Ilustrasi: Ignatius Darmawan
SEORANG PEREMPUAN KENYANG AIR MATA
DAN SELALU MEMUNTAHKAN DI KOLONG MEJA
ia perempuan kenyang air mata
dan selalu memuntahkan di kolong meja
suaranya terbata-bata
mengeja cerita
“hidup tak selalu sesuai rencana”
di dalam gedung balai desa
ruang kerja serupa lorong rahasia
pengap disergap uap kegelisahan-kecemasan
tahun-tahun bertahan
hanya dinding begitu tabah
menyimpan keluasan kisah
diri yang selalu ditatah
ia melipat mimpi dalam buku-buku puisi
saksi perjalanan sunyi
seorang ingin serupa kartini
“tuhan, jika aku mati
ijinkan aku mati sebagai seorang pejuang!”
matanya api menyala
perempuan yang begitu kenyang air mata
dan selalu memuntahkan di kolong meja
segala yang duka
yang lara
Tayem, 02 Juli 2023
NYANYIAN BOCAH PEMATANG
musim basah ialah surga yang indah
bocah-bocah berhamburan ke sawah
berdendang sepanjang pematang
“siput keluarlah dari persembunyian!
hujan telah memanggilmu datang”
belalang-belalang kedinginan
lindap di balik dahan
ilalang, daun-daun bambu sepanjang tanggul
sawah cibenyawak
air mengalir keruh kecoklatan
meluap selepas hujan
wangi aroma busuk jerami
wajah-wajah polos berseri
kuncup-kuncup jamur tumbuh subur
merindang ucap syukur
sementara kodok-kodok berorkestra
bocah-bocah asyik di bawah pohon asam jawa
menikmati buah jatuh
asamnya adalah manis kehidupan
kumandang azan ialah pertanda
masa kecil tak akan terulang
Tayem, 09 Juli 2023
HUTAN PINUS DI HATIMU
kata-kata begitu subur
menjadi candu serupa anggur
rancau bagi bunga tidur
batok kepala berisi sajak-sajak purba
kembali remaja
sajak cinta mabuk-gila
sungguh gila
air laut surut
karang-karang kering
angin semilir menyapu butiran pasir
bayang-bayang samar sepasang camar
meninggalkan mercusuar
suaramu
tak henti-henti membaca puisi
memuntahkan imaji
yang liar, absurd, berduri
tak banyak orang mengerti
hanya aku!
di hatimu
aku menjelma hutan pinus
selamanya nyawa puisi tumbuh rakus
tak pernah tandus
Tayem, 17 Juni 2023
HATI KACA RETAK
sejak kapan membaca puisi terasa menjengkelkan?
kata-kata tak bernyawa
terkulai serupa bangkai
adakah dadaku salah?
aku mau penawar sunyi-resah
bukan khotbah
kepala seperti akan pecah
perutku mulas
rindu kian ranggas
seperti orang-orang
aku pergi jalan-jalan
ke mall, ke salon, kopi sugara,
lembu benggolo, havana hills
tidak ke laut
tidak ingin bertemu lelaki laut
lelaki yang suka memamah ombak
memuntahkan baris-baris sajak
di hati kaca retak
aku muak
imaji melompat-lompat
sulit kutangkap
dalam tidur rindu dan benci
kuat mendengkur
“sebenar-benar kebahagiaan seorang perempuan dicintai penyair ialah
: abadi dalam puisi”
Tayem, 01 Juli 2023
DI TERMINAL KARANGPUCUNG
gerimis turun begitu ritmis
rintik-rintik tergelincir di kaca bus
juga di kelopak mata
butir-butir air mata jatuh tak terasa
seperti hasrat tak dapat direda
hujan tetiba datang begitu derasnya
barangkali sedang mengobati dahaga
bagi aspal-aspal di jalan memuai kepanasan
beberapa penjual asongan
menenteng dagangan, berteduh di emperan
menunggu kedatangan
bus-bus pembawa harapan
sementara loket-loket kedinginan
tanpa hangat antrian calon penumpang
seorang supir tampak berpikir
memegang setir, mengusir rasa khawatir
di terminal karangpucung
ada doa mengantar keberangkatan
“hati-hati di jalan sayang
lekas pulang”
Tayem, 08 April 2022
BIBIR SEORANG PENYAIR
kukecup bibir seorang penyair
rasanya bukan papermint
bukan chamomile
sekali, dua kali, sepuluh kali
aku ingin berkali-kali
lagi dan lagi
bibir beraroma sihir
syair-syair lahir
memabukkan seperti bir
Tayem, 09 Oktober 2022
BIODATA
Dwita Utami, seorang perangkat desa penyuka puisi, tinggal di Desa Tayem, Kabupaten Cilacap. Karya-karyanya tersebar di sejumlah surat kabar lokal, media daring, dan buku antologi puisi bersama. Meraih penghargaan sebagai Insan Pustaka Kabupaten Cilacap Tahun 2022.
Ignatius Darmawan adalah lulusan Antropologi, Fakultas Sastra (kini FIB), Universitas Udayana, Bali. Sejak mahasiswa ia rajin menulis artikel dan mengadakan riset kecil-kecilan. Selain itu, ia gemar melukis dengan medium cat air. FB: Darmo Aja.