Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Politik

Berbalik 180 Derajat, Muntra Pastikan Diri Tetap “Kuning”

SALING GANTUNG: Surat pengunduran diri I Wayan Muntra yang dinilai ambigu.

 

DENPASAR, BaliPolitika.Com- Nama I Wayan Muntra hangat dibicarakan. Sepak terjangnya pasca hajatan Temu Kader Golkar se-Bali dengan Ketua Umum Airlangga Hartarto, Minggu (30/5/2021) seolah menyiratkan kode khusus. Teka-teki ini menggoda setiap insan politik di Pulau Dewata untuk membedahnya. Sempat dikabarkan out dari partai politik berlambang pohon beringin lewat sepucuk surat “rahasia” yang dibawa oleh loyalis sekaligus staf-nya, I Wayan Sumantra Karang, Rabu (2/6/2021), tiba-tiba, keesokan harinya, Kamis (3/6/2021) pernyataan stafnya ia klarifikasi sendiri. Muntra menegaskan dirinya tak hengkang dari Golkar, melainkan hanya mundur dari kepengurusan. Tak sedikit publik yang terperangah atas gocekan ala Muntra ini. Sampai-sampai ada yang menyebut Muntra dan Golkar Bali saling gantung ibarat dua ABG yang sedang kasmaran, namun tak bisa berpegangan tangan.

“Dengan ini (surat kepada Ketua DPD 1 Golkar Bali, red) menyatakan mengundurkan diri sebagai Wakil Ketua Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) DPD Partai Golkar Provinsi Bali sejak surat ini saya sampaikan. Demikian surat pengunduran ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Atas perhatian dan kerja samanya diucapkan terima kasih. Om shanti, shanti, shanti, Om,” tulis Muntra sembari mencantumkan nama terang, tempat, bulan, tahun, dan tanda tangan. Surat tersebut ditembuskan ke Ketua Umum DPP Golkar dan arsip.

Diketahui surat bernomor 01/VI/2021 dengan 1 lembar lampiran yang dibawa Sumantra Karang ke DPD 1 Golkar Bali dan diterima Muamar Khadafi memang mencantumkan perihal pengunduran diri. Namun, terkesan ambigu. Pasalnya, Muntra tidak menulis jelas pengunduran diri sebagai apa. Yang pasti, jika dikaitkan dengan bagian tubuh surat, pengunduran diri dimaksud jelas sebagai pengurus. Bukan anggota alias kader Golkar. “Kalau pindah itu nggaklah,” ujarnya singkat.

Menarik disimak, sebagaimana diberitakan sebelumnya, Sumantra Karang menegaskan bahwa eks Ketua DPD II Golkar Badung, I Wayan Muntra mengibarkan bendera putih alias out dari Golkar. Kenapa? Sumantra menyatakan dengan gamblang bahwa tiga kali disakiti induk partainya, Golkar Bali, pria kelahiran Sawangan, Desa Peminge, 23 November 1971 itu masih bisa bertahan. Bahkan menjalankan amanat sebagai Ketua Badan Hukum dan Hak Asasi Manusia (Bakum HAM) DPD I Golkar Bali. Namun, cobaan keempat, membuatnya memutuskan out.

Sumantra Karang menjabarkan Muntra digusur dari jabatannya. Ia digantikan Dewa Ayu Putu Sri Wigunawati yang sebelumnya menduduki posisi Wakil Sekretaris Bidang Hukum DPD I Golkar Bali. Sri Wigunawati sendiri dikukuhkan oleh Ketua DPD I Golkar Bali, I Nyoman Sugawa Korry sebagai Ketua Bakum HAM DPD I Golkar Bali di sela-sela acara Temu Kader dengan Ketua Umum DPP Golkar Airlangga Hartarto di Hotel Merusaka, Kawasan ITDC Nusa Dua, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Minggu (30/5) sore.

“4-0 untuk Golkar Bali. Dalam karier politiknya bersama Golkar, total 4 kali Muntra didzolimi. 4 kali disakiti induk partainya sendiri, Partai Golkar. Pertama, di Plt-kan sebagai Ketua DPD Golkar Badung; Kedua, digagalkan menjadi calon dalam Musda Golkar Badung; Ketiga, digagalkan menjadi Calon Wakil Bupati Badung oleh Partai Golkar; Keempat, digusur sebagai Ketua Bakum HAM DPD I Golkar Bali. Saya sendiri sebenarnya sudah menebak dan cukup paham isi hati Pak Muntra. Terutama terkait isi pemberitaan kemarin yang menegaskan Beliau sudah diganti sebagai Ketua Bakum HAM Golkar Bali. Tidak ada koodirnasi sebelumnya. Kesimpulkannya, Bapak Muntra merasa diusir secara halus,” beber eks Ketua Sentra Organisasi Karyawan Swadiri (SOKSI) Kabupaten Badung, Wayan Sumantra Karang ditemui seusai membawa surat pengunduran diri Muntra ke Sekretariat DPD 1 Golkar Bali, Rabu (2/6/2021) siang.

Kenapa Muntra tidak membawa langsung surat pengunduran dirinya? Sumantra menegaskan bahwa dirinya adalah staf sekaligus loyalis Muntra. “Karena memang dirasa tidak perlu lagi Beliau hadir di sana (Sekretariat Golkar Bali, red). Saya loyalis Muntra. Kebetulan juga staf Beliau. Surat pengunduran diri dari Partai Golkar itu Beliau buat sendiri. Pure, murni keputusan dia. Sudah lelah katanya “dizolimi”, ungkap Sumantra Karang.

Disinggung apakah tidak ada upaya mendekati sosok I Wayan Muntra sebelum sekaligus membahas mengenai posisinya sebagai Ketua Bakum HAM DPD I Golkar Bali, Sumantra menegaskan tidak ada upaya itu. Meski demikian dirinya tidak menampik ada sejumlah kader Golkar yang beberapa kali tampak mendekati Muntra. “Ada utusan yang dikirim entah oleh siapa. Kami loyalis Muntra berpikir sederhana saja. Kenapa tidak ada pembicaraan dari hati ke hati? Duduk berdua? Tentu kalau itu dilakukan akan ada sejuta cerita ini,” ungkapnya sembari menunjukkan surat pengunduran diri Muntra kepada sejumlah awak media.

Wakil Sekretaris Bidang OKK DPD 1 Golkar Bali, Muammar Khadafi menerima surat pengunduran diri I Wayan Muntra. Ia menegaskan memiliki kewenangan hanya sebatas menerima. “Kewenangan saya hanya cukup menyampaikan saja ke Ketua DPD I Golkar Bali. Jadi, apapun terkait isinya surat tersebut, pimpinanlah yang akan memutuskannya. Pada dasarnya Muntra senior saya di partai dan loyalitas Beliau sangat tinggi dan patut dijadikan contoh oleh kader lain. Sedangkan di Bakumham sendiri, Muntra, setahu saya masih di struktur Wakil Ketua Hukum dan HAM sesuai sampai SK berlaku,” ungkapnya. (tim/bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!