Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

PuisiSastra

Puisi-Puisi Pulo Lasman Simanjuntak

Ilustrasi: Ignatius Darmawan

 

MENULIS SAJAK DENGAN AIR LUMPUR

menulis sajak dengan air lumpur
tubuhku harus turun perlahan
ke kaki-kaki bumi

jaraknya dibatasi ribuan paralon
kadang tak puasa seharian
menelan perkakas biji besi

sampai bersekutu
dengan kegelisahan
tak mandi matahari

nyaris tiga tahun
aku buas memperkosa
apa saja binatang liar
yang menyusup dalam air tanah

menulis sajak dengan air lumpur
tak kunjung selesai
sampai bait ketiga

lalu kutebar kemarau
di area persawahan yang berkabut
baunya sangat membusuk

racunnya tiba-tiba membentuk
sebuah ritual yang menyebalkan
sehingga kulitku gatal dan keruh
membabi buta siang dan malam

maka menulis sajak dengan air lumpur
harus diselesaikan dengan tuntas

Jakarta, 2023

 

PRIA TANPA KELAMIN

pria tanpa kelamin
rajin menyapa
hujan sorehari
sambil tertidur pulas
menjelma jadi hewan pemalas

dari atas ranjang tembaga
ditularkan ribuan kuman
tumbuh subur
dalam akar panas bumi
perlahan dimatikan
angan-angan terjebak di atas dahan

setiap pergi pagi buta
ingin menembus belantara kota jakarta
hari-hari selanjutnya
makin mengerikan

paru-parunya kini terinfeksi
bakteri takut dewa matahari
bahkan hatinya
hanya mengalahkan dua kali
semakin gelap
ingin pergi ke planet
dunia orang mati

pria tanpa kelamin
memiliki sepotong ginjal
yang telah membuat bengkak
seluruh rumah suci
tempat orang berdoa
mengumpulkan dosa
masa lalu paling menyakitkan

pria tanpa kelamin
pingsan sejenak
lalu bangun lagi
tabur mawar
di tempat tidur penyakit menular
benar-benar liar

apakah masih ada harapan
karena kemelaratan
berlanjut untuk waktu yang lama

Jakarta, 2023

 

RUMAH SAKIT BERTINGKAT

dari muka tulisan suci
tubuhnya terus membengkak
berubah menjadi bangunan
rumah sakit bertingkat

lalu menatap langit sepanjang hari
yang menelan
kuman diagnosis penyakit
menyebarkan
kesepian berdahak
dari perawan yang tidak memiliki sperma berkepanjangan

jam berapa sekarang, tanyanya
bau infus telah menyebar
ke kuburan basah
air mata merah
kemarahan
telah menyebarkan kebohongan

“Jika kematianku datang, biarlah dibungkus dengan kain kafan tua, karena peti mati itu terlalu mahal untuk dijual di bawah bumi tak berpenghuni,” pesanmu

lalu sebelum pulang
telah melewati ranjang kematian ini
tepat di bawah perutmu yang berlubang
disuntikkan ke dalam terowongan berair
tembus ke liang lahat
memang mengerikan!

Jakarta, 2023

 

KHOTBAH

khotbah selama berabad-abad
sudah dipanggil
di atas mimbar tradisional
sampai ditelan dengan rakus
kelaparan media digital

kami ingin berjalan pasti
menerobos langit merah ketiga
meskipun setiap jam berdentang
mengalahkan keras
kita tersesat
di pemukiman liar

tidak bisa menyanyi lagi
sekitar lima ribu orang makan roti komuni
ikan terbang
benua orang-orang yang kesepian

haruskah kita bermain sandiwara?
seluruh pesan surga
disampaikan berulang kali
di layar zoom
menyajikan segelas jeruk
di perut bumi

sementara fashion kita benar-benar beku
terpukul keras oleh bulan
di bawah jembatan mobil terapung
trotoar jalan Kemerangan
air toilet

aku tidak bisa lagi melanjutkan khotbah ini
karena harus bergegas
kembali ke rahim bumi
dengan tangan berkerudung
di sembilan mata angin
berjualan sangat membosankan

Jakarta, 2023

 

GENOSIDA

di galeri seni kuno
terbagi menjadi empat penjuru kota
protes sejak pandemi merebak

masih ada sejumlah file puisi yang terluka
dibagikan di meja pengadilan rakyat
entah sampai kapan bisa dinyanyikan
menjadi kemenangan

penyair masih terkunci di dalam sangkar
bangunan cagar budaya juga dibakar
akan menjadi taman impian lautan yang lapar
hanya karya seni yang diciptakan saja
untuk mendapatkan keuntungan dari para kapitalis yang ganas

sekarang mereka masih ketakutan
harus membayar tiket pertunjukan
dipanggil di tempat parkir
orang-orang yang lewat tidak peduli
bahkan suara petasan pun terdengar
di panggung tari tradisi panjang

rumah budaya siapa ini, tanya seorang teman penyair yang baik
dia rajin tidur di tenda kematian
menatap bintang dan langit kehidupan dari layar kekeringan
hampir seperti tornado
membawanya terbang tinggi
ke negara-negara palsu

aku hanya diam
memunculkan sejumlah pertanyaan abadi
bahwa aku harus memberitahu
di atas cawan penderitaan yang mencair
lapar akan kata juga
meniup harta karun

Jakarta, 2023

 

BIODATA

Pulo Lasman Simanjuntak, menulis puisi pertama kali berjudul “Ibunda” dimuat di Kompas tahun 1977. Puisi-puisinya terangkum dalam tujuh antologi puisi tunggal, dan saat ini tengah persiapan untuk penerbitan buku antologi puisi tunggal ke-8, berjudul “Meditasi Batu”. Selain menjadi ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP), ia aktif sebagai wartawan dan rohaniawan.

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!