Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Hukum & Kriminal

Somasi PHDI-MDA, MKKBN Disebut Bikin Lelucon

Surya Anom Pertanyakan Legalitas MKKBN

DENPASAR, BaliPolitika.Com- Majelis Ketahanan Krama Bali Nusantara disingkat MKKBN mendadak mencuri perhatian. Pemicunya adalah somasi yang dilayangkan MKKBN kepada organisasi kemasyarakatan (ormas) Parisadha Hindu Darma Indonesia (PHDI) dan Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali, Selasa (4/5/2021). Sebagaimana diketahui, Ketua MKKBN I Ketut Nurasa mengratakan keduaya disomasi karena melakukan tindakan yang bertentangan dengan Surat Keputusan Bersama Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali dan Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali nomor 106/PHDI-Bali/XII/2020 dan nomor 07/SK/MDA-Prov Bali/XII/2020 tentang pembatasan kegiatan pengembangan ajaran Sampradaya Non Dresta Bali di Bali. Alih-alih taat terhadap SKB yang mereka buat, PHDI dan MDA justru membenarkan penutupan Ashram Krishna Balaram atau yang dikenal dengan Pura Sri Sri Krishna Balarama Mandir di kawasan Jalan Padang Galak, Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar.

Somasi yang dialamatkan pada ormas PHDI dan MDA Bali mengundang simpati banyak pihak. Dukungan moral terhadap PHDI dan MDA Bali salah satunya disampaikan I Dewa Gede Ngurah Surya Anom, Ketua Dewan Pengawas Swastika Bali. Surya Anom mengaku heran dengan kehadiran MKKBN yang tiba-tiba mensomasi PHDI dan MDA Bali. “Saya membaca sambil tertawa. Sampai hampir sakit perut. Majelis apa ini? Kok tiba-tiba muncul setelah penutupan Ashram Sampradaya non dresta Bali yang dinilai melanggar kedamaian kehidupan masyarakat Bali dengan penyebaran ajarannya, menyalahkan Hindu Bali, serta menjelek jelekannya,” ucapnya.

Surya Anom mempertanyakan kelompok yang mengatasnamakan diri MKKBN. Ungkapnya, kalau memang majelis ketahanan yang secara harafiah berarti perkumpulan yang menjaga krama Bali di nusantara biar tahan, ajeg, eksis, dan sejenisnya, kenapa baru muncul setelah ditutupnya Ashram Sampradaya. “Selama ini, krama adat Bali diuyel-uyel oleh para baktha Hare Krsna, pengikut Sai Baba, dan lain-lain, kemana majelis ini? atau majelis ini belum ada? Aneh dan lucu tiba-tiba ada makhluk kepupungan membangun majelis seperti ini. Dan yang lucu mensomasi MDA yang justru dengan SKB tersebut. Pihak pembuat SKB punya tanggung jawab untuk ngajegang agama, adat, tradisi, dan budaya Bali di Bali, dan menghindarkan chaos horisontal akibat kelompok Sampradaya tersebut ingin mengintervensi dan menginvasi agama, adat, tradisi, dan budaya Bali di Bali, khususnya dan di Indonesia secara umum,” ungkapnya.

Lebih jauh, Surya Anom juga mempertanyakan dari mana MKKB mendapat dalil somasi tersebut. Atau apakah somasi hanya sekadar melayangkan psywar yang di-trigger oleh penutupan ashram. Ia menilai penutupan ashram merupakan akibat dari aktivitas intervensi dan invasi yang dilakukan oleh Sampradaya dengan berkedok sebagai bagian dari Hindu Bali atau Nusantara. “Yang mana justru ajarannya secara keseluruhan sangat berbeda dengan ajaran agama Hindu Bali atau Nusantara,” tandasnya.

“Mereka, Sampradaya- Sampradaya tersebut berkedok sebagai bagian Hindu Bali atau Nusantara. Sejatinya hanya mencari kemudahan untuk melakukan proses konversi karena agama-agama yang diakui negara di Indonesia mendapat perlindungan oleh negara dari segala bentuk intervensi dan invasi oleh ajaran-ajaran yang berbeda. Memahami hal ini, maka yang paling mudah adalah masuk sebagai bagian Hindu Bali atau Nusantara kemudian melakukan perburuan dari dalam,” sentilnya.

Ditambahkannya, lahirnya MKKB secara tiba-tiba setelah penutupan ashram Sampradaya tidak menutup kemungkinan dari kaki tangan kelompok-kelompok Sampradaya tersebut. Dengan kata lain, meniru metode perburuan dari dalam. “Karena dengan nama Majelis Ketahanan Krama Bali Nusantara (MKKBN) melayangkan somasi kepada PHDI Bali dan MDA untuk dilihat atau untuk mengekspose bahwa kedua lembaga ini membuat masalah terkait dengan ketahanan krama Bali atau SKB tersebut telah meluluhlantakan ketahanan krama Bali,” ungkapnya.

Surya Anom menyebut tindakan MKKBN sebagai sebuah dagelan alias lelucon yang membuat dirinya terpingkal-pingkal. “Saya merindukan hiburan Bondres Merta Sari dari Singaraja, eh malah dapat hiburan bondres konyol dari MKKBN,” paparnya.

Sembari menjelaskan bahwa Swastika Bali adalah organisasi yang dibentuk oleh Alumni Keluarga Pelajar dan Mahasiwa Bali di Surabaya (Swastika Taruna), Surya Anom menilai aksi MKKBN adalah duri-duri yang sengaja ditebarkan oleh kelompok yang merasa dirugikan oleh SKB tersebut. Sedangkan para pejuang dari Forum Komunikasi Taksu Bali (FKTB), Gerakan Kearifan Hindu se-Nusantara (GKHN), Forum Koordinasi Taksu Bali (FKTB), dan Desa Adat se-Bali memakai SKB tersebut sebagai dasar bertindak.

“Nah, untuk itu para pejuang ini wajib untuk memberangus duri ini. Dengan tindakan somasi balik kepada MKKBN sebagai wujud pembelaan terhadap pentingnya SKB tersebut sekaligus untuk menunjukkan bahwa majelis tersebut sejatinya bukanlah representasi krama adat Bali,” tegas Surya Anom. Ungkapnya, Swastika Bali merupakan salah satu organisasi yang tergabung dalam Forum Koordinasi Hindu Bali yang terdiri dari Yayasan Jaringan Hindu Nusantara, Sandi Murti, Cakrawayu, dan Sastra Kencana. (bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!