Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

KesehatanPemerintahan

“Kami Datang Penglihatan Terang” Menuju Top 5 Inovasi Pelayanan Publik 

DENPASAR (BaliPolitika.Com) – Rumah Sakit Mata Bali Mandara (RSMBM) bercokol di 15 besar ajang Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2020 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KEMENPANRB). Menuju ke 5 besar, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati via zoom meeting mempresentasikan inovasi “Kami Datang Penglihatan Terang”.

Dalam presentasi berdurasi 7 menit itu, Wagub Cok Ace menyampaikan mengacu visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, melalui pola pembangunan semesta berencana, program inovasi tersebut dilaksanakan dengan memberikan pelayanan pengobatan gratis kepada masyarakat, khususnya masyarakat miskin yang jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan serta dengan cara menjemput bola. Inovasi muncul merespons data bahwa tahun 2007 prevalensi kebutaan Indonesia sebesar 0,9% tertinggi di Asia Tenggara dan lebih tinggi dari prevalensi global 0,7%.

Angka prevalensi kebutaan di Provinsi Bali juga lebih tinggi dibandingkan Indonesia, yaitu sebesar 1% dengan penyebab utama adalah katarak senilis (80%). Bertitik tolak dari kondisi tersebut, Pemerintah Provinsi Bali berusaha untuk mengatasi penderitaan masyarakat melalui program inovatif yaitu “Kami Datang Penglihatan Terang”.

Melalui beberapa permasalahan tersebut, maka RSMBM melakukan beberapa strategi. Pertama, melalui Pemberdayaan masyarakat, dengan memberi pelatihan dan melakukan kolaborasi dengan TP PKK, Mahasiswa yang sedang melaksakan kegiatan PKL dan Kuliah Kerja Nyata di masyarakat, serta Siswa sekolah dalam hal penjaringan pasien yang dicurigai menderita katarak dengan teknik hitung jari dalam jarak 3 meter. Masyarakat yang dicurigai mengalami kebutaan akan didata dan dilaporkan ke RS Mata Bali Mandara melalui puskesmas setempat. Kemudian yang kedua, dengan mendekatkan pelayanan kesehatan mata ke masyarakat berupa kegiatan skrining katarak dan operasi katarak menggunakan Mobile Eye Clinic (bus Operasi). Selanjunya, juga dilakukan pola pendekatan strategis, yaitu membentuk Komite Mata daerah melalui SK Gubernur, advokasi lintas sektor/program, kemitraan dan kolaborasi dengan masyarakat, PKK, LSM dan swasta dan juga peran serta mahasiswa melalui kegiatan KKN dan siswa sekolah melalui kegiatan UKS.

Selanjutnya Wagub Cok Ace menyampaikan bahwa dari pelaksanaan inovasi tersebut, terdapat beberapa hasil yang sudah dicapai yaitu; Menurunnya angka kebutaan dari 1 % menjadi 0,3% ; Cataract Surgical Coverage  Bali tertinggi di Indonesia 82,7%, sedangkan di Indonesia 50,1% ; 87.8% penderita telah mengalami perbaikan penglihatan. Sedangkan WHO menstandarkan perbaikan penglihatan pasca operasi katarak diatas 80%; Meningkatnya Cataract Surgery Rate di Provinsi Bali, yaitu 1.020,6 per 1 juta penduduk tahun 2010 menjadi 1.746 per 1 juta penduduk pada tahun 2018; Meningkatnya jumlah layanan luar gedung dari 1.353 di tahun 2010 menjadi 2.109 di tahun 2019.

“Bapak Ibu tim penilai, untuk diketahui bahwa inovasi ini diadopsi oleh beberapa daerah lain baik dari sisi ide, metode, maupun teknologinya. Pada tahun 2018 RSMBM mendapat undangan sebagai narasumber dalam ajang transfer inovasi berskala internasional yaitu The International Public Service Forum 2018 serta diikutkan dalam Pameran Indonesia Melayani di Surabaya dan Solo sebagai ajang transferabilitas inovasi tingkat nasional’’ tuturnya.

Selanjutnya, Wagub Cok Ace menyampaikan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, RSMBM melakukan beberapa langkah, antara lain : Perluasan layanan keluar pulau dan Provinsi dengan memberikan pelayanan operasi katarak di Nusa Penida, serta bekerjasama dengan Perdami dan CSR melakukan operasi katarak ke NTT, Situbondo dan Lombok tengah; serta Pengembangan layanan kesehatan mata untuk anak sekolah, dan skrining Retinopati Diabetik karena dari hasil survey yang mengambil beberapa sampel 87% anak-anak sekolah mengalami gangguang penglihatan dan hal ini juga menjadi fokus penanganan dalam inovasi tersebut.

Wagub Cok Ace menarik kesimpulan bahwa keberhasilan inovasi berbanding lurus dengan komitmen pimpinan serta keberanian untuk melakukan  reformasi pelayanan; Kedua, Sinergitas terbangun dengan melibatkan banyak unsur di masyarakat; Ketiga, Kebutaan katarak tidak akan pernah habis, karena Bali berada di daerah katulistiwa dengan prevalensi katarak cukup tinggi. Kedepan hal tersebut perlu diintegrasikan dengan kegiatan Pos Binaan Terpadu dalam deteksi dini kebutaan; Keempat, Dengan berkembangnya teknologi informasi 4.0, sistem pencatatan dan pelaporan akan dikembangkan agar dapat mencakup seluruh lapisan masyarakat dengan aplikasi SIGALIH (Sistem Informasi Gangguan Penglihatan).

Dalam presentasi tersebut Wagub Cok Ace didampingi oleh Direktur RS Mata Bali Mandara Ni Made Yuniti, Kepala Biro Organisasi I Wayan Serinah, serta Kepala Diskominfos Provinsi Bali Gede Permana. Selanjutnya terdapat 12 orang Tim Panel Independen (TPI) KIPP 2020 yang melakukan penilaian dalam kesempatan tersebut. (bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!