Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Politik

Prihatin Kondisi Ketut Leo, Warga Sebut Dwi Yustiawati Lupa Kawitan

KLUNGKUNG, BaliPolitika.Com- Pertumbuhan ekonomi Bali yang terperosok hingga -12,28% di Triwulan III 2020 membuat banyak pihak merana. Namun, bagi krama relawan perjuangan masyarakat Sental Kangin, Nusa Penida, Klungkung, musibah sebenarnya adalah tidak bahagianya I Ketut Lea Wijaya. Pengusaha muda yang akrab disapa Ketut Leo itu disebut menghabiskan hari-harinya dengan murung. Tidak ada rona bahagia yang memancar dari wajah sang pengusaha properti.

Meski Ketut Leo memilih diam, warga setempat paham pemicu murungnya hati pria yang pernah merantau ke Jakarta itu adalah anggota DPRD Bali dari Fraksi PDI Perjuangan Dapil Klungkung, Ni Luh Kadek Dwi Yustiawati alias Deren. Mencetak sejarah sebagai wanita pertama asal Nusa Penida, Klungkung yang tembus menjadi legislator DPRD Bali, peraih suara 24.079 itu ternyata dinilai gagal. Setahun lebih menjabat, wanita berparas ayu itu dinilai kurang merespons aspirasi masyarakat Gumi Serombotan.

“Anggota dewan Ni Luh Kadek Dwi Yustiawati dikecam sebagai manusia yang lupa kawitan oleh masyarakat Nusa Penida dan Klungkung. Pasalnya, Dwi Yustiawati yang sukses sejak menyandang status sebagai istri pengusaha asal Nusa Penida lolos sebagai caleg. Ternyata suaminya mampu meraup suara tertinggi untuk sang istri di setiap kecamatan di Klungkung. Ketut Leo berhasil membuat istrinya terpilih sebagai anggota DPRD tingkat satu Provinsi Bali dengan suara tertinggi di Kabupaten Klungkung,” ucap salah seorang warga Sental Kangin.

Warga menilai, posisi Ni Luh Kadek Dwi Yustiawati sepenuhnya merupakan anugerah dan berkah karena kebaikan dan sifat dermawan sang suami. Bukan karena kemampuan pribadinya. Sayangnya, mendapat fasilitas kehidupan yang serba wah dan status sebagai wakil rakyat yang dihormati, Dwi Yustiawati malah menjadi-jadi. Ia disebut orang yang tidak tahu berterima kasih. “Istrinya itu hanya anak ingusan yang dipungut dari keluarga yang mungkin untuk jadi calon kelian banjar pun tidak akan ada yang mau milih. Sejak menikah dengan saudara kami, pengusaha asal Nusa Penida, dia mendadak jadi ratu dan langsung dijadikan DPRD Provinsi Bali dengan suara tertinggi di Klungkung,” ungkap warga lain sembari menyatakan sangat miris melihat kondisi suami Srikandi PDI Perjuangan itu.

Usut punya usut, kegeraman masyarakat Klungkung, khususnya Nusa Penida dilatarbelakangi sulitnya perempuan kelahiran 11 Desember 1992 itu ditemui. Setahun lebih duduk di kursi empuk Fraksi PDI Perjuangan Provinsi Bali, Dwi Yustiawati disebut kurang ramah dengan para pemilihnya. Puluhan bahkan ratusan warga yang singgah ke kediamannya di Jalan Tukad Badung, Denpasar hanya ditemui oleh sang suami seorang diri. “Seolah-olah Pak Ketut Leo yang menjadi anggota DPRD Bali. Di rumah itu, suaminya dengan sabar berusaha memberi solusi bagi setiap masyarakat yang datang memerlukan. Dwi Yustiawati tidak pernah ada di rumah. Setelah kami telusuri lebih dalam, ternyata Dwi Yustiawati memang seperti itu dari awal menikah dengan Pak Ketut Leo,” urai warga lainnya.

Kepada balipolitika.com, salah seorang sahabat dekat Ketut Leo menuturkan bahwa dirinya tercengang mengetahui bahwa Dwi Yustiawati membawa setiap yang diberikan oleh suaminya ke rumah orang tuanya secara diam-diam dan menyimpangnya di rumah orang tuanya. “Entah berapa banyak barang berharga hadiah dari suaminya dibawa dan disimpan di rumah orang tuanya. Emas, berlian, dan aksesoris-aksesoris mahal lainnya,” ungkapnya sembari mengaku kasihan melihat kondisi Ketut Leo.

Dikonfirmasi terpisah, Ketut Leo mengaku dirinya pernah bersumpah tidak akan pernah mau meminta gaji dari sang istri. Asalkan gajinya itu bisa berguna untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. Disinggung soal perhiasan yang diberikannya kepada sang istri, Ketut Leo tak menampik barang-barang berharga yang ditaksir mencapai harga Rp 27 miliar itu tak ada di kediamannya.

“Yang paling mencengangkan lagi, sejak dia dijadikan DPRD Provinsi Bali oleh suaminya. Sampai-sampai gajinya pun disimpan di rumah orang tuanya. Suaminya yang memang bersumpah tidak akan pernah mau meminta gaji dari istrinya itu berkata yang penting gaji Dwi Yustiawati bisa berguna untuk membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan,” ungkap Kelian Banjar Sental Kangin, Nyoman Supaya ditemui, Sabtu (21/11/2020) di sebuah tempat di kawasan Denpasar.

Lebih lanjut, melihat sang istri tak menunjukkan keinginan membantu masyarakat Klungkung, khususnya Nusa Penida yang datang minta tolong, Ketut Leo hanya bisa pasrah. Meski demikian dia tetap merespons semua keluhan masyarakat tersebut. “Fakta tersebut membuat masyarakat merasa iba pada suami Ni Luh Kadek Dwi Yustiawati. Ia harus memikul tanggung jawab ngayahin kebutuhan masyarakat pemilih istrinya yang datang meminta bantuan mengingat dia punya istri sakit jiwa. Mirisnya, sang mertua mendukung kekeliruan yang dilakukan oleh anaknya, Ni Luh Kadek Dwi Yustiawati itu,” keluh warga.

Sebagaimana diketahui, lama bersabar dan memilih diam, Ketut Leo sempat bersuara soal kabar keretakan rumah tangganya dengan anggota DPRD Bali dari Fraksi PDIP Dapil Klungkung, Ni Luh Kadek Dwi Yustiawati. Tak hanya membenarkan soal renggangnya hubungan dirinya dengan istrinya, ia juga blak-blakan membongkar soal keberadaan akun media social facebook (FB) atas nama Gede Jimba dan Sekar Jepun yang kerap kali menyudutkan dirinya dengan istrinya yang sempat ia gugat cerai itu. Persoalan ini telah lama redup dan kini timbul kabar lain yang mencengangkan banyak pihak. Warga Nusa Penida, Klungkung yang ditemui awak media seluruhnya menyatakan prihatin dengan posisi Ketut Leo. Dikenal dermawan dan memang selalu membantu warga yang meminta bantuan, warga menilai kehadiran istri Ketut Leo yang mereka pilih saat Pileg 2019 sangat penting. (bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!