Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Pariwisata

Satyawira: Pekerja Pariwisata Tuntut Pengusaha Jujur

Badung (BaliPolitika.Com) – Perekonomian Provinsi Bali “porak poranda” akibat pandemi Coronavirus Disease (Covid-19). Pengusaha dan pekerja pariwisata menjadi dua komponen yang paling terdampak. Recovery alias pemulihan diprediksi akan berlangsung lama mengingat tak hanya Indonesia yang “dihantam” virus corona.

Foto Istimewa: Ketua PD FSP-Par SPSI Provinsi Bali, Putu Satyawira Marhaendra

Ketua Pengurus Daerah Federasi Serikat Pekerja Pariwisata Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (PD FSP-Par SPSI) Provinsi Bali, Putu Satyawira Marhaendra menyebut pekerja pariwisata tidak ada yang menerima upah penuh. Ada yang menerima 70%, 50%, 40%, 20%, 10% dari upah total. Ada juga yang cuti tanpa gaji. “Kalau ditanya sampai kapan pengusaha perhotelan bisa bertahan, mereka akan memaksakan diri bilang masih kuat. Pengusaha dominan tidak mau jujur sama pekerja. Kita tidak tahu cash flow (laporan keuangan, red) mereka,” ucapnya.

Satyawira menyebut para pekerja pariwisata ingin pengusaha jujur. Pekerja, jelasnya paham dan sadar bisnis yang tidak menghasilkan uang pasti butuh biayanya besar. Bila pengusaha jujur, maka pekerja akan bisa membantu. Semata-mata karena pekerja sayang pada perusahaan tempatnya bekerja. “Saya garansi tidak ada anggota SP Par-SPSI Bali yang ingin menghancurkan perusahaannya sendiri. Karena hidup mati para pekerja bergantung perusahaan tempat mereka bekerja,” ungkapnya.

Terang Satyawira bila pengusaha pariwisata sudah tidak mampu, bilang saja tidak mampu. Asalkan jangan sampai bilang tidak mampu, tapi melakukan renovasi atau membangun di lokasi lain. Fakta tersebut, terangnya terjadi di Bali. Satyawira menyebut sejauh ini pengusaha tidak ada yang berani mem-PHK para pekerja pariwisata, khususnya yang berlindung di bawah organisasi SP Par-SPSI Bali. Pasalnya, biaya pesangon pekerja relatif tinggi. Pilihan yang banyak dilakukan pengusaha adalah memberi pekerja cuti tanpa bayaran. “Karena kalau dirumahkan harus digaji. Pekerja yang tergabung dalam serikat pekerja bisa menuntut kalau di-PHK tanpa pesangon,” pungkasnya.

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!