Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Politik

Di-Komnasham-kan, Koster Diminta Ayomi Semua Pihak

SALAM DAMAI: I Made Mudarta meminta semua pihak untuk mengutamakan musyawarah mufakat berbekal kepala dingin.

 

DENPASAR, BaliPolitika.Com- Kalau saudara kita sendiri di Provinsi Bali berkelahi, bagaimana turis mau datang dan pariwisata bisa bangkit? Pernyataan sekaligus pertanyaan ini dilontarkan I Made Mudarta merespons pelaporan Gubernur Bali Wayan Koster oleh International Society for Krishna Consciousness (ISKCON) Indonesia ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Republik Indonesia, Selasa (8/6/2021).

“Bapak Gubernur Wayan Koster adalah Murdaning Jagat Bali; adalah Guru Wisesa yang bijaksana. Kita selaku masyarakat Bali harus menghormati Guru Wisesa. Posisi Beliau begitu mulia. Namun, statement Beliau cukup disayangkan karena mendukung salah satu pihak dalam polemik ini (Sampradaya, red). Saya selaku pribadi menilai ada perpecahan akibat statement Beliau. Pak Koster kami harapkan mempersatukan seluruh elemen masyarakat Bali dengan berada di posisi tengah-tengah,” ucap Mudarta ditemui, Selasa (8/6/2021).

Mudarta menilai tidak ada ruginya bahkan menjadi sebuah keuntungan jika Gubernur Bali Wayan koster memilih posisi di tengah. Dengan musyawarah mufakat ungkapnya polemik tersebut bisa menjadi momentum untuk membuktikan bahwa Pulau Bali adalah pulau damai, penuh cinta kasih, pulau surga, dan sejenisnya kepada dunia internasional, khususnya di masa pandemi Covid-19. “Secara pribadi, Bapak Koster pun akan untung besar jika berada di tengah-tengah. Sebab anggota ISCON pun tentu memiliki hak pilih dan mencoblos Beliau saat Pemilihan Gubernur Bali tahun 2018 silam. Sebagai Gubernur Bali, dengan berada di tengah-tengah alias posisi netral, suasana pun akan sejuk. Bisa berperan sebagai Bapak dari semua anak-anaknya di Provinsi Bali,” tegasnya.

Menyikapi polemik yang berkepanjangan, Mudarta menegaskan tidak ada jalan lain selain musyawarah mufakat untuk memperoleh solusi dengan kepala dingin. “Hari ini terlihat keberpihakan Beliau, sehingga ada Saudara-Saudara kita yang merasa didzolimi. Tentu sejatinya sangat mudah jika Bapak Gubernur Bali mau mengumpulkan kedua belah pihak, mencari solusi, jalan damai karena umat Hindu di Indonesia sangat minoritas. Mari kita tunjukkan Hindu yang sesungguhnya sebagai agama yang penuh kedamaian. Mari menjadi teladan, contoh, saling tolong- menolong, dan menyelesaikan segala permasalahan dengan kepala dingin. Inilah makna sejati Hindu. Kita selalu berucap Om Santih, Santih, Santih, Om. Artinya segala permasalahan dibahas secara musyawarah mufakat, dibahas dengan kepala dingin,” tandasnya.

Lebih jauh, Mudarta mengajak Gubernur Bali Wayan Koster berbesar hati dan mengajak semua pihak menekan ego masing-masing. Memuji sosok Koster sebagai pemimpin yang memperjuangkan dresta Bali sebagai akar dari budaya Bali, Mudarta mengajak Sang Murdaning Jagat Bali untuk turun level dan merangkul semua pihak. “Berita ini sudah mendunia. Tak hanya dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Selama ini kita menerima siapa saja dari seuruh penjuru dunia dengan berbagai perbedaan latar budaya dan keyakinan. Bahkan mereka yang tak beragama juga leluasa ke Bali. Sesuai branding sebagai Pulau Cinta Kasih, Pulau Surga, Pulau Dewata, mari gunakan cinta kasih untuk menyelesaikan setiap persoalan yang terjadi. Ingat, faktor agama bisa memicu perang. Contohnya, konflik di Jalur Gaza. Perang itu tidak murni soal tapal batas, namun juga dipicu agama,” tutupnya. (tim/bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!