Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Pariwisata

Pariwisata Bali “Lockdown” Kera Uluwatu Masih Sejahtera 

TETAP OPTIMIS: Bendesa Adat Pecatu, I Made Sumerta berpose di mesin gate e-ticketing DTW Kawasan Luar Pura Uluwatu.

 

BADUNG, BaliPolitika.Com- Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menginjak rem ekstra keras menyikapi lonjakan kasus Covid-19 di tanah air. Tak main-main, Presiden RI ke-7 itu memberlakukan PPKM Darurat Jawa-Bali mulai Sabtu, 3 Juli 2021 hingga Selasa, 20 Juli 2021. PPKM darurat yang oleh sejumlah pihak merupakan bahasa halus dari lockdown ini meliputi pembatasan-pembatasan aktivitas masyarakat yang lebih ketat daripada yang selama ini berlaku. Masyarakat diharapkan selalu disiplin melaksanakan 6M, yakni memakai masker standar dengan benar, menjaga jarak, mencuci tangan, mengurangi bepergian, meningkatkan imun, dan mentaati aturan serta diimbau untuk tidak berkerumun dan membatasi kegiatan sosial sesuai dengan aturan yang berlaku. Jam operasional usaha pun dibatasi.

Tak hanya masyarakat, segala elemen termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan juga kena dampak pandemi Covid-19. Kebijakan PPKM Darurat Bali yang berujung pada penutupan seluruh objek pariwisata Pulau Dewata dinilai kian mempersulit kondisi pengelola kebun binatang. Penegasan tersebut sebelumnya sempat diutarakan Ketua Umum Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) Dr. H. Rahmat Shah dalam jumpa pers di Gianyar, Sabtu (17/10/2020) silam. Hilangnya pemasukan utama kebun binatang dari tarif tiket masuk yang dikenakan kepada pengunjung menjadi pemicu utama. Tak sedikit pengusaha kebun binatang yang mengeluh ngos-ngosan memberikan pakan layak bagi hewan peliharaannya. 

Syukurnya kondisi miris tersebut tidak dialami populasi kera yang mendiami wilayah Pura Luhur Uluwatu, Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Penegasan itu disampaikan Bendesa Adat Pecatu, I Made Sumerta, Sabtu (3/7/2021) siang. Jagung, umbi-umbian, pisang, telur mentah, timun, dan sejenisnya rutin diberikan tiga kali sehari bagi sekitar 600 ekor kera di objek wisata yang terletak di ujung barat daya Pulau Bali dengan ciri khas berupa pura suci di atas anjungan batu karang terjal menjorok ke laut tersebut. 

“Pakan kera sejauh ini tidak kita kurangi. Kami di Desa Adat pecatu memiliki dana cadangan untuk itu. Pemberian pakan kera ini menjadi kebutuhan wajib untuk menghindari para kera turun ke rumah-rumah warga. Kalau kera ini tidak diberikan makan yang cukup tentu mereka akan berkeliaran,” jelasnya sembari merinci pengeluaran untuk pakan kera berkisar antara Rp 2.000.000 hingga Rp 2.500.000 per hari. 

Ada dari pihak institusi seperti Polri dan sejumlah komunitas pecinta serta pemerhati hewan yang sesekali menyumbangkan pakan. Mereka akan berkoordinasi dengan pengelola objek wisata sebelum pakan diberikan. Kesehatan populasi kera di Daerah Tujuan Wisata (DTW) Kawasan Luar Pura Uluwatu yang termasyhur hingga seantero dunia lewat suguhan pemandangan alam dan tari kecak ini juga rutin diperiksa bekerja sama dengan Universitas Udayana. “Populasi sekitar 600 ekor kera yang terbagi menjadi 6 kelompok ini dipantau rutin kesehatannya. Ada petugas atau pawang khusus yang mengatur agar geng kera ini tidak bentrok. Termasuk saat pemberian pakan untuk menghindari terjadinya perkelahian,” jelas Jero Bendesa yang juga mengemban amanah sebagai Ketua Komisi IV DPRD Badung itu. 

Menarik diketahui, I Made Sumerta yang akrab disapa Pak Bombom menyebut DTW Kawasan Luar Pura Uluwatu sangat aman dikunjungi oleh wisatawan karena mengantongi sertifikat CHSE yang dikeluarkan Kemenparekraf Republik Indonesia. Penerapan protokol kesehatan yang berbasis pada Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan) diterapkan dengan sangat cermat di objek wisata internasional itu. 

“Kami juga memasang mesin gate e-ticketing untuk meminimalisir penggunaan uang kertas di masa pandemi Covid-19. Operasionalnya dimulai sejak April 2020 menyongsong persiapan pembukaan pariwisata internasional tahun 2020 lalu. Desa Pecatu pun masuk zona hijau alias green zone. Seluruh stakeholder DTW Kawasan Luar Pura Uluwatu dan masyarakat di sini hampir 100 persen sudah divaksin. Masyarakat, khususnya penduduk lokal di sini sudah tidak ada yang terpapar Covid-19. Jauh-jauh hari kami sudah sangat sangat sangat siap jika pariwisata internasiona kembali dibuka. Dari Bulan Agustus 2020 dan mundur jadi September 2020 kami sudah sangat siap,” tegasnya. 

Sebelum kebijakan PPKM Darurat Jawa-Bali ditetapkan pemerintah pusat, I Made Sumerta mengatakan kunjungan wisatawan ke DTW Kawasan Luar Pura Uluwatu mulai bergeliat. Bahkan di akhir pekan cukup ramai sehingga pihaknya kembali bisa tersenyum berharap kondisi pariwisata Bali kembali normal. “Per hari mencapai 300 pengunjung. Dalam kondisi normal bisa menjadi 2.000 hingga 3.000 pengunjung per hari,” tutupnya. (tim/bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!