Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Ekbis

Diduga Ada Permainan Harga, GUPBI Mesadu ke Golkar

DENPASAR, BaliPolitika.Com- Saat harga daging babi jebol, seluruh instansi sibuk bikin festival makan babi. Konon demi membela peternak. Namun, saat harga babi naik drastis dan peternak tersenyum, muncul desas-desus terjadi permainan harga. Hal itu tampak dalam kunjungan GUPBI alias Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia Bali ke kantor DPD 1 Golkar Bali, Jumat (5/2/2021).

Mereka membeberkan permasalahan mengenai peternakan babi di Bali. Terutama persediaan bibit babi yang kurang karena diluluhlantakan oleh virus ASF (African Swine Fever (ASF) yang membuat jumlah babi sisa 10 persen di Bali. Dalam lawatan itu, Ketua GUPBI Bali Ketut Hary Suyasa dan pengurus serta peternak diterima oleh Ketua DPD 1 Golkar Bali, I Nyoman Sugawa Korry.

Hary juga menyampaikan indikasi kuat terjadinya permainan harga babi di pasaran. Ia juga menyebut kemungkinan masuknya babi sakit diduga suspect ASF ke Bali dari Solo. “Tinggal 10 persen. Artinya sebagian besar yang terdampak tidak menikmati kejadian ini. Nah, dengan kejadian harga babi mahal seakan-akan diopinikan masyarakat ternak mendapatkan profit tinggi itu tidak benar. Kemudian ada upaya memasukkan daging babi akhirnya dianggap peternak mengambil untung dan itu diamini sebagian konsumen dan daya pikir itu salah,” jelas Hary yang setahun lalu bersama GUPBI berinisiatif mengumpulkan uang hasil pengiriman babi ke luar bali untuk dibelikan bibit babi saat kondisi sudah normal.

Bahkan kata Hari, babi yang dikirim dari Solo bukan daging potong, tetapi induk babi yang diduga kena ASF. Dikirim ke Bali dengan biaya yang murah di tingkat tukang potong. Tetapi di masyarakat tetap dijual tinggi. “Ada permainan yang tidak sehat terjadi. Kemudian ada masuk “babi sampah”. Saya rasa banyak mudarat daripada manfaat. Pertama penyakit akan masuk kembali terjadi gelombang kedua penyakit di Bali. Babi kita tinggal 10 persen dengan adanya penyakit masuk kacau lagi,” kesalnya. Sayangnya, Hary hanya menduga dan tidak menunjukkan hasil bukti laboratorium terkait statement yang disampaikannya.

Merespons hal itu, Sugawa Korry mendesak pemerintah supaya menganggarkan bibit babi baru untuk menghasilkan babi yang sehat. Sugawa memerintahkan semua anggota DPRD Golkar baik provinsi dan kabupaten/kota mendukung hal ini dan mendesak pemerintah kabupaten/kota. Sugawa mengaku Bali jangan sampai kebobolan penyakit babi lagi sebab ini akan mematikan masyarakat Bali. Terlebih babi merupakan sumber ekonomi dan juga tradisi Bali yang identik dengan babi di setiap upacara adat.

“ASF masuk ke Bali setahun lalu mengakibatkan posisi babi di Bali 10 persen. Harga menjadi tinggi stok langka. Peternak tidak untung karena mereka tidak punya stok karena sudah ada penyakit karena kita sudah dibobol dan daging babi yang diduga ada penyakit lain masuk ke Bali dan menghabiskan babi di Bali. Kami sepakat, kami dengarkan, kami tindak lanjuti,” ujarnya.

Lebih lanjut, Sugawa meminta Pemerintah Provinsi Bali ini harus melakukan restocking babi. Hal ini dilakukan pemerintah supaya meningkatkan ekonomi di tengah Covid-19.  Ekonomi terpuruk. Babi punya dua hal strategis sebagai ekonomi dan kekuatan budaya. “Tidak ada tidak menggunakan babi. Dalam posisi ini peternak menengah ke bawah termasuk masyarakat kecil,” ujarnya.

Selain itu, Golkar mendesak agar menyiapkan anggaran yang cukup menyiapkan bibit sehat. Menghilangkan penyakit atau virus dengan obat-obatan  mencegah penyakit atau virus  yang menyerang babi. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!