Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Hukum & Kriminal

Selamat, Jro Dolah Bantah Lakukan Penyerangan 

Ngaku Dijemput Utusan Benny

JELE MELAH NYAMA GELAH: Ketut Widiada alias Jro Dolah bersama almarhum Gede Budiarsana, 34, alias De Budi.

 

DENPASAR, BaliPolitika.Com– Petugas administrasi PT. Beta Mandiri Multi Solution (BMMS), Jalan Gunung Patuha VII, No.9 C, Monang Maning, Denpasar Barat mengaku menerima pukulan terlebih dahulu dalam insiden yang menewaskan Gede Budiarsana, 34, alias De Budi, Jumat (23/7/2021). Saksi kunci insiden berdarah tersebut yang tak lain adalah kakak korban, yakni Ketut Widiada alias Jro Dolah membantah pihaknya melakukan penyerangan di markas Benny Bakar Besi.

Bukan saya yang ngamuk ke sana. Saya nyerang ke sana. Bukan. Saya datang untuk menyelesaikan masalah. Begitu ceritanya. Terima kasih teman-teman saya yang mensupport saya. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan jalan yang (rekaman terputus, red),” demikian penegasan Ketut Widiada alias Jro Dolah dalam rekaman video yang viral di media sosial sejak Sabtu (24/7/2021). 

Dalam video berdurasi 2 menit 50 detik itu, Jro Dolah mengaku selamat karena berhasil melarikan diri dengan membonceng sepeda motor pengendara yang distopnya. Dalam kondisi dikejar banyak orang tersebut, Jro Dolah mengaku melihat dengan jelas ada dua orang yang memegang parang dan mengejar ia dan adiknya. Salah satunya mengenakan baju berwarna merah yang belakangan diketahui bernama Wayan Sinar. Menariknya, korban selamat ini mengaku dijemput oleh salah seorang dari kelompok Benny ke rumahnya dan berboncengan ke lokasi kejadian.

“Saya jatuh. Saya membela diri. Pegang senjata Si Beny. Dipukul lagi dari depan. Yang pukul itu yang jemput saya ke rumah. Dipukul lagi saya pakai kursi. Dipukul lagi dari belakang sama batu. Lepas gagang senjata, saya lari namun sempat dipukul dari belakang. Kepala saya juga dipukul pakai helm. Terus saya lari, adik saya masih di belakang. Saya memanggil adik saya. Adik saya juga lari,” ungkapnya dalam kondisi kepala dibalut perban. 

“Sampai di luar (jalan raya, red) saya masih dikejar banyak orang. Ada yang bawa batu, bawa senjata. Saya berusaha menyelamatkan diri bersama adik saya. Ada motor lewat saya minta tolong sama dia. Saya naik. Adik saya juga naik di atas pick up. Masih dikejar adik saya oleh banyak orang grupnya si Benny,” kenangnya. 

“Pas saya jalan, adik saya juga ikut di pick up. Saya jalan cari teman saya. Yang saya lihat bawa parang dua orang saya lihat. Yang depan pakai baju merah, boncengan pakai topi. Yang di belakang juga bawa senjata. Saya lari. Pas saya ketemu teman saya Si Robby saya balik lagi. Pas saya balik adik saya sudah dibungkus sama pihak rumah sakit ambulans. Langsung saya ke rumah sakit Sanglah ngantar adik saya. Berobat saya di sana dan visum. Begitu kejadiannya biar saya mengklarifikasi permasalahan yang tadi (Jumat, 23 Juli 2021, red) itu,” rincinya. 

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, De Budi tewas bersimbah darah di Jalan Subur, Monang-Maning, Denpasar Barat, Jumat (23/7/2021). Pria bertinggi badan 160 cm kelahiran Kecamatan Kubutambahan, 8 Agustus 1987 yang sesuai kartu identitas pengenalnya berprofesi sebagai satpam itu terlibat duel maut. Naas bagi korban, ia dibacok senjata tajam. Bahkan tangan kirinya putus. Parang Wayan Sinar juga mengenai bagian kepalanya. Darah mengucur dari tubuh pria asal Banjar Dinas Kubuanyar, Kecamatan Kubutambahan itu. Sempat mengerang, nyawa De Budi tak terselamatkan. Atas insiden tersebut, Satuan Reserse Kriminal Polresta Denpasar menetapkan Wayan Sinar dan 5 orang debt collector sebagai tersangka. (tim/bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!