Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Politik

Muntra Effect, Dewa Nida Sebut 2 Kali Sugawa Korry Ceroboh

Sentil Pencopotan Tim Ahli DPRD Bali

BICARA: Pengurus DPP Golkar dan Wasekjen DPP Ormas MKGR 2020-2025, Dewa Made Widiasa Nida diapit Ketua DPD 1 Golkar Bali I Nyoman Sugawa Korry dan anggota DPR RI Gde Sumarjaya Linggih.

 

DENPASAR, BaliPolitika.Com- “Muntra Effect” berlanjut. Kali ini, mundurnya Eks Ketua DPD II Golkar Badung, I Wayan Muntra itu ditanggapi Pengurus DPP Golkar merangkap Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Organisasi Kemasyarakatan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (Wasekjen DPP Ormas MKGR) periode 2020-2025, Dewa Made Widiasa Nida. Ia mengaku prihatin dan menyayangkan mundurnya Muntra yang kini mengemban amanah sebagai Ketua Pengprov Lemkari-Do Provinsi Bali, Ketua Pengurus Wilayah Bali Ikatan Notaris Indonesia, Ketua Umum Induk Organisasi Golf (PGI) Bali masa bakti 2020-2024, dan Kerta Desa Adat Peminge.

“Saya prihatin dan menyayangkan mundurnya Pak Muntra. Dengan mundurnya Pak Muntra itu semestinya Ketua DPD Golkar Bali introspeksi diri. Kenapa bisa sampai kader mundur? Kedua, janganlah sewenang-wenang mencopot kader. Seperti kemarin mencopot kader milenial yang jadi TA (tim ahli, red). Itu contohnya. Padahal di DPP sekarang programnya mendekati hati pemilih milenial,” ujarnya, Jumat (11/6/2021).

Terkait Muntra, Dewa Nida menyebut kondisi tersebut sangat disayangkan. Pasalnya, kini mencari pengurus partai politik sangat sulit. Ungkapnya, yang jadi pengurus parpol mau datang mengikuti agenda saja sudah syukur. “Untuk itu, jadi pimpinan, ketua parpol hendaknya harus bersikap bijak. Kurangi sedikit arogan, bersikap bijak. Jangan sewenang-wenang.Dan pengurus (Golkar, red) yang menyatakan mundur ini baru membuat pernyataan saja. Banyak masih pengurus DPD 1 hasil Musda yang tidak aktif sesuai laporan. Banyak yang mengaku tidak aktif. Karena kurang komunikasi juga dengan kader-kader,” ungkap Dewa Nida tanpa menyebut nama siapa kader-kader dimaksud.

Dewa Nida juga mengingatkan agar Ketua DPD 1 Golkar Bali lebih komunikatif dan jangan sering marah kepada kader. “Karena seperti yang tiang bilang di depan tadi, mencari pengurus itu cukup sulit dan mau jadi pengurus juga cukup sulit. Karena jadi pengurus itu tidak dapat apa-apa. Apalagi sekarang banyak pengurus tidak DPRD, tidak anggota DPR. Nah itu harus dimengerti oleh pimpinan partai.

Mundurnya Muntra, tegas Dewa Nida berdampak kepada Golkar Bali. Lebih-lebih Muntra, ungkap Dewa Nida merupakan incaran sehingga dapat disimpulkan bahwa dia merupakan kader potesial. “Jadi incaran partai-partai lain. Semestinya dipikirkanlah. Sebenarnya yang dipersoalkan Muntra cuma satu. Saya sempat bicara dengan Pak Muntra lewat WA. Diganti sebagai Ketua Bakumham, bukan masalah yang sudah-sudah lewat. Dia sudah melupakan yang lewat-lewat itu. Tanpa pernah diajak bicara. Harusnya kan sebelumnya itu, menurut tiang harus dipanggil diajak bicara berdua. Dua arah jadinya pembicaraannya. Kalau memang Pak Muntra tidak mau mengundurkan diri ya sodorkan saja surat pernyataan. Jangan diganti tiba-tiba sampai dia bilang di berita terdahulu itu tidak mengetahui mau diganti. Itu kan sangat disayangkan,” tegas Dewa Nida.

Dewa Nida membantah istilah Muntra “diusir secara halus”. Namun menilai keluarnya Muntra karena situasi yang dirasa tidak nyaman. “Sudah dua kali Pak Sugawa Korry ceroboh. Pertama, mencopot tenaga ahli DPRD Bali dengan sewenang-wenang. Tanpa prosedur. Tanpa pernah memanggil. Dieksekusi dulu baru dipanggil. Ini polanya nggak benar. Mengeksekusi kader, dicopot, diganti, baru dikaji dan cari pembenaran dengan kajian. Itu yang saya sayangkan. DPD Golkar dengan situasi seperti ini harus hati-hati. Kita kan tidak pemenang di Bali. Cuma nomor dua. Supaya nggak anjlok suaranya ya harus hati-hati,” pesannya.

Dikonfirmasi terpisah, Ketua DPD 1 Golkar Bali I Nyoman Sugawa Korry mengaku merasa aneh dengan mundurnya sejumlah kader Golkar. Ungkapnya, setelah lama “menghilang” kader I Made Mastra Arjawa tiba-tiba muncul membawa surat pengunduran diri. “Sejak Pak Muntra tidak pernah hadir Made Mastra pun juga tidak hadir. Setiap acara kami selalu menghubungi tetapi Beliau (Muntra, red) tidak pernah hadir,” ungkapnya. Sugawa menegaskan sebagai pimpinan Golkar Bali dirinya selalu memosisikan diri sebagai “ayah” yang baik bagi seluruh kader tanpa melihat polemik di masa lalu. Terangnya, ia lebih memilih rekonsiliasi daripada larut dalam blok A, B, C, dan sejenisnya. “Intinya saya berjuang untuk Partai Golkar, bukan atas nama pribadi. Saya optimis sejatinya tidak ada masalah dalam internal Partai Golkar Bali. Hanya masalah miskomunikasi saja,” ungkap akademisi sekaligus politisi senior asal Kecamatan Busungbiu, Buleleng itu. (tim/bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!