Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Kesehatan

Partisipasi Lansia Minim, Keluarga Kunci Utama Vaksinasi

DENPASAR, BaliPolitika.Com- Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melansir data angka lansia (lanjut usia) di Indonesia pada 2020 sentuh jumlah 80 juta jiwa. Melansir WHO, di kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini. Pada tahun 2000, jumlah lansia sekitar 5.300.000 (7,4%) dari total populasi. Sedangkan pada tahun 2010 jumlah lansia 24.000.000 (9,77%) dari total populasi. Tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai 28.800.000 (11,34%) dari total populasi.

“Sehingga untuk menyukseskan vaksinasi ini harus menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat. Terutama kepada anak-anak yang punya orang tua, kakek, nenek, atau lansia untuk betul-betul memaknai pentingnya vaksinasi bagi lansia untuk memproteksi mereka,” demikian penjelasan Direktur Jenderal Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Maxi Rein Rondonuwu dalam seminar daring yang diselenggarakan oleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Rabu (31/3/2021) siang.

Maxi menambahkan pihaknya juga sudah memulai berbagai terobosan agar jumlah vaksinasi untuk lansia mencapai target. Di antaranya dengan memberikan akses vaksinasi kepada para pihak yang bisa membawa 2 lansia untuk divaksinasi. Terobosan lainnya termasuk melakukan mobilisasi dengan menyiapkan alat transportasi agar lansia mudah menjangkau titik-titik pelaksanaan vaksinasi yang ditentukan.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization, Prof. Sri Rezeki menyebutkan bahwa perlu dilakukan sosialisasi masif terkait manfaat vaksinasi bagi lansia agar membangkitkan kesadaran lansia maupun keluarganya. “Bagaimana kita mengelola (sosialisasi, red) ini agar menarik. Tetapi mungkin harus ada yang dipikirkan baik-baik. Kita tidak hanya memikirkan pendidikan untuk vaksin, tapi the whole life. Itu mungkin yang harus diubah perilaku kita semua,” kata Sri Rezeki.

Selain peran keluarga, Sri Rezeki juga menggarisbawahi peran media sebagai penyampai pesan. Di tengah digitalisasi, para pihak terkait diharapkan dapat memanfaatkan jenis media dengan efektif. Perlu diketahui, sepanjang masa pandemi Covid 19, lebih dari 50% masyarakat mengaku mendapat sumber informasi melalui saluran berita televisi. Dalam diskusi KPCPEN sebelumnya juga dibahas betapa hoaks terkait vaksin dan vaksinasi di media sosial berdampak negatif terhadap penyelenggaraan program vaksinasi di Indonesia. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!