Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Politik

Respons Karangasem Era Baru, Sumerta: 2 Tahun Bali Era Baru Hasilnya Apa?

KARANGASEM, BaliPolitika.Com– “Menang, menang, menang,” teriak I Wayan Artha Dipa disambung pernyataan Karangasem Era Baru oleh I Gede Dana, Sabtu (28/11/2020). Pasangan Calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Karangasem nomor urut 1 yang diusung PDI Perjuangan dan Hanura itu dengan mantap mengatakan akan melaksanakan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali untuk mewujudkan Karangasem Era Baru dalam sesi kedua Debat Terbuka Pilkada Karangasem 2020. Istilah bekennya, satu jalur dengan Pemprov Bali yang dinakhodai Gubernur Bali Wayan Koster.

Merespons pernyataan Dana-Dipa terkait tagline Karangasem Era Baru-nya, I Nengah Sumerta, petani muda yang senantiasa kritis pada permasalahan sosial, politik, dan kebudayaan mengaku masih bingung memahami konsep era baru yang diagung-agungkan di Pilkada Serentak 2020. Pria yang akun media sosialnya baru-baru ini “diserang” oleh oknum tak bertanggung jawab itu menyarankan masyarakat Karangasem untuk bertanya lebih kritis kepada Dana-Dipa.

Kanti jani tiang tonden maan penjelasan Bali Era Baru nika seperti apa. Sebelum mampu menjelaskan target dan metoda approaching-nya (pendekatan, red), kayakne sing juari nuturang Era Baru ke kabupaten-kabupaten,” ucapnya, Minggu (29/11/2020). Sumerta menyarankan warga Karangasem untuk bertanya terkait hal itu. Juga bertanya pada diri sendiri tentang hal apa saja yang dialami secara langsung setelah 2 tahun Gubernur Bali Wayan Koster menjalankan visi-misi Nangun Sat Kerthi Loka Bali.

“Untuk warga Karangasem, Anda berhak menanyakan kepada tim 01, ketika mereka menjanjikan Karangasem Era Baru dengan program copy paste dari Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Tanyakan pada mereka, Era Baru seperti apa yang sudah dirasakan masyarakat sejak program itu di- launching tahun 2018!” ungkapnya.

Sembari mengajak masyarakat untuk sadar dan tidak menjadikan diri sebagai “pengemis politik”, alumnus Universitas Udayana itu mengaku tidak merasakan capaian-capaian politik Wayan Koster lewat visi-misi Nangun Sat Kerthi Loka Bali selama ini. Jika ada yang berpikiran sebaliknya, Nengah Sumerta berharap mendapatkan detail capain Koster selama dua tahun lebih menjabat sebagai Gubernur Bali.

Soal debat putaran pertama dan kedua di mana pasangan Dana-Dipa berulangkali menunjukkan keyakinan pada program Nangun Sat Kerthi Loka Bali, Sumerta hanya geleng-geleng kepala. “Apakah yang dimaksud oleh cabup dan cawabup itu adalah meniru kebiasaan Pak Koster dalam membuat aturan yang pada akhirnya tidak berjalan seperti seharusnya?” tanyanya.

Terkait pernyataan bahwa aturan yang dibuat Koster tidak berjalan sebagaimana mestinya, Sumerta menyatakan baru-baru ini toko seorang rekannya kena sidak dan dipasangi stiker karena tak punya thermogun. Namun, di sisi lain, Gubernur Bali Wayan Koster mengumpulkan 207 pengurus koperasi di Jaya Sabha, rumah jabatan Gubernur Bali, Denpasar.

“Hal ini membuat kepala saya berkerut. Pertama, toko rekan saya disidak dan dipasangi stiker karena tak punya thermogun. Kedua, surat undangan Pak Gubernur kepada ratusan pengurus koperasi di Karangasem dan Bangli. Di surat tersebut dikatakan ada pemeriksaan BPK. Pihak internal BPK yang dikonfirmasi menyatakan tidak tahu menahu tentang hal yang dimaksud. Ketiga, ancaman pencopotan kepala daerah yang melanggar protokol kesehatan. Pertanyaan saya, apakah jika gubernur yang mengundang, maka boleh menciptakan kerumunan yang melebihi 30 orang? Tak bisakah aturan ini dibuat setara dan seragam agar tak ada kesan bahwa penguasa boleh nganggoang keneh pedidi (berbuat sesuka hati, red)? tanya Nengah Sumerta sembari berharap respons dari Kapolda Bali Irjen Pol Putu Jayan Danu Putra. (bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!