Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Seni & Budaya

Gus Pada: Pura Tak Boleh Kalah oleh Modernisasi

HORMATI JNANA LELUHUR: Ida Bagus berdiri terpanggil hadir langsung ke Pura Titi Gonggang yang kabarnya digeser 300 meter ke arah utara seiring proyek perlindungan kawasan suci Pura Besakih.

 

KARANGASEM, BaliPolitika.Com– Ida Bagus Pada Kusuma mewanti-wanti jangan sampai pura-pura suci di Bali dikamuflase oleh kepentingan segelintir oknum. Demi menghormati warisan serta jnana alias pengetahuan tinggi para leluhur, ia meminta agar pura tetap berada di tempatnya masing-masing. Jangan digeser atau dipindahkan.

“Biar umat yang mengejar pura, bukan tempat suci yang diatur untuk kepentingan umat. Saya yakin dan percaya umat di Bali akan sangat percaya dan mendukung Gubernur Bali bilamana hal ini (pemindahan, red) tidak terjadi,” ungkapnya saat meninjau langsung keberadaan Pura Suci Titi Gonggang, Desa Besakih, Minggu, (12/9/2021) siang.   

Gus Pada- sapaan akrab Ida Bagus Pada Kusuma- menegaskan Pura Titi Gonggang dibangun berdasarkan jnana tinggi sehingga idealnya tidak dipindahkan satu sentimeter pun. Pemindahan hanya bisa dilakukan karena faktor bencana alam seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan sejenisnya. 

“Jika pura suci ini dipindahkan tentu akan menjadi keberatan bagi umat. Saya pribadi sangat keberatan sekali dan menolak hal itu. Mohon dengan sangat hormat agar pemerintah memperhatikan hal-hal yang bersifat sangat mendasar di Bali. Hal (peninggalan, red) yang sudah ada ini diganggu oleh perkembangan kemajuan daripada keinginan untuk melakukan modernisasi,” ucapnya. 

Sehubungan dengan apa yang sejatinya digarap di wilayah suci Pura Besakih, Gus Pada berharap pemerintah memberikan informasi yang akurat agar tidak menimbulkan multitafsir, khususnya terkait Pura Suci Titi Gonggang. Jika memang dilakukan perbaikan parahyangan, diharapkan ada  imbauan kepada majelis madya atau instruksi kepada umat Hindu di Indonesia, khususnya Bali sehingga bisa memberikan sradha bakti demi kesejahteraan.

“Pura Besakih ini adalah milik umat. Mestinyalah umat itu tahu apa yang terjadi di Pura Besakih. Buatlah surat edaran, buatlah surat imbauan atau surat instruksi bahwa di Pura Besakih terjadi perbaikan pura atau sejenisnya. Umat harus tahu betul meskipun pemerintah yang membiayai. Intinya, umat yang memiliki harus mengetahui sehingga yadnya pula kerti bisa dilakukan. Ikut berdoa agar tercapai pembangunan secara baik dan sempurna untuk kesejahteraan masyarakat Bali. Jangan sampai pemerintah membangun, umatnya sendiri tidak tahu. Ini yang jadi masalah,” tegasnya. 

Ditambahkan Gus Pada, bila umat Hindu paham apa yang sedang dikerjakan di Pura Besakih, maka dengan tulus ikhlas masyarakat akan maprani dan meyasa atau mendoakan agar tercapai keselamatan serta tercapainya keinginan bersama sehingga pemerintah dan umat menyatu. 

“Orang-orang zaman dulu melakukan proses pertapaan yang panjang untuk mendapat wahyu dan anugerah yang menjadi dasar pendirian sebuah pura. Pura-pura tenget (angker, red) hampir semua berada di tempat yang sangat unik dan susah dijangkau. Kita hanya disuruh untuk memelihara saja dengan upacara yang disebut Sad Kerthi Loka Bali. Saya pribadi sangat kagum dan respek sekali dengan konsep ini. Ingat, pura-pura di Bali berisi anugerah yang disebut teja dari pertapaan yang menyebabkan adanya taksu atau sinar suci. Jika sebuah pura suci dipindah tentu akan menjadi keberatan bagi umat. Saya pribadi sangat menolak hal itu,” tegasnya. (tim/bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!