Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Seni & Budaya

Sanggar Kagama, Ruang Rekreasi Asah Jati Diri

CREATIVE HUB: Ketua Pengda Kagama Bali I Gusti Ngurah Agung Diatmika, SH. menyerahkan plakat penghargaan kepada narasumber webinar Sasana Tari Rangda, Sabtu, (6/3/2021).

 

DALUNG, BaliPolitika.Com- Webinar Sasana Tari Rangda yang ditujukan bagi pewaris adat Bali menjadi “gebrakan” awal serangkaian peresmian Sanggar Kagama (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada), Jalan Raya Dalung No. 77, Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Sabtu (6/3/2021). Ketua Pengda Kagama Bali I Gusti Ngurah Agung Diatmika, SH. dalam sambutannya mengatakan kegiatan bertukar pikiran lewat live webinar yang menghadirkan tiga narasumber andal, yakni Jro Mangku Kadek Serongga (seniman), Jro Mangku Nyoman Ardika “Sengap” (seniman), dan Jro Mangku Dr. I Komang Indra Wirawan “Gases”, S.Sn., M.FIL.H (Dosen Universitas PGRI Mahadewa Indonesia serta dipandu moderator I Putu Eka Mahardhika, S.IP.,M.AP. akan terus berlanjut.

“Atas prakarsa Guru Dr. Made Pria Dharsana, Pembina Perkumpulan Among Budaya Capung Mas, atas kerja sama Saudara-Saudara Pimpinan DPP Peradah Indonesia Provinsi Bali, Pimpinan dan komunitas literasipedia.id, dan Pimpinan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Bali pada Sabtu sore yang membahagiakan ini, kita berkumpul dan terhubung secara daring (online) dalam live webinar tentang Sasana Tari Rangda yang sekaligus kami kaitkan dengan Peresmian Pembukaan Sanggar Kagama,” ucap pria murah senyum itu.

Apa itu Sanggar Kagama? Agung Diatmika menegaskan Sanggar Kagama adalah sebuah ruang kreasi, apresiasi, dan prestasi. Sebuah wahana dan wadah untuk mengembangkan kreativitas, karya seni, dan wacana akademik; sekaligus mengasah prestasi generasi baru. “Kami mohon doa restu, dukungan, dan kerja sama agar sejak hari ini (Sabtu, 6 Maret 2021, red) Sanggar Kagama dapat bersama-sama kita kembangkan sebagai sanggar, sebagai ruang belajar, ruang berkarya, ruang diskusi, suatu Creative Hub yang mampu berperan melahirkan karya-karya bermutu, wacana-wacana produktif yang bereputasi, dan forum komunikasi yang inklusif,” ungkapnya optimis.

Terkait webinar live bertajuk Sasana Tari Rangda, pria yang sehari-hari berprofesi sebagai notaris itu mengatakan seni pertunjukan dalam kebudayaan Bali dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yakni tari wali atau sakral, tari bebalihan atau semi sakral, dan tari bebalih-balihan atau tontonan hiburan atau profan).  Meski terkadang sulit menarik batas-batasnya, Agung Diatmika menyebut tari wali tidaklah pantas dipentaskan oleh sembarang orang, di sembarang tempat dan waktu. Hal ini sangat berbeda dengan bebalihan dan bebalih-balihan.

Ditambahkannya, tradisi Bali dipandu norma-norma. Norma adat atau yang dikenal sebagai dresta dan loka-dresta. Penyelenggaraan beberapa jenis tari dan seni pertunjukan dipayungi norma-norma yang mesti dihormati dan ditaati.  Tarian dan seni pertunjukan tertentu secara ketat diselenggarakan dengan proses yang khas, disiplin kerohanian tertentu yang tidak selalu sama di satu dan di tempat yang lain serta yang membutuhkan kematangan jnana dan kedewasaan rohani.

“Kami merasa prihatin, ketika terjadi penyimpangan. Apalagi –dalam kasus tertentu—mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dalam prosesi Tari Rangda dan tari lainnya. Kita semua, yang merasa menjadi bagian dari subjek kebudayaan Bali, pasti terpanggil untuk membahas fenomena ini, dan terutama mencari jalan keluar yang baik, agar kejadian serupa tidak pernah terulang kembali,” ungkapnya.

Inilah –antara lain- imbuh Agung Diatmika yang mendorong Pengda Kagama Bali menyambut prakarsa Pembina Prabu Capung Mas dan para seniman untuk menyelenggarakan wacana yang terstruktur dan terbuka dengan melibatkan berbagai kalangan, dari berbagai perspektif untuk menggelar webinar. “Agar dari forum webinar ini dapat kita rumuskan suatu rekomendasi tentang sasana terkait prosesi dan sasolahan yang sakral, terutama dalam hal ini sasana Tari Rangda,” tegasnya mengawali webinar yang dihadiri beberapa tokoh adat dan dinas di Desa Dalung tersebut. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!