Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Politik

Belanda, Swiss, New Zealand Bertani, Tabanan Kok Tanam Beton?

TABANAN, BaliPolitika.Com– Tamat sudah status Tabanan sebagai lumbung beras Bali. Status prestisius itu digeser oleh Kabupaten Jembrana sejak tahun 2019. Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana I Wayan Sutama mengatakan, hasil panen subak di Jembrana mampu berproduksi antara 7,5-8,5 ton per hektar dari 6.725 hektar luas areal subak yang ada di Kabupaten Jembrana. Hasil itu merupakan yang tertinggi di Bali.

Banyak pihak telah mengingatkan bahwa ekonomi Bali yang sangat bergantung dan mengandalkan pariwisata merupakan keputusan rentan. Pandemi Covid-19 membuktikan hal tersebut. Perekonomian Bali poran-poranda dan pertumbuhan negatif -12,28 di triwulan III merupakan yang terburuk di Indonesia. Selain wabah, pariwisata juga sangat rentan terhadap bencana alam, terorisme, politik, dan sejenisnya.

Karena pandemi Covid-19 melanda hampir seluruh negara, harapan agar pariwisata Bali kembali normal sesegera mungkin tampaknya jauh panggang dari api. Meski demikian optimisme penting dipelihara dan jalur alternatif harus dipilih agar Bali tetap survive sembari menunggu pariwisata pulih total.

Calon Bupati dan Wakil Bupati Tabanan Anak Agung Ngurah Panji Astika- I Dewa Nyoman Budiasa (Panji-Budi) yang menjadi simbol perubahan di Pilkada Serentak 2020 menegaskan bahwa pertanian adalah pilihan masuk akal namun dengan orientasi ekspor. “Negara-negara besar banyak yang bergantung ekonomi pada pertanian seperti Belanda, Swiss, New Zealand. Tapi, kita malah meninggalkan pertanian. Oleh karena itulah, kami akan fokus kembali ke pertanian. Pembangunan Tabanan Berbasis budaya dan pertanian,” ucap Panji Astika.

Panji-Budi menilai Tabanan memiliki modal besar di sektor pertanian. Jika dimanajemen dengan baik, tidak ada istilah petani di Tabanan kekurangan air. “Kita punya subak terbesar di Bali dan kultur pertanian yang paling bagus. Saya yakin sekali kita harus kembali ke pertanian,” ungkapnya.

Sayangnya, keberpihakan pemerintah yang kurang pada pertanian membuat sektor fital ini ditinggalkan oleh masyarakat. Lebih-lebih pemerintah tidak bisa memberikan jawaban atas cara berpikir masyarakat yang memandang pertanian identik dengan kata rugi.

Hal ini karena permasalahan pertanian yang pertama adalah air. Yang kedua adalah pupuk yang mahal dan langka. Yang lainnya adalah bibit susah. Pada saat produksi masalah lainnya adalah hama dan hampir tidak adanya pendampingan kepada petani dalam hal teknologi dan masalah yang paling besar adalah harga. “Saat panen tiba-tiba harganya jatuh,” ungkap Panji Astika.

Bagaimana cara mengatasi permasalahan itu? Panji Astika menyebut harus dibenahi dari hulu sampai hilir. Tidak hanya memberikan bibit, pupuk, lalu disuruh nanam selesai. Agar harga tetap bagus, pemerintah harus memperhatikan suplai dan demand. Jika mau, Tabanan sangat bisa  membangun dunia pertanian mandiri. Termasuk membangun pasar induk pertanian yang lokasinya dekat dengan irisan sarbagita di barat Canggu atau barat Mengwi. Pasar-pasar di setiap kecamatan harus direvitasi. “Selain pasar fisik, kita juga harus punya pasar virtual,” katanya.

Disebutkan Panji-Budi di bidang pertanian, keduanya akan mengaktifkan kembali asuransi pertanian, membangun industri pasca panen, pasar induk pertanian, menjamin harga pokok produk pertanian, dan membuat badan sertifikasi produk organik pertanian Tabanan agar bernilai jual tinggi.

Terkait dampak Covid-19 di bidang tenaga kerja, Cawabup I Dewa Nyoman Budiasa mengungkapkan hampir semua tenaga kerja swasta statusnya abu-abu. Banyak yang dirumahkan dan di PHK. Saat ini, di Tabanan tidak ada lapangan pekerjaan. Ribuan warga Tabanan bekerja di Denpasar dan Badung. Di sisi lain, saat hendak kembali bertani, lahan pertanian sudah banyak yang ditanami beton. “Belanda, Swiss, New Zealand Bertani, Tabanan Kok Tanam Beton?” sesalnya.

Untuk mengatasinya, investasi harus segera dibuka, sentra-sentra industri pertanian dan pariwisata harus dibuka dengan mengundang investor. Pemerintah pun harus menjalin komunikasi yang profesional dengan para investor. Jangan sampai ada istilah pemerintah malak investor sehingga belum apa-apa investor sudah lari tunggang langgang.

Lebih lanjut, Panji-Budi juga mengungkapkan bila terpilih sebagai nakhoda Tabanan akan menyiapkan 50 ribu Kartu Tabanan Sehat. 50.000 Kartu Tabanan Sehat di tahun pertama ini diberikan untuk menjamin kesehatan masyarakat yang tidak tercover oleh BPJS Kesehatan.

Panji-Budi juga berkomitmen kembali mendirikan Patung Wisnu Murti di Catus Pata Kediri dan memindahkan Patung Bung Karno disandingkan dengan patung Sagung Wah di sebuah taman sehingga bisa menjadi ikon baru bagi Kota Tabanan. Demikian juga Pasar Senggol yang ada di bahu jalan akan ditata agar lebih terlihat rapi dan tertib.

Disebutkan juga bila terpilih dalam Pilkada 2020, pasangan Panji-Budi akan mewujudkan pemerintah yang bersih dan transparan dengan menerapkan e-Government, e-Budgeting dan e-Ticketing. Kerja pemerintah Tabanan di era Panji-Budi akan bisa dicek lewat handphone android. (bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!