Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Ekbis

Christian Dior “Kesemsem”, Putri Koster Gelorakan Fanatisme Produk Khas Bali

DENPASAR, BaliPolitika.Com– Selain menekankan pentingnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) agar kerajinan khas Bali tidak “dicuri” alias di-copy paste, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali, Ni Putu Putri Suastini Koster juga menegaskan sudah saatnya masyarakat Bali fanatik terhadap kekayaan adiluhung khas Bali. Penegasan itu disampaikan dalam kunjungan ke Pameran UMKM Bali Bangkit Art Centre Denpasar, Sabtu (9/1/2021) siang.

Putri Suastini Koster menegaskan fakta bahwa Christian Dior, perancang busana termasyur asal Prancis kesemsem dengan kerajinan khas Bali harus dijadikan momentum kebangkitan sekaligus fanatisme masyarakat. Kesadaran untuk menjaga khasanah budaya lokal Bali, ungkapnya sangat mendesak dilakukan. Salah satunya edukasi terkait penghargaan terhadap produk songket yang dikerjakan secara manual dengan alat tenun. Disinggung soal motif songket yang dikerjakan dengan mesin, Putri Suastini Koster menekan hal tersebut sebagai tindakan “mencuri”.

“Pencurian hak kekayaan intelektual kita. Dengan diambilnya motif songket, dibuat dengan mudah oleh mesin, kemudian dipakai untuk hal yang sama, berarti songket Bali dicarikan kompetitor yang buruk. Songket misalnya harganya satu juta, produk dengan mesin itu harganya Rp 100 ribu. Orang pasti milih yang murah karena dari jauh kualitasnya tampak sama. Jadi benar-benar dirasakan omset songket asli menurun,” bebernya.

Mirisnya, fakta tersebut membuat para perajin malas. Jika pemerintah dan masyarakat tidak bersikap atas kondisi ini, ke depan songket bisa punah dari tanah Bali dan menjadi milik masyarakat lain. “Ibu lihat 10 dari orang yang kundangan, hanya dua yang pakai songket asli. Itu pun pengantin dan orang tuanya. Ibu tidak bisa melarang orang berproduksi. Ibu hanya bisa mengembalikan kesadaran konsumen di Bali. Karena produknya sudah ada (motif songket dengan mesin, red) ya kita pakai baju jadi. Bisa juga sarung bantal, dan sejenisnya,” ungkapnya.

Putri Suastini Koster mengajak masyarakat Bali untuk jengah dan lebih fanatik terhadap produk warisan leluhur yang adiluhung ini.  Gengsi masyarakat Bali menggunakan songket asli yang ditenun dengan cinta dan kesabaran harus ditingkatkan dari hari ke hari demi kelestarian kekayaan ilmiah para pendahulu. “Fanatismenya yang Ibu munculkan. Kesadaran memiliki produk tersebut,” tutupnya. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!