Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

humanisme

Pejuang Babi Bali Tegaskan Semua Harus Hidup

Larang Kerumunan, Bukan Warga Jualan 

HUMANISME: Wanita cantik pejuang babi, Putu Ria Wijayanti puji kebijakan Wali Kota Lubuklinggau.

 

DENPASAR, BaliPolitika.Com- Otonomi daerah, yakni kewenangan untuk mengatur sendiri kepentingan masyarakat atau kepentingan untuk membuat aturan guna mengurus daerahnya sendiri menjadi hal strategis di masa pandemi Covid-19. Penerjemahan aturan pemerintah pusat di tingkat daerah akan membuat masyarakat mampu bertahan alias survive. Hal inilah yang diapresiasi Putu Ria Wijayanti dari sosok Wali Kota Lubuklinggau, Drs. H. SN Prana Putra Sohe, MM.

Wanita cantik pejuang babi yang kini mengemban amanat sebagai Sekretaris Perkumpulan Peternak Hewan Monogastrik Indonesia (PHMI) itu menilai kebijakan Walikota SN Prana Putra Sohe tidak melarang orang berjualan asal tidak menciptakan kerumunan patut diapresiasi. Penegasan bahwa yang dibubarkan adalah kerumunan, bukan pedagangnya menunjukkan kesadaran SN Prana Putra Sohe bahwa semua harus bertahan hidup baik dari virus maupun tekanan ekonomi. 

“Mari sama sama memanusiakan manusia. Semua harus bertahan hidup. Baik dari virus maupun dari tekanan ekonomi. Tidak semua orang punya cukup uang untuk bertahan. Jangan sampai mereka mengemis di jalanan. Akan banyak anak-anak tak sekolah kocar-kacir meminta belas kasihan. Karena mereka tak punya jalan keluar. Mari sama-sama memanusiakan manusia,” ucap alumnus SMA Negeri 4 Denpasar itu, Rabu (14/7/2021). 

Sebagaimana diketahui, SN Prana Putra Sohe menunjukkan pendekatan yang berbeda dalam menangani wabah Covid-19. Kepada petugas Satpol PP Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, ia berpesan dalam aksen Melayu bahwa rasa kemanusiaan harus dikedepankan saat menertibkan masyarakat.

“Kito tidak melarang orang untuk berjualan. Yang kito larang ni berkerumunan. Mereka tu nyari makan, bukan nyari duet. Jadi kalau kito bubar-bubarkan cak ini, kito buang-buang itu. Kasihan. Aku minta kalau untuk pedagang-pedagang kaki limo atau pedagang-pedagang itu harus humanis sambil dijelaskan. Kalau memang dio tidak menimbulkan kerumunan yo sudahlah. Tapi kalau mereka sampai menimbulkan kerumunan ya ditertibkan itu kerumunannyo bukan pedagangnyo,” ucap Wali Kota Lubuklinggau, Drs. H. SN Prana Putra Sohe, MM. (tim/bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!