Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Pendidikan

Dr. Dadang: Kuasai IT dan Jadilah Juara

Kupas Jeff Bezos, Rintis Usaha dari Garasi Raih Rp 2.929 Triliun

CETAK JUARA: Rektor ITB Stikom Bali, Dr. Dadang Hermawan

 

DENPASAR, BaliPolitika.Com- Fenomena mencengangkan terjadi di masa pandemi Covid-19. Saat denyut perekonomian konvensional kolaps dan kebangkrutan melanda di segala lini, perusahaan teknologi raksasa Amazon.com yang dimotori Jeffrey Preston Bezos atau Jeff Bezos malah kian kokoh. Didirikan di sebuah garasi pada kisaran tahun 1994 untuk sarana penjualan buku online, kini Jeff Bezos memiliki kekayaan mencapai 196.7 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp 2.500 triliun lebih per 16 April 2021. 

Versi Forbes, kekayaan Jeff Bezos mengalami peningkatan hingga 64 miliar dollar AS selama rentang 2021 seiring naiknya harga saham. Makin kaya selama pandemi, kini harta Bezos dilaporkan menembus 204,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp 2.929 triliun. Ia menjadi orang pertama di dunia yang memiliki kekayaan pribadi di atas 200 miliar dollar AS. Angka ini jauh meninggalkan orang terkaya kedua di dunia, yakni pemilik Microsoft Bill Gates dengan 116,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.699 triliun. CEO Facebook, Mark Zuckerberg menempati posisi ketiga dengan kekayaan mencapai 100 miliar dollar AS atau setara Rp 1.460 triliun rupiah. Sebelum pandemi, pada 1 Januari 2020 nilai kekayaan Bezos tercatat sebesar 115 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.683 triliun.

“Karena penguasaan terhadap teknologi, Jeff Bezos mampu meraup keuntungan sebesar Rp 2.929 triliun dikurangi Rp 1.683 triliun, yakni Rp 1.246 triliun rupiah selama pandemi Covid-19. Intinya, siapa yang menguasai IT, dialah yang akan menguasai dunia. Bill Gates dan Mark Zuckerberg yang merupakan orang kedua dan ketiga terkaya di dunia juga merupakan ahli IT,” ucap Rektor ITB Stikom Bali, Dr. Dadang Hermawan ditemui di ruangan kerjanya beberapa waktu lalu.

Dr. Dadang menjelaskan Jeff Bezos, 57 tahun, yang dilahirkan 12 Januari 1964 itu di Albuquerque, New Mexico, Amerika Serikat menyelesaikan kuliah di Universitas Princeton mengambil bidang ilmu komputer dan teknik listrik. Bezos sempat bekerja di Wall Street berkaitan dengan komputer sebelum mendirikan Amazon.com pada 1994. 

“Di dalam negeri ada Tokopedia, GoJek, Shopee yang juga sukses melesat. Maskapai Garuda Indonesia punya 142 unit pesawat dan aset 4,5 miliar dollar AS sebelum pandemi, tapi kalah besar dari GoJek yang tak punya motor. Orang sekarang beralih ke situ. Orang berlomba-lomba masuk ITB Stikom Bali karena hanya orang-orang IT yang bertahan dan melesat di masa pandemi. Bukan teori, ini sudah terbukti. Lulusan kami ada yang bekerja di perusahaan Jerman, Jepang, Inggris, dan sejumlah negara lain, namun tetap tinggal di Bali. Gajinya dalam dollar Amerika Serikat. Artinya, orang-orang yang menguasai IT sudah membuktikan bahwa di masa apapun mereka tetap eksis dan meningkat. Saat sektor lain terpuruk, sektor IT ini tetap eksis,” ungkapnya. 

Lebih jauh, Dr. Dadang menyebut penurunan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi ancaman nyata bagi dunia pendidikan Indonesia, khususnya Provinsi Bali. Hal ini merupakan dampak penerapan metode pembelajaran siswa secara daring atau online. Celakanya, di kota besar sekalipun, banyak tenaga pendidik yang gagap teknologi. Model interaktif berbasis internet dan learning management system (LSM) seperti aplikasi WhatsApp, Google Zoom, dan sejenisnya tidak ideal dijalankan. Guru yang mengandalkan transfer ilmu konvensional lewat tatap muka pun tak bisa berbuat banyak di masa pandemi. 

Tak ingin sang buah hati jadi penerima nilai normatif tanpa dibarengi kecakapan alias keterampilan, Dr. Dadang menilai menjadi sebuah kewajaran para orang tua berduyun-duyun mengarahkan anaknya memilih kampus dan sekolah berbasis IT. Salah satunya Institut Teknologi dan Bisnis Stikom Bali. Untuk jenjang yang lebih rendah, Sekolah Menengah Kejuruan Teknologi Informasi Bali Global (SMK TI Bali Global) yang berlokasi di Kota Denpasar, Singaraja (Buleleng), Jimbaran (Badung), Dalung (Badung), Klungkung, Karangasem, dan Abiansemal (Badung) juga menjadi pilihan masyarakat. SMK TI Bali Global yang kelahirannya diprakarsai Prof. Dr. I Made Bandem, MA, Dr. Dadang Hermawan, Ak., M.M., Ida Bagus Dharmadiaksa, M.Si., Ak., dan Drs. Made Subadi dinilai sangat cakap melakukan transfer ilmu kepada siswa dengan model interaktif berbasis internet dan learning management system (LSM).  

Dr. Dadang menegaskan SMK TI Global didirikan untuk mengantisipasi era informasi dan globalisasi yang menuntut SDM andal di bidang teknologi informasi. “SMK TI Global diplot melahirkan generasi muda yang kompetitif, produktif, dan berbudaya. Menjadi sekolah menengah kejuruan yang unggul dalam bidang teknologi informasi berpijak pada budaya yang berwawasan global berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 dalam rangka Nangun Sat Kerthi Loka Bali menuju Bali era baru,” ungkapnya. 

Bebernya, tanpa ada pandemi pun Institut Teknologi dan Bisnis STIKOM Bali dan SMK TI Global telah mengakrabi era revolusi industri 4.0 dan society 5.0. “Semua serba terhubung. Tidak ada lagi sekat-sekat antar negara, provinsi, kabupaten, dan wilayah yang lebih kecil.Society 5.0 adalah masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan inovasi yang lahir di era revolusi industri 4.0 seperti internet on things atau internet untuk segala sesuatu, artificial intelligence atau kecerdasan buatan, dan big data alias data dalam jumlah besar. Siapa yang menguasai IT, merekalah juaranya,” tandas Dr. Dadang sembari menegaskan ITB Stikom Bali dan SMK TI Global adalah gudangnya pendidik profesional era society 5.0 yang kini didengung-dengungkan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. 

Ditambahkannya, pandemi Covid-19 telah menyadarkan semua pihak untuk mempercepat transformasi ke arah digitalisasi. “Sayangnya, kenapa kok Bali tidak segera dijadikan provinsi atau pulau digital? Dengan menjadi pulau digital, Bali akan tahan banting. Sektor pariwisata terlalu sensitif, rentan, dan mudah terkena dampak. Misalnya ada isu flu burung kena dampak, isu peperangan kena dampak. Kini, dampak tersebut paling terasa. Sebaliknya, digitalisasi bisnis justru melonjak signifikan,” tutupnya. (tim/bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!