Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Ekbis

Wisata Hutan Pinus Glagalinggah Kintamani Diresmikan

MASUK HUTAN: Hutan ini menjadi rujukan bagi pelancong untuk menikmati wisata desa yang sarat dengan pesan pelestarian lingkungan yang berdampingan dengan kearifan lokal.

 

KINTAMANI, Balipolitika.com Wana Wisata Hutan Pinus Glagalinggah, Desa Kintamani, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli diresmikan.

Hutan ini menjadi rujukan bagi pelancong untuk menikmati wisata desa yang sarat dengan pesan pelestarian lingkungan yang berdampingan dengan kearifan lokal.

Peresmian wisata alam ini dihadiri oleh semua elemen masyarakat di Desa Adat Glagalinggah, tim PT Tirta Investama – Pabrik Mambal (AQUA Mambal), Direktur Kemitraan Lingkungan dari Ditjen PSKL (Perhutanan Sosial Kemitraan Lingkungan) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Dirjen Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan, BP2SDM, Balai PSKL Wilayah Jawa Bali Nusa Tenggara, OPD Provinsi Bali, Kawasan Pengelolaan Hutan (KPH) se Bali, OPD Kabupaten Bangli, BPDAS HL Unda Anyar, Forum DAS, dan jajaran pemerintahan di kecamatan dan Desa kintamani.

Wana Wisata Hutan Pinus Glagalinggah merupakan keluaran dari program Desa Ramah Air Hujan dan Wisata Alam.

Program Desa Ramah Air Hujan dan Wisata Alam sendiri adalah implementasi inisiatif program keberlanjutan dari PT Tirta Investama – Pabrik Mambal (AQUA Mambal) yang dalam pelaksanaannya bekerja sama dengan SATIN (Sahabat Timur Indonesia) semenjak tahun 2021.

Lingkup kegiatannya meliputi Konservasi Sumber Daya air, Keanekaragaman Hayati dan Wisata Alam.

Jo Kumala Dewi, M.Sc., Direktur Kemitraan Lingkungan dari Ditjen PSKL (Perhutanan Sosial Kemitraan Lingkungan) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia menyatakan bahwa kontribusi swasta dalam mendorong percepatan Perhutanan Sosial melelui program CSR sangat dibutuhkan.

“Praktik di Wana Wisata Hutan Pinus Glagalinggah ini sekarang bisa menjadi model bagi perusahaan lain untuk mengembangkan hal yang sama di lokasi lain. Selain itu saya mengapresiasi juga penerapan sistem tiket berbasis digital yang ada, hasilnya akan lebih mudah termonitor, lebih  transparan, dan akurat,” tambah Jo.

Gubernur Bali, Wayan Koster dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali I Made Teja menyampaikan bahwa masyarakat Bali wajib memahami, menghayati, menerapkan, dan melaksanakan tata titi kehidupan masyarakat Bali berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi dalam Bali era Baru pada pengelolaan perhutanan sosial.

“Saya apresiasi pihak-pihak seperti BUMN dan perusahaan swasta yang mendukung pelaksanaan perhutanan sosial di Bali. Utamanya hutan desa yang dikembangkan untuk menggerakkan perekonomiannya, warga Desa Glagahwangi patut diacungi jempol karena bisa menjaga kelestarian potensi alamnya sekaligus mengambil nilai ekonomi dari aktifitas di atasnya,“ ucapnya.

Sad Kerthi dalam kearifan lokal bermakna sebagai 6 upaya untuk menjaga kesucian atau menjaga keseimbangan, dimana semuanya saling berkaitan erat satu sama lain.

“Upaya-upaya tersebut  mencakup penyucian manusia, alam semesta, jiwa, pemuliaan pantai, dan laut, Pemuliaan Sumber air dan yang terakhir pemuliaan tumbuh-tumbuhan atau hutan,” tambah Gubernur Bali.

Sustainable Development Director Danone Indonesia Karyanto Wibowo menyampaikan bahwa Wana Wisata Hutan Pinus Glagalinggah ini diharapkan menjadi wadah edukasi bagi masyarakat Desa Adat Glagalinggah sekaligus wisatawan yang berkunjung.

“Pendampingan yang kami lakukan telah membuahkan hasil dengan lingkungan yang terjaga baik oleh masyarakat dengan kearifan lokalnya. Potensi tersebut menjadikan Wana Wisata Hutan Pinus Glagalinggah sebagai salah satu tujuan wisata, kami akan terus mendorong kebaikan tersebut supaya bisa menginspirasi lebih banyak orang,” kata Karyanto.

Mewujudkan Wana Wisata yang selaras dengan konsep konservasi air ini adalah tantangan bagi semua pemangku kepentingan yang ada.

“Kami termotivasi dengan masyarakat desa hutan yang telah menerapkan pelestarian lingkungan di sini, tentunya juga dengan dukungan pemerintah melalui dinas-dinas terkait. Ini adalah aksi kolektif, wujud kolaborasi yang harus dijaga supaya tetap bisa berjalan dan berkelanjutan,” tambahnya.

Sad Kerthi ini sendiri juga sejalan dengan visi Danone Indonesia, yaitu One Planet One Health, di mana maknanya satu bumi memiliki keterkaitan dengan kesehatan makhluk yang ada di dalamnya. Keduanya harus dijaga untuk menjaga keseimbangan.

Mewujudkan lingkungan yang mendukung wisata, AQUA Mambal melakukan pendampingan terbentuknya edukasi konservasi dan keanekaragamanan hayati melalui sosialisasi dan praktek lapang konservasi, masyarakat bisa belajar melalui penanaman dan pemeliharaan 3.300 pohon.

Sedangkan untuk menahan laju air hujan dan meresapkannya kembali ke tanah, masyarakat juga mampu membuat 1.375 rorak di kebun untuk manfaat ekonomi Pabrik AQUA Mambal memberikan pendampingan terbentuknya Wana Wisata Hutan Pinus Glagalingah melalui penataan lokasi wisata berupa pembukaan jalur trekking, pembangunan amphitheatre, pengayaan jenis tanaman benilai budaya dan adat bali seperti taru permana untuk kebutuhan upacara, kopi, serta tumbuhan obat.

Semua tanaman tersebut akan melengkapi kawasan hutan ini sebagi ekowisata pendidikan konservasi, spot selfie, dan rujukan penyusunan desain adopsi pohon.

Adopsi pohon adalah tindakan untuk menjadikan pohon sebagai bagian dari keluarga, khususnya dalam memelihara dan merawat pohon.

Setiap adopter yang ingin mengikuti program adopsi pohon wajib menyerahkan dana adopsi pohon kepada masyarakat selaku pengelola hutan.

Wayan Sumadi, Bendesa Adat Glagalinggah menyampaikan harapannya Wana Wisata Hutan Pinus Glagalinggah bisa meningkatkan ekonomi masyarakat, sekaligus menjaga lingkungan tetap lestari.

“Kami belajar konservasi dan Wisata Alam dengan pemetaan paket Wisata digital untuk mengurangi kertas juga pembangunan sarana wisata,” jelas Sumadi.

“Diharapkan wisatawan tidak sekedar melihat indahnya pemandangan, tetapi bisa belajar bagaimana masyarakat menghargai dan menjaga alam dengan kearifan lokal yang kuat,” lanjutnya. (bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!