Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

OPINI

Negara Lumpuh Tanpa Pemuda

Dr. Anak Agung Putu Sugiantiningsih,S.IP.,M.AP

Menyiksik kembali relung perjalanan sejarah para tokoh pemuda, dalam masa sebelum kemerdekaan bahkan setelah mencapai kemerdekaan.Hal ini begitu berharga, mengingat gerakan para pemuda kala itu berhasil menyatukan nusantara. Bahkan berstrategi sedemikian rupa untuk sebuah upaya pencapaian kemerdekaan. Indonesia, merupakan negara yang kaya raya, menjadi incaran banyak Negara. Silih berganti atur siasat untuk menguasai negeri tercinta. Tiada terasa 93 tahun sudah, ketika persatuan diragukan, dan kebhinekaan disangsikan. Masih terbesit dalam ingatan, peristiwa sumpah pemuda dilatar belakangi munculnya dorongan bersatu dalam diri pemuda Indonesia. 

Sejak zaman dahulu bangsa Indonesia terpecah belah akibat perbedaan suku, agama dan ras. Pemuda mengaggap bahwa keadaan tersebut membuat penjajah semakin mudah untuk melakukan politik adu domba atau lebih dikenal dengan Devide Et Impera. Perlawanan terhadap penjajah pun sangat sulit dilakukan, hal ini dikarenakan perlawanan bangsa Indonesia yang kala itu lebih banyak bersifat fisik dan kedaerahan, sehingga sangat mudah untuk dipatahkan oleh penjajah. 

Para pemuda terpelajar menyadari kondisi ini dan mereka mulai berfikir untuk merubah strategi perlawanan dari gerakan fisik menjadi gerakan politik. Muncul beragam organisasi-organisasi kepemudaan daerah. Beberapa diantaranya yang cukup terkenal yaitu, Jong Java (Pemuda Jawa), Jong Sumatranen Bond (Pemuda Sumatra), Jong Minahasa (Pemuda Minahasa), Jong Celebes ( Pemuda Sulawesi). 

Menyadari pentingnya persatuan mereka menginginkan agar organisasi-organisasi yang bersifat kedaerahan itu meleburkan diri menjadi satu organisasi yang bersifat nasional untuk bersama-bersama melawan penjajah. Karena pengalaman mengajarkan bahwa organisasi-organisasi bersifat kedaerahan sangat mudah untuk dipatahkan oleh penjajah. Maka semua akhirnya bersepakat untuk melakukan kongres pemuda. 

Kongres pemuda dikerjakan oleh organisasi kepemudaan yang saat itu terpecah belah. Kongres pemuda diselenggarakan di Jakarta dan terjadi sebanyak dua kali, yakni kongres pemuda satu berlangsung pada tanggal 30 april sampai 2 mei 1926, dan kongres pemuda dua berlangsung pada tanggal 27-28 oktober 1928. Pada kongres pemuda dua tersebut mereka mengeluarkan sebuah ikrar yang dikenal dengan sumpah pemuda. Isi sumpah pemuda terkandung dalam putusan hasil kongres pemuda saat itu, sumpah tersebut berisikan satu nusa satu bangsa dan satu bahasa yaitu bahasa Indonesia. Bunyi ikrar Sumpah 1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. 2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. 3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. 

Ikrar sumpah pemuda menjadi tonggak perjuangan bangsa Indonesia secara nasional untuk bersama-sama melawan penjajah guna untuk menjadi bangsa yang merdeka dan bebas dari segala bentuk penjajahan serta penindasan. Dalam peristiwa sumpah pumuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia untuk yang pertama kalinya yang diciptakan oleh Wage Rudolf Soepratman.

Suasana kala itu tentu akan terukir sepanjang masa, masihkah pekik ikrar sumpah pemuda akan kita dengar di masa kini? Dimana para pemuda sibuk dengan keegoannya, sibuk dengan modernisasi dan peradaban yang harus terkejar hingga tak boleh tertinggal sedikitpun. Para pemuda masa kini yang semakin larut dan hanyut pada globalisasi, tanpa menyadari betapa besar makna persatuan yang terajut berdara-darah oleh pendahulu kita. 

Bagaimana para pemuda masa kini menunjukkan eksistensi dan penghargaan terhadap para tokoh-tokoh muda yang berjuang untuk satukan kebhinekaan, sementara di masa kini para pemuda saling bentrok, saling tikam, saling beradu nyali, untuk memperlihatkan kekuatan masing-masing kelompoknya. Di masa-masa tersulit bangsa, pada siapa akan bersandar kepala ini, jika tidak pada generasi muda bangsa, yang sedang kokoh dan kuat. Saat negeri ini jatuh terpuruk dengan luka menganga, pada siapa akan bertopang dan obati luka-luka itu? Tentunya pada para pemuda, tidak cukup satu. Tapi Bengsa Indonesia, memerlukan seluruh pemuda dalam menyangga kala negeri ini goyah, kekuatan persatuan begitu luar biasa terasa, saat pandemi covid hadir di Indonesia. Berbagai daya upaya dilakukan untuk saling membantu sesama. 

Jika para pemuda, senantiasa mentauladani perjuangan para tokoh-tokoh muda dulu, tentunya semakin kuat bangsa ini, tiada akan terpecah-belah, bahkan tercera-berai. Sampai detik ini, Indonesia masih menjadi target Negara di luar sana, agar dapat dikuasai dan dijajah kembali dengan cara yang lebih elegan. Maka dari itu, kunci dari semuanya adalah persatuan dan kesatuan, serta kbhinekaan yang tak boleh mati sedikitpun. Demi tegaknya NKRI dan sang merah putih berkibar di tanah pertiwi. (*)

**Penulis adalah dosen Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Poltik (STISPOL) Wira Bhakti

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!