Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

PuisiSastra

Puisi-Puisi Imam Budiman

Ilustrasi: Gede Gunada

 

Belajar Merapikan Lemari Baju

seekor kuda poni tinggal dalam lemari baju. ia berlari
ke sana kemari, sembari meringkik seolah menyanyikan
potongan kidung para peri. pintu kamar terbuka. kuda
poni sembunyi. tuan lemari tiba dari pulang kerja. celana
levis tersisa selembar, sarung bolong akibat bara api liar.
koko lupa disetrika, kaos penuh bekas celaka. tanpa mandi
dan sikat gigi, compang-camping tuan lemari pulang ke ilah.

allahuakbar. ia mengangkat takbir, mengerdilkan
diri sendiri. dikerdilkan oleh semesta; langit dan bumi.

di lemari baju lipatan kerah bisa pindah ke celana. resleting
menggantikan kancing kemeja. sarung, peci, dan koko
tempat sembunyi paling aman dari segala kelakuan paling
asli. bertopenglah, saudara, seru tuan. dasar tuan pandai
bermain sandiwara, kuda poni mengencingi seisi lemarinya.

2023

 

Ular Pencuri Daging

seekor ular, menggeliat pelan, mencuri
daging berwarna pucat dari piringmu
lalu kabur melalui rimbun asap dapur.

kau hanya sempat melihat ekornya sekilas,
sebelum dugaanmu berubah menjadi umpatan.

“makan malam sial tak berlauk,” kau mengutuk.
butir-butir nasi itu kaulahap dengan bayang
daging tercinta yang sebetulnya
sudah setengah busuk.

kau tak habis mengamuk, seusai kosong piringmu,
kau lempar begitu saja ke dinding, penuh amarah.

di sebuah liang gundukan tanah, ular pencuri itu
pulang dengan riang; mengambil wudu singkat
dan segera menerapkan cara sembahyang.

2023

 

Merumuskan Kehidupan Bagi Seorang Pengarang

/I/

hidup yang damai adalah hidup bersama alam.
semesta raya yang menggugurkan waktu, tanah
kampung api yang basah selepas hujan, biru laut
yang damai beserta ombak dan belantara yang
melindungi pohon dan sungai, adalah orang tua
angkat nenek moyang leluhur kita dahulu.

maka, tugas kita –biar kuperinci satu persatu:
memeluk anak-anak angin tatkala gigil lepas hujan,
menuntun lidah kecil milik mereka mengeja aksara
waktu, menghitung jari-jari musim yang senantiasa
lihai berpindah tempat, membacakan dengan suara
lantang petatah-petitih tuhan di antara batu-batu
besar di sungai penuh jeram.

/II/

maka biar kujabarkan hidup sepaling ideal
bagi seorang pengarang; sebuah meja ukuran
sedang dengan pemandangan lurus mengarah
ke luar jendela. pohon mangga besar berdiri
setengah condong di sana. ada gerimis, matahari
sore, dan senja terangkum dalam kotak jendelanya.

seorang pengarang selalu menyayangi jendela.
pengarang mencintai apa-apa yang terekam
sempurna di luar jendela –bahkan kemacetan
di jejalan besar, kesemrawutan lapak pedagang
pasar, atau umpatan supir angkot sekali pun.

/III/

bila ia terserang penyakit jenuh sebab kerumitan
draft naskah yang tak juga kunjung usai, melalui
jendelanya, pengarang itu dapat rehat sejenak
menyaksikan gemerisik daunan bermain dengan
jemari angin, seraya menyaksikan burung-burung
yang singgah dari kembara panjangnya.

“aku ingin hidup seperti lakon daunan dan angin,
setiap saat, sebebas kembara burung-burung.”

2023

 

Menjadi Perantau

jakarta sedang
tidak punya hujan.

matahari masuk ke kamar. udara
adalah panci milik ibu setelah
menjerang air mata di dapur.

jakarta sedang
tidak punya uang.

ia gelagapan saat kerabat dekat
di perlintasan gang berbisik
—pinjam dulu seratus.

jakarta sedang
tidak punya waktu.

kemacetan adalah kawanan itik
berwekwek pulang ke pematang

2023

 

Belajar Berlari di Masjid

ketika memulai takbir,
anak itu membayangkan
seekor anak kuda melompat
dari satu sajadah ke sajadah lain

seolah ingin berkata: mari
bermain, tuhan ada dalam

larimu.

anak itu tak kuat bertahan lama,
matanya terus memburu ke mana
kuda kecil pergi: kadang di mimbar
di rak kitab suci, dan di dalam sarung

pak imam sendiri.

anak itu pun turut berlari,
mengejar ekor anak kuda

yang diciptakan

dari rumah lantai
dua penuh api.

2023

 

BIODATA

Imam Budiman, kelahiran Samarinda, Kalimantan Timur. Beberapa karyanya tersebar di berbagai media cetak nasional seperti Tempo, Media Indonesia, Republika, Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Nusa Bali, Majalah Sastra Kandaga, dll. Pemenang terbaik pertama dalam sayembara cerita pendek pada perhelatan Aruh Sastra 2015 dan Sabana Pustaka 2016. Buku kumpulan puisinya: Kampung Halaman (2016) serta Salik Dakaik; Mencari Anak dalam Kitab Suci (2023). Saat ini, mengabdikan diri sebagai Guru Bahasa dan Sastra Indonesia serta Ketua Tim Perpustakaan—Literasi Pesantren Madrasah Darus-Sunnah Jakarta.

Gede Gunada lahir di Desa Ababi, Karangasem, Bali, 11 April 1979. Ia menempuh pendidikan seni di SMSR Negeri Denpasar. Sejak 1995 ia banyak terlibat dalam pameran bersama. Ia pernah meraih penghargaan Karya Lukis Terbaik 2002 dalam Lomba Melukis “Seni itu Damai” di Sanur, Bali; Karya Lukis Kaligrafi Terbaik 2009 dalam Lomba Melukis Kaligrafi se-Indonesia di kampus UNHI Denpasar.

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!