Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

PuisiSastra

Frans Nadjira Tinggalkan Kita

Warih: Salam untuk Bung Umbu ya, Bang

SELAMAT JALAN: Penerima Grant dari Pemerintah Amerika Serikat untuk mengikuti program penulisan kreatif International Writing Program di University of Iowa, Iowa, USA tahun 1979, Frans Nadjira (kiri) berpulang di usia yang menginjak 82 tahun bersama seteru abadinya, Mahaguru Umbu Landu Paranggi saat keduanya masih bersama kita.

 

DENPASAR, Balipolitika.com- Dunia seni dan sastra Indonesia berduka. Penerima Grant dari Pemerintah Amerika Serikat untuk mengikuti program penulisan kreatif International Writing Program di University of Iowa, Iowa, USA tahun 1979, Frans Nadjira berpulang di usia yang menginjak 82 tahun.

Kabar duka maestro seni kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, 3 September 1942 yang sejak muda mengakrabi dunia seni, utamanya seni rupa dan sastra itu pertama kali disebarkan oleh penyair Warih Wisatsana lewat akun media sosialnya.

Sedini pagi tadi, ada pesan dari Vanda, putrinda Bang Frans Nadjira, mengabarkan Abang kami, Guru yang tulus dan teguh hati, berpulang. Seketika teringat kehangatan Abang bersama Unda, selalu spontan menerima kehadiran kami. Saya sedih, teman-teman sedih, berduka. Berpuluh tahun bersama, yakin pada Puisi sebagai penegasan sikap pada hidup. Berpuluh tahun, meyakini seni panggilan berbagi pada sesama; mencipta Nyanyian Untuk Berangkat. Lambai doa kami mengiringi; Abang, lapanglah jalan pulang ini. Salam untuk Bung Umbu ya, Bang. Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un. Telah Berpulang ke Rahmatullah, Bapak/Kakek kami Bpk. Frans Nadjira pada hari ini, jumat, jam 04:50 wita. Mohon dimaafkan segala kesalahan dan dosa-dosa Almarhum. Semoga Almarhum diberikan tempat terbaik di sisi Allah SWT,” tulis Warih Wisatsana sembari menyematkan tagar #dukacita #penyair #perupa #fransnadjira.

Kabar duka ini juga disebarkan penyair pemenang Kusala Sastra Khatulistiwa untuk kategori puisi tahun 2009 lewat antologi “Dongeng Anjing Api” yang diterbitkan Arti Foundation tahun 2008, Sindu Putra.

“PENYAIR KESAYANGAN BURUNG-BURUNG BERPULANG. Selamat jalan badik api yang ditatah dengan ombak. Frans Nadjira, 3-9-1942_12-1-2024,” tulisnya. 

Melalui grup Whatsapp Jatijagat Kehidupan Puisi, diketahui pada Jumat, 12 Januari 2024 pukul 07.32, jenazah Frans Nadjira diistirahatkan di kamar jenazah RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah alias RS Sanglah, Denpasar, Bali. 

Selanjutnya jenazah Frans Nadjira akan disholatkan di Masjid Chandra Asri, Jalan Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, Jalan Perum Puri Chandra Asri- Jalan Arwana IV No.A105, Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali dan disemayamkan di Pemakaman Kampung Bugis Suwung, Jalan Pendidikan No.74, Sidakarya, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Jumat, 12 Januari 2024. 

“Jenazah masih di RS Sanglah. Akan dibawa ke Masjid Candra Asri (Perum Puri Candra Asri, Biaung, Batu Bulan) pagi ini dan dimakamkan pada hari ini setelah Ashar di Pemakaman Kampung Bugis, Suwung, Sidakarya, Denpasar Selatan,” tulis Lurah Jatijagat Kehidupan Puisi (JKP), Ngurah Arya Dimas Hendratno.

Semasa hidup, Frans Nadjira mencintai seni lukis dan mendorongnya bersekolah di Akademi Seni Lukis Indonesia (ASLI) Makassar selama setahun. Kemudian ia merantau ke Kalimantan Utara dan Filipina sebagai buruh dan pelaut, serta mendalami seni lukis dan sastra.

Pada dasawarsa 1960-an, Frans Nadjira bergiat pada kalangan sastra Jakarta kemudian tahun 1974 ia pindah ke Denpasar, Bali menjalani profesi sebagai pelukis dan memilih metode seni lukis otomatis (psikografi) yang ditekuni hingga sekarang, sekaligus melakukan berbagai kegiatan pengembangan sastra di Bali. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!