Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

PolitikUncategorized

Diatmika-Muntra: Dosa Besar Jika Kami Tak Hadir Saat Masyarakat Badung “Menjerit”

BADUNG (BaliPolitika.com)- Badung Bangkit, Bali Bangkit, Indonesia Maju. Inilah semangat yang dihadirkan dua intelektual Bumi Keris Badung, I Gusti Ngurah Agung Diatmika, S.H. dan I Wayan Muntra, S.H. di tengah pandemi Covid-19. Lahir di masa krisis yang memporakporandakan sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali, Diatmika-Muntra  bertekad merajut keharmonisan krama Badung untuk “Badung Bangkit” berasaskan keadilan serta kebutuhan masyarakat.

Kabupaten Badung yang dulu bisa “menepuk dada” karena bergelimang dolar, kini harus menelan pil pahit. Pariwisata anjlok dihantam pandemi. Tata kelola keuangan oleh pihak eksekutif Badung kian memperparah keadaan. Buktinya, hingga Selasa (25/8/2020) Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta dan Wakil Bupati Ketut Suiasa seolah menahan uang refocusing anggaran APBD Badung sebesar 274 miliar. Meski masyarakat menjerit, keduanya dinilai “tuli bisu” dan tak tuntas menyalurkan duit rakyat Badung tersebut. Kenapa hak rakyat Badung tidak dicairkan padahal sebelumnya Bupati Badung kerap dengan enteng menyebarkan uang Badung ke segala penjuru kabupaten di Bali? Kenapa pada masyarakat sendiri dana sulit cair padahal Presiden Jokowi marah akibatnya lambatnya dana-dana pergeseran APBN dan APBD disalurkan?

Di tengah kondisi miris dan ironis itu, banyak pihak berharap era kepemimpinan baru di Badung. Kepemimpinan yang mampu memberikan jawaban atas tantangan berat pandemi virus korona ke depan. Badung dinilai membutuhkan pemimpin yang berlaku adil kepada seluruh masyarakat tanpa membeda-bedakan warna sekaligus bisa membawa perubahan mendasar hingga Badung Bangkit kembali. Tanpa figur pemimpin profesional, intektual, berpendidikan, berwawasan kebangsaan yang mumpuni, Badung dikhawatirkan akan bangkrut.

Membawa “Badung Bangkit” dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19 inilah yang menjadi panggilan jiwa seorang I Gusti Ngurah Agung Diatmika, S.H. 21 tahun mengabdi bagi Desa Adat Dalung, Diatmika meneguhkan tekad siap maju sebagai bakal Calon Bupati Badung dari Koalisi Rakyat Badung Bangkit (KRBB). Keprihatinan melihat kondisi masyarakat Badung membuatnya tak bisa menghindar. Diatmika pun mengaku tak bisa tutup mata, telinga, dan hati melihat ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat.

“Pariwisata terpuruk dan Badung harus Bangkit dari keterpurukan. Bagi saya, ini kesempatan untuk mengabdi di tengah kondisi krisis,” kata tokoh intelektual asal Banjar Tegeh, Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung yang berprofesi sebagai notaris itu. Diatmika berpasangan dengan intektual muda asal Banjar Sawangan, Desa Bualu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Wayan Mutra.

“Saya tegas menjawab keraguan masyarakat. Saya bukan boneka siapa-siapa. Dari lubuk hati terdalam saya ingin membenahi kondisi Badung. Pandemi Covid-19 akan membuat kondisi kabupaten yang kita cintai bersama ini makin buruk. Oleh karena itu, Diatmika-Muntra hadir. Merupakan dosa besar bagi kami bila tidak hadir di saat masyarakat banyak “menjerit” membutuhkan kemampuan kami,” tegas pria yang mengabdi sebagai Ketua BPD (Badan Permusyawataran Desa) Dalung (2001-2013) dan Ketua LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) Desa Dalung (2013-sekarang) itu.

Tampil sebagai calon pemimpin Badung, Diatmika mengusung spirit “Merajut Keharmonisan Krama Badung untuk Badung Bangkit.” Baginya ini bukan sekadar retorika atau jargon belaka melainkan memang kebutuhan riil masyarakat Badung. Tegasnya Diatmika-Muntra bertekad merajut sendi-sendi kehidupan yang terkoyak akibat pandemi Covid-19.

“Merajut keharmonisan Krama Badung untuk Badung Bangkit” juga berangkat dari nilai-nilai luhur Tri Hita Karana. Diatmika menegaskan konsep para tetua Bali ini berlaku universal. Bisa diterapkan oleh siapa pun, agama apapun, dan di negara mana pun di seluruh dunia.  Yakni hubungan harmonis antara manusia dengan Sang Pencipta (Parhyangan), hubungan harmonis antar manusia (Pawongan) dan hubungan harmonis manusia dengan alam (Palemahan).

“Diatmika-Muntra mengajak krama Badung Bangkit bersama-sama. Mari kita songsong perubahan lebih baik. Pembangunan Badung ke depan yang berasaskan keadilan berdasarkan kebutuhan masyarakat,” tandas Diatmika. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!