggap terhadap persoalan riil yang dihadapi masyarakat di akar rumput.

“Kalau kita setiap hari ngomongin politik terus-terusan, saya kira agak hancur kita. Politik itu penting namun harus memberdayakan konstituen lebih-lebih di masa pandemi Covid-19,” tegasnya. Selain itu, Disel menilai politikus idealnya bisa menempatkan diri di mana bicara urusan politik dan urusan adat. Ini yang penting dipilah; menyesuaikan tugas dan tupoksi masing-masing. Mari ikuti irama.

“Sepanjang memberikan output positif kepada kesejahteraan masyarakat, why not?” bebernya.  Penataan Pantai Melasti ungkap Disel merupakan salah satu upaya untuk menuju kesejahteraan krama adat di masa pandemi. Memperhatikan konsep Tri Hita Karana, Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan dipadukan dengan misi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, Desa Adat Ungasan memberi teladan untuk tetap optimis di masa pandemi Covid-19.

Disel menegaskan apa yang diwariskan oleh leluhur wajib dilestarikan dengan berbagai macam penyesuaian. Krama adat memiliki kewajiban menjaga hubungan harmonis antara manusia dan manusia. Salah satunya dengan menggagas atau menciptakan kegiatan agar sumber daya manusia diberdayakan dan semakin tinggi serta berbudaya dihubungkan dengan konteks palemahan (alam, red).

Di Pantai Melasti, Disel menegaskan ketiga konsep tersebut berusaha diselaraskan dan diharmonisasi demi kesejahteraan masyarakat adat. Bagaimana menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dengan Sang Pencipta, alam atau lingkungan, dan sesama manusia dikemas sedemikian rupa dalam penataan yang sedang berlangsung dan diplot rampung April 2021. “Pantai Melasti yang menjadi ikon Desa Ungasan siap berkompetisi dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau pasar bebas ASEAN alias pasar bebas Asia Tenggara yang berlaku sejal akhir tahun 2015 lalu,” ucapnya meyakinkan. (bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!