Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Politik

Stop Intimidasi, Panji-Budi Tegaskan Masyarakat Tabanan “Merdeka”

TABANAN, BaliPolitika.Com– Anak Agung Ngurah Panji Astika- I Dewa Nyoman Budiasa (Panji-Budi), Pasangan Calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Tabanan nomor urut 2 dinilai sebagai paslon dengan penampilan terbaik di Debat Terbuka sesi 1 yang diselenggarakan KPU di 6 kabupaten/kota se- Bali. Suguhan visi-misi Panji-Budi, Minggu (22/11/2020) lalu dinilai paling sampai ke penonton. Imbasnya, banyak pihak yang tak sabar menanti penampilan Panji-Budi, Rabu (3/12/2020) ini.

“Saya lega sudah melalui satu tahapan pemilu, yaitu debat sesi pertama. Dengan segala keterbatasan kami, kami berusaha menampilkan visi-misi terbaik yang kami punya. Dalam debat pertama kami menyampaikan ide, solusi, program kerja. Dari sana masyarakat Tabanan bisa melihat dan menilai kualitas masing-masing pasangan calon. Bagaimana paslon merespons isu-isu yang terjadi di Tabanan. Bagaimana masing-masing calon merespons permasalahan-permasalahan yang ada di Tabanan sekaligus memberikan solusi yang genuine (asli, red) dari masing-masing calon,” ucap Panji Astika diwawancarai langsung beberapa waktu lalu.

Disebut lebih menguasai jalannya debat sesi pertama, Panji Astika mengucapkan astungkara. Hal itu terjadi jelasnya karena dia dan pasangannya, I Dewa Nyoman Budiasa tidak punya beban. Dengan kompak keduanya mengaku sangat serius mendalami persoalan-persoalan di Tabanan. Research-research alias penelitian atau kajian sederhana inilah yang membuat keduanya memutuskan maju sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati Tabanan.

“Jadi kami tidak sekadar maju, tapi sangat serius mempersiapkan diri. Belajar, research, mendengarkan aspirasi masyarakat, melihat dan datang langsung ke daerah-daerah. Jadi kami benar-benar memahami situasi dan kondisi Tabanan lengkap dengan segala permasalahan yang dihadapi masyarakat. Termasuk kira-kira seperti apa solusi terbaik untuk keluar dari permasalahan tersebut,” tandas Panji Astika yang tercatat sebagai lulusan Universitas Brawijaya tahun 1997.

Sukses mengarungi debat pertama, Panji-Budi tak mau sesumbar. Bahkan, keduanya sepakat teori saja tak bisa menyelesaikan segudang persoalan di kabupaten yang mereka cintai. Panji-Budi sepakat kerja kerja riil lebih penting dan mendesak untuk diwujudkan. Bila diberikan kesempatan memimpin Tabanan, Panji-Budi berkomitmen mendedikasikan diri untuk kerja, kerja, dan kerja, dibandingkan berteori belaka.

“Panji-Budi berharap masyarakat Tabanan terbuka hatinya dan lebih realistis dalam menimbang fakta, realistis dalam memilih calon pemimpin. Masyarakat Tabanan adalah masyarakat merdeka. Mereka punya hak untuk memilih pemimpin yang mereka sukai. Tidak ada lagi yang namanya intimidasi. Tidak ada yang namanya political transaksional. Kita bersama harus berani berpikir realistis. Kalau mau Tabanan maju, kita harus memilih sesuai hati nurani,” tandas Panji Astika. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!