Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

PuisiSastra

Puisi Faidi Rizal Alief

Ilustrasi: Ignatius Darmawan

 

Arya Ronggolawe

laut Songennep dengan teriak ombaknya
mendidikku hidup seperti perahu dan
mengajariku mati cukup layaknya lambaian tangan
nelayan kepada rumah

maka setelah engkau menemukan jasadku
di antara gelimpangan kesedihan, mengambang
di banjir Tambak Beras yang deras
jangan setetes pun “air matamu” jatuh

agar tombak dan keris tak cemburu
di antara kesedihan dan dendam yang pendiam

ambil saja jasadku dengan tanganmu sendiri
sebelum tangan lain
yang amis kehampaan mencurinya
agar Majapahit paham, bahwa peperangan ini
bukan pemberontakan, sama sekali bukan
tapi pembantaian yang dilakukan orang-orang
yang sama sekali tak mendengar
gema kesedihan
[Raden Wijaya] di biliknya

kubur aku hanya di dalam hatimu
yang jauh dari segala dendam dan siasat lawas
(sebab) jika di tempat lain, khawatir ada
tangan-tangan ganjil
mencuri seluruh kesetiaanku

sungguh, aku ingin dikubur hanya
di hatimu saja, agar mata sejarah
mengawasi hari-hari berikutnya
untuk berjaga-jaga
bila suatu ketika (masih) ada yang ingin menggali
dan membangkitkanku lagi dari dasar
luka dan dendam yang selalu licik

Gapura, 2023

Arya Bangah

muara dari deras pertanyaanku adalah
dirimu sebelum aku benar-benar lepas
ke laut pencarian yang luas
atau melihat sisa [perahu-perahu] Singasari
menyerahkan seluruh kisahmu kepadaku

apa yang telah diwariskan Banyak Wide
kepadamu setelah ia benar-benar memilih
kesendiriannya di Lumajang
selain dari kehormatan dan kejayaan
selain keraton dan para pembesar kerajaan
yang pada akhirnya perlahan-lahan
hilang ditelan arus deras kegelisahan

aku mendapatimu sejajar dengan sepi
tak adakah sedikit bunyi keris beradu tombak?
yang membuat kulit sejarah terluka
dan dendam diam-diam merencanakan
siasat ganjil yang tak masuk akal?

sungguh! cuma silsilah dan tutur serat

selebihnya hanya tangan yang gemetar
hanya angan yang berputar

Gapura, 2023

 

Panembahan Joharsari

aku menemukanmu justru di antara
baris-baris puisi(ku) yang tak pernah ingin
aku tulis dengan cara apa pun
juga di tempat manapun

tiba-tiba saja engkau berdiri menyaksikan
hari-hari
luka oleh keriangan yang tak pernah terpikirkan
sebelumnya
sebelum rampa’ naong baringin korong
berubah jadi lambaian tangan kepergian
seseorang dari seberang jalan, sebelum
wangi dupa yang mengharumi makam-makam
hilang disesap layar ponsel

aku ingin menyapamu sebagai rajaku kembali
raja bagi setiap kehampaan
kekosongan, janji yang mirip tulang ikan
setelah daging habis dimakan
dan harapan semu yang seperti tusuk gigi

tapi setiap kali aku mendekat
sedepa dari tempatku berdiri
engkau selalu berubah jadi apa-apa
yang tak bisa disentuh
hanya dengan kata-kata

Gapura, 2023

 

Raden Piturut Mandaraga

mencarimu, sudah tak bisa dari
… Mandaraga …
sebab yang tersisa hanya
petilasan dan silsilah tutur temurun
yang sudah seperti sisa nyala api
di kayu terakhir dalam pembakaran

peta sunyi yang kubawa cuma mampu
menggambarkan denah-denah terpencil dari
masa lalu
yang bagian-bagian pentingnya sudah
tertimbun pertanyaan-pertanyaan
dan kegelisahan

silsilah yang kubaca antara Sunan Kudus
dan Arya Bangah juga seperti benang
tak pernah bertemu dalam satu lubang jarum
untuk menjahit potongan-potongan
kenangan menjadi cerita utuh

dan mencarimu akhirnya tetap seperti daun
jatuh sebelum kering dan aku adalah kuncup
yang diranggasi oleh kegelisahan demi
kegelisahan
sebelum ujung setiap ranting
memiliki buah-buah kebenaran

Gapura, 2023

 

Pangeran Notoprojo Bukabu

di depan makammu aku adalah semut
…kecil yang tak kebagian apa yang aku cari
sebagian besarnya telah diangkut oleh
kekosongan-kekosongan
ke dalam hutan yang
disebut ketiadaan

aku mencari jejak di pelosok Bukabu ini
hanya butir-butir batu yang ada

angin menyuruhku pulang
dan membiarkan ia tetap dalam kesunyian
sebagai ingatan lampau yang tak pernah
menuntut anak cucu mencarinya

sepulang dari makam
aku justru seperti burung yang dilepas
hari depan
untuk mencari potongan-potongan
apa pun yang setidaknya bisa aku susun
menjadi sarang sekalipun kecil

yang kelak juga bisa menjadi tempat
pulang bagi anak-anak kegelisahan
bila di tempat lain mereka tak bisa
istirahat tenang

Gapura, 2023

 

BIODATA

Faidi Rizal Alief belajar menulis sastra semenjak nyantri di PP Mahasiswa Hasyim Asy’arie Yogykarta asuhan Gus Zainal Arifin Thoha. Buku puisinya Pengantar Kebahagiaan (Basabasi, 2017) menjadi pemenang di Banjarbaru’s Rainy Day 2018. Buku puisi terbarunya berjudul Latar Belakang Kebahagiaan (CMG, 2020).

Ignatius Darmawan adalah lulusan Antropologi, Fakultas Sastra (kini FIB), Universitas Udayana, Bali. Sejak mahasiswa ia rajin menulis artikel dan mengadakan riset kecil-kecilan. Selain itu, ia gemar melukis dengan medium cat air. FB: Darmo Aja.

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!