Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Hukum & Kriminal

Dipolisikan Sulinggih, Nayaka: Banyak Wanita Ngadu Diperlakukan Serupa

DENPASAR, BaliPolitika.Com- Viral “dulang- hotel” yang menyeret nama Ida Shri Nabe Mas Dalem Segara dari Griya Mas Dalem Segara Jalan Cangkupan, Sading, Mengwi, Badung memasuki babak baru. Merasa nama baiknya dicemarkan, Ida Shri Nabe Mas Dalem Segara menggunakan nama walakanya (nama sebelum malinggih, red), yakni Putu Andika Putra untuk melapor ke Polda Bali. Ia melaporkan akun facebook dengan nama Agus Gunawan yang memposting bahwa dirinya akan bertemu dengan seseorang di hotel dan menganggapnya sulinggih cabul.

Kedua, Putu Andika Putra melaporkan Nayaka Pidada. Ia menulis pada tanggal 22 Februari 2021 telah difitnah hare krisna dikarenakan memposting foto bersama Arya Wedakarna di Griya Mas Dalem Segara. Ia juga merasa difitnah berjualan banten dengan jumlah ratusan juta dan merugikan umat di postingan akun facebook Nayaka Pidada

Mengetahui dirinya dipolisikan, Nayaka Pidada merasa tidak bersalah. Dengan tegas ia menyebut tidak pernah melakukan apa yang dituduhkan oleh Ida Shri Nabe Mas Dalem Segara yang melapor dengan nama walakanya, Putu Andika Putra.

“Soal klarifikasi (Dulang-Hotel, red) saya sempat nonton sebentar. Karena videonya gelap, saya acuhkan saja. Ada foto, dia di Polda membuat laporan dan segala macam. Saya waktu tidak tahu dilaporkan. Saya tahunya dilaporkan kemarin (Rabu, 10/3/2021). Ada teman di HNC (Hindu News Channel) bilang kok Buk Dayu nggak tahu dilaporkan. Bapak jangan ngomong kata-katanya saya nggak tahu. Saya bilang begitu. Akhirnya Beliau kirim screnshoot laporannya. Oh saya? Oh, ya sudah. Dibilang santai ya nggak. Dibilang tegang ya nggak. Karena apa? Karena saya merasa tidak salah. Saya tidak pernah memfitnah. Saya juga tidak pernah membully Beliau. Kalau Beliau mau memverifikasi, buktinya saya jawab klarifikasinya. Dan saya menyatakan sikap,” ucap Nayaka sembari menunjukkan beberapa komunikasi via chat dengan sang pelapor.

Nayaka Pidada mengaku siap mengikuti prosedur hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kalau nanti dirinya dijadikan saksi oleh polisi atau dipanggil untuk jadi saksi dia menyatakan siap. Apakah dendam? Nayaka menjawab tegas, tidak. “Ngapain saya dendam? Saya kan nggak kenal orangnya. Dia juga nggak pernah ngapain-ngapain saya kok. Saya menulis begini bukan karena siapa sih orang ini. Saya berbicara tentang kesulinggihannya. Apakah patut seorang sulinggih dengan baru berusia muda sudah sulinggih? Tidak lama kemudian mengaku sebagai nabe. Kemudian ada dugaan kuat dia?,” (Nayaka Pidada tidak melanjutkan keterangannya, red).

Dikejar soal kalimat yang tak tuntas diucapkannya, Nayaka melanjutkan bahwa setelah viral tentang dulang-hotel, banyak sekali perempuan-perempuan yang menyatakan mendapat perlakuan serupa. “Jadi, apa yang mau saya bilang adalah saya tidak membenci orangnya. Saya benci apa yang dia lakukan. Saya benci ketika satu orang atau beberapa orang mengatasnamakan agama lalu melakukan suatu kejahatan. Agama kan bukan untuk main-main. Proses Madwijati itu sangat sakral. Sangat-sangat sakral. Jangan seolah-olah ya sudah kita bermasalah ngaku saja ngiring pang sing juk polisi. Dadi gen sulinggih agar kasus hilang begitu saja. Nggak bisa. Kok main-main sama Tuhan? Ya kan?” ungkapnya.

Lebih lanjut, Nayaka mengingatkan tentang hukum karmaphala. Sebagai umat Hindu, khususnya Hindu Bali tentu sangat yakin dengan hukum sebab akibat, karmaphala yang sudah mendunia. Hukum tersebut bebernya sudah mendunia. “Sekarang apakah tidak ada ketakutan ketika mengambil langkah madwijati hanya untuk menghilangkan jejak masa lalu? Saya menulis, walaupun memang yang dilakukan memang benar, tetapi kalau diawali dengan kebohongan hasilnya pasti? Kan betul, sekarang banyak perempuan yang mau speak up (bicara). Kenapa mereka ngomong ke saya? Mungkin karena saya dianggap berani. Kalau dibilang berani banget, nggak. Saya nggak berani banget. Hanya saja saya punya prinsip dan keyakinan bahwa saya harus speak up. Cocok menurut saya, saya akan omongin cocok. Kalau nggak, saya akan hantam. Itu saja,” tegas Nayaka.

Disinggung soal Agus Gunawan yang juga menjadi terlapor, Nayaka mengaku tidak kenal. Meski demikian, dirinya beberapa kali berkomunikasi dengan piranti teknologi informasi. Saling tukar informasi. “Saut Pak Agus, tiang apane gen sube tawang tiang (Saut Pak Agus, saya apanya saja sudah tahu). Apa sih yang membuat kamu marah sekali dengan Dalem Segara? Dia jawab tidak suka sama oknum yang berkedok sulinggih, tapi mengajak lawan jenis ke hotel dan segala macam,” ucapnya. Agus Gunawa, ungkap Nayaka mengatakan bahwa yang dirayu ke hotel itu adalah keponakannya. “Saya tidak dikirimi scrennshot itu. Tidak juga meminta bukti. Tiga hari lalu (7/3/2021, red) viral. Kira-kira jam 1 pagi, Agus Gunawan memposting screenshot percakapan yang konon itu Dalem Segara dan ponakannya. Kemudian saya ditag oleh akun facebook Kesawa. Sekitar jam 1 atau jam 2 dini hari. Saya ditag dan komen bareng sama Kesawa. Beberapa menit kemudian si Kesawa merepost (mengirim ulang) dengan narasi yang berbeda dan ngetag nama saya. Jam 3 pagi saya dapat info Pak Komang Priambada juga mengunggah status yang ditujukan kepada PHDI. Karena ngantuk saya tidur,” kisahnya.

“Saya bicara tentang sulinggih cangak maketu, kalian bilang saya itu bully. Saya membagikan hal-hal positif kalian tidak pernah comment. Sekarang ada yang begini langsung ribut. Makanya, silakan cek lagi status atau postingan saya! Saya memang upload itu percakapan si cewek ini dengan Dalem Segara, tetapi dengan narasi yang saya ingin tujukan kepada netizen. Kalian itu maunya apa? Ketika saya bicara tentang Cangak Maketu kalian bilang saya membully sulinggih. Tapi, ketika sudah ada nih bukti, baru kalian ngomong ke saya,” tutupnya. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!