Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Politik

Saya Ingin Berbuat Baik untuk Tanah Kelahiran

TABANAN, BaliPolitika.Com- I Dewa Nyoman Budiasa, Calon Wakil Bupati Tabanan buka-bukaan kenapa dia mau meninggalkan zona nyaman dan mengikuti kontetasi politik di Pilkada Serentak 2020. Anak polisi asli Banjar Jadi Babakan, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Tabanan kelahiran 2 Februari 1971 itu mengaku memberanikan diri “bertarung” merebut hati rakyat berbekal niat baik. Kepentingan utama Dewa Budiasa merebut kursi eksekutif Tabanan adalah berbuat terbaik bagi tanah kelahirannya sebagaimana yang dicontohkan almarhum ayahnya, Dewa Nyoman Ngada.

“Ingat almarhum ayah, saya selalu terkenang bagaimana heroiknya Beliau melawan pelaut Taiwan yang mencuri di wilayah laut kita. Kala itu, Beliau mempertaruhkan nyawa hingga salah satu pengelihatan Beliau terluka. Pimpinan almarhum ayah saya gugur dalam pertarungan dengan senjata api dan tangan kosong itu. Sejumlah pelaut Taiwan juga meregang nyawa. Demikian teladan yang diberikan ayah sehingga sejak anak-anak, saya tidak takut melakukan apapun asalkan itu positif,” ucap Dewa Budiasa, Senin (30/11/2020).

Selain sosok alm. Dewa Nyoman Ngada, Dewa Budiasa juga menghayati dengan seksama pesan-pesan moral Sang Proklamator, Ir. Soekarno. “Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun. Demikian pesan Bung Karno yang mendarah daging dalam diri saya,” tandasnya.

Ajaran moral Bung Karno ini jelas Dewa Budiasa wajib direnungkan. Terangnya Indonesia adalah bangsa besar yang tidak menjadi budak negara manapun di dunia. Dalam lingkung yang lebih kecil, khususnya dihubungkan dengan hajatan Pilkada Serentak 2020, Dewa Budiasa menegaskan hal itu berarti bahwa seorang pemimpin harus memberdayakan masyarakat hingga mereka bisa mandiri alias berdiri di atas kaki sendiri. Bukan sebaliknya, justru membodoh-bodohi masyarakat hanya demi kepuasaan pribadi. Dengan memiliki keterampilan dan penghasilan yang layak, maka akan terwujud masyarakat Tabanan yang merdeka.

“Bung Karno berkata kita adalah bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta, apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, daripada makan bestik (daging mewah, red) tapi jadi budak,” ucapnya. Imbuh Dewa Budiasa, agar masyarakat Tabanan mandiri, dirinya bersama Anak Agung Ngurah Panji Astika sudah mempersiapkan program pemberdayaan dengan target peningkatan taraf hidup masyarakat dan mengentaskan kemiskinan.

Di era Panji-Budi, masyarakat akan diberdayakan agar status sosialnya meningkat. Dari masyarakat yang hidup serba berkecukupan atau miskin menjadi masyarakat yang mandiri. Bagi mereka yang memiliki UMKM akan dibina dengan serius sehingga usaha mereka naik kelas menjadi UKM.

“Saya maju di Pilkada Tabanan ini dengan modal utama keinginan untuk berbuat baik bagi tanah kelahiran. Saya seorang profesional dan kini saatnya memikirkan masyarakat Tabanan agar mandiri. Panji-Budi hadir untuk perubahan yang riil dan bisa dipertanggungjawabkan,” tegas Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) Republik Indonesia itu. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!