Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Pariwisata

Respons Syarat Masuk Bali, Gung Cok: Negara Lain Lebih Ketat

BADUNG, BaliPolitika.Com– Negara-negara Eropa mulai menutup diri dari Inggris. Bukan karena keluarnya Inggris dari Uni Eropa alias Brexit, melainkan karena virus SARS-CoV-2 di negara tersebut bermutasi dan menciptakan jenis baru yang lebih menular. Varian itu dinamai VUI-20201201. Pertama kali muncul pada September 2020. Anak Agung Bagus Tri Candra Arka menyebut Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock menegaskan pihaknya sudah menginformasikan temuan tersebut ke WHO. Varian baru virus ini disebut kebal terhadap vaksin yang diciptakan.

“Belanda contohnya. Sejak Minggu (20/12/2020) mereka melarang semua penerbangan yang membawa warga Inggris. Belgia memberlakukan hal serupa, baik bagi yang datang lewat udara maupun darat. Sementara Prancis dan Jerman masih memantau perkembangan situasi,” ucap Gung Cok- sapaan akrab Anak Agung Bagus Tri Candra Arka, Minggu (20/12/2020). Imbuhnya, kondisi tersebut membuat banyak negara memberlakukan aturan yang jauh lebih ketat dari sebelumnya.

“Satu-satunya cara yang bisa Anda lakukan (untuk mengontrol persebaran virus, red) adalah membatasi kontak sosial. Sayangnya, tidak semua masyarakat mau. Banyak yang protes perayaan Natal dan Tahun Baru 2021 dilarang. Sama halnya dengan di Indonesia, khususnya Bali. Jika kita mau mempertimbangkan dengan pikiran tenang, langkah pembatasan sosial ini saya pikir sangat penting dilakukan. Meski selaku pengusaha pariwisata saya menderita kerugian yang lumayan besar, setidaknya itu lebih baik daripada saya dan keluarga saya sakit,” bebernya.

Lebih lanjut, Gung Cok berharap semua pihak bisa saling asah, asih, dan asuh sekaligus tenggang rasa. Jika disebut rugi atau serba kekurangan akibat pandemi Covid-19, dominan masyarakat mengalami hal serupa. Tak hanya masyarakat, pemerintah pun kalang kabut karena minimnya pemasukan ke kas negara dan daerah.

“Saya pribadi menilai Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengeluarkan panduan resmi kewajiban Swab dan rapid antigen ke Bali selama masa libur Natal dan Tahun Baru 2021 (Nataru) tentu ada sebabnya. Bukan bermaksud membela, tapi saya menilai keputusan Bapak Gubernur Bali Wayan Koster mengutamakan kesehatan dan keselamatan masyarakat sudah tepat. Tinggal bagaimana sekarang hal tersebut dibarengi dengan respons terhadap keluhan masyarakat yang 10 bulan terakhir tidak mendapatkan penghasilan maksimal sementara tagihan demi tagihan menanti mereka,” bebernya.

Gung Cok menggarisbawahi tidak hanya Provinsi Bali yang melakukan pembatasan orang, melainkan hampir seluruh negara dan provinsi yang masih berjuang melawan virus korona. Oleh sebab itu, dia mengajak insan pariwisata, khusunya di Bali untuk sabar mematuhi protokol kesehatan. “Wisatawan yang tetap berjuang dan tiba di Bali mari perlakukan dengan sebaik-baiknya. Tunjukkan bahwa protokol Cleanliness, Hygiene, Sanitation, and Environment yang ketat dengan standar kebersihan, kesehatan, sanitasi, dan lingkungan dari Pemerintah Pusat lewat Kemenparekraf ampuh. Jika ini berhasil, maka mata dunia akan melirik keberhasilan kita dan cita-cita pariwisata Bali pulih seperti sediakala cepat terwujud,” tutup pria murah senyum yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi Bali itu. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!