Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Sosial

Ekadashi, Ramanavami, Hanuman Jayanti Masuk Kalender Bali

DENPASAR, BaliPolitika.Com- Kalender Bali karya asli Drs. Nyoman Singgin Wikarman (almarhum) mencuri perhatian banyak pihak. Di jagat media sosial, kalender karya Wikarman yang semasa hidupnya tercatat sebagai anggota Tim Pengkaji Wariga dan Penyusunan Kalender Parisadha Hindu Darma Indonesia (PHDI) Bali jadi bahasan hot. Pasalnya, peringatan hari raya yang “nyeleneh” alias tidak biasa dengan desa, kala, patra masyarakat adat Bali dimasukkan. Hal tersebut tersurat pada kalender Wikarman (alm) yang diprediksi edisi 2021.

Hari-hari besar India mulai dimasukkan terang benderang dalam kalender Bali. Pada kolom Hari Suci Hindu tertera perayaan Ekadashi dengan penjelasan sebagai hari baik melakukan brata. Selain itu juga tercantum Ramanavami, yakni hari kelahiran Shri Rama. Hanuman Jayanti juga dicantumkan dengan penjelasan sebagai hari kelahiran Hanuman, awatara Shiwa Sankara.

Menariknya, Hari Raya Suci Galungan yang diperingati setiap Buda Kliwon Wuku Dungulan juga dikait-kaitkan dengan India. Dijelaskan bahwa Galungan adalah hari kemenangan dharma melawan adharma yang juga disebut dengan “Sraddha Wijaya Dasami”, salah satu hari besar di India.

Terkait hal ini, konfirmasi dengan Ketua PHDI Bali belum berhasil dilakukan. Di sisi lain, netizen merespons temuan ini dengan geram. Akun facebook Nanang Kelor dan Nayaka Pidada menulis Singgih Wikarman berasal dari Bangli dan sudah meninggal dunia. Ayah kandung Gde Sutarya yang merupakan dosen Universitas Hindu I Gusti Bagus Sugriwa (eks IHDN Denpasar). Dulu merupakan salah satu wartawan media lokal di Bali. “Yang bersangkutan dapat sponsor ke India. Simpatisan Sampradaya. Ikut dalam Forum Penyadaran Hindu Dharma (sekarang diketuai oleh Gde Sudibya). Sedang menggencarkan ide Hindu Global,” tulisnya, Jumat (5/3/2021). Untuk kasus tersebut, keduanya meminta atensi PHDI Bali.

Patut dicatat, Gde Sutarya disebut sebagai simpatisan Sampradaya yang saat ini ditentang oleh Gubernur Bali Wayan Koster dan Majelis Desa Adat (MDA) Bali. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, ajaran Hare Krishna juga terang-benderang masuk ke buku bahan ajar ke sekolah-sekolah di Pulau Bali dan memunculkan polemik di masyarakat. (bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!