Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Seni & Budaya

Membangun Bali Berbekal Hati dari Kota Hambrug

I Did it… My Way, My Life Between Hamburg and Bali

Denpasar (BaliPolitika.Com) – Kreatif, teguh, dan berani. Prinsip inilah yang mengantarkan Reinhold Jantzen besar bersama perusahaannya, PT Soejasch Bali. Kisah hidup pria kelahiran Hamburg, Jerman ini dikupas Willi Andresen dalam sebuah buku autobiografi berjudul Hamburger mit Herz, Mein Leben zwischen Hamburg und Bali. Versi berbahasa Jerman ini diterbikan Books on Demand, Norderstedt tahun 2018. Reinhold Jantzen me-launching versi bahasa Inggris dari buku yang sama, I Did it… My Way, My Life Between Hamburg and Bali Oktober 2019 silam. Jika diterjemahkan berarti “Saya lakukan dengan cara saya! Hidupku Antara Hamburg dan Bali.”

Buku setebal 303 halaman dan terdiri atas 23 bab itu dibuka dengan judul Hell in Paradise (pembunuhan di surga, red). Bab ini mengulas pikiran dan perasaan Reinhold Jantzen tentang Tragedi Bom Bali 1, 12 Oktober 2002. I Did it… My Way, My Life Between Hamburg and Bali mengulas perjalanan hidup Reinhold Jantzen yang lahir di Hamburg dan bepergian keliling dunia untuk menemukan jati diri dan tujuan hidupnya. Sejatinya, dia tidak pernah ingin meninggalkan Hamburg. Dengan gelar sebagai ahli perikanan, Jantzen mulai bekerja ke luar negeri pada tahun 1972.

Di Persia dia bekerja di pabrik ikan milik Syekh Persia. Program promosi perikanan membawanya dari Sri Lanka menuju Bali. Sebagai seorang pebisnis, nalurinya bekerja. Langkah-langkah kreatif itu dimulai dengan memanggang ikan di garasi di atas barel minyak bekas dan memproduksi salad ikan kering. Inilah embrio awal PT Soejasch Bali yang kini beroperasi tak hanya di area Bali, melainkan juga Jakarta, Surabaya, dan kota-kota lain di Indonesia.

Bekerjasama dengan sang istri, Endang Suciati yang ia sebut dengan istilah strong women (bab 12 halaman 175, red), Reinhold Jantzen mengirim sendiri barang-barang dagangannya dengan sepeda motor ke hotel-hotel internasional. Dirinya menyebut selalu ada batu sandungan serta serangan dari pesaing. Sebagai orang asing hidup di Bali 40 tahun yang lalu, hidup itu sulit. Bahkan pernikahan dengan istrinya yang orang Jawa, Endang, adalah hal yang tidak mudah. Namun demikian, ia menghadapi rintangan dan membangun keberadaannya.

Pada tahun 1986 ia diangkat sebagai Konsul Kehormatan Jerman termuda. Selama 27 tahun, ia melakukan pekerjaan sukarela dengan dedikasi tinggi dan sepenuh hati. Dalam periode inilah, usaha yang dirintisnya mulai berkembang. Layar kehidupan diplomatik mempertemukannya dengan orang-orang penting di Indonesia, khususnya Bali. Sejumlah tokoh Pulau Dewata yang terangkum dalam buku autobiografi ini antara lain Ida Bagus Kompyang, Mantan Gubernur Bali Dewa Made Berata, dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Kabinet Gotong Royong I Gede Ardhika.

Reinhold Jantzen juga memiliki ikatan emosional yang kuat dengan mantan Presiden Jerman, Richard von Weizsacker. Dalam sebuah bab diceritakan bahwa selama perjalanan berlayar, mantan Presiden Richard von Weizsacker tiba-tiba menghilang di tengah laut. “Presiden sempat hilang bodyguard bingung hingga satu orang liat ke atas, ternyata naik ke layar,” kenangnya. Mantan Menteri Luar Negeri Jerman, Federal Sigmar Gabriel juga dikisahkan Jantzen dalam autobiografinya. Berbekal hati dari Kota Hamburg, Jantzen membantu banyak wisatawan Jerman.

“Mulai bisnis di sini (Bali, red). Di garasi. Pakai 1 drum minyak. Asap ikan dan pakai sepeda motor jual ke hotel tahun 1980-an. Tahun 1985-an buka resto pertama Mama’s German Restaurant Kuta,” kisahnya sembari berkata mengawali bisnis dengan mempekerjakan 2 karyawan. Menariknya, Reinhold Jantzen menyebut tak ingin berkompetisi dengan perusahaan lokal. “Jadi saya bikin yang tidak ada di sini,” tandasnya.

Terkait buku autobiografi yang didedikasikan kepada istri, anak-anak dan cucu-cucunya, Reinhold Jantzen berkata seluruh hasil penjualan yang diperoleh akan disumbangkan untuk Yayasan Rotary Klub Bali, Nusa Dua. I Did it… My Way, My Life Between Hamburg and Bali bisa Anda beli di Periplus, Books & Beyond, Kinokuniya, Alunalun Indonesia, Gunung Agung, AfterhoursBookshop.com, Tokopedia, dan Bukalapak. *

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!