Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Kesehatan

Lawan Hoaks, Unud Tegaskan Nyamuk Wolbachia Aman

KAJIAN AKADEMIK: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (FK Unud) menggelar seminar “Inisiatif Implementasi Metode Wolbachia di Bali: Peluang dan Tantangan” di Gedung FISIP Unud, Kamis 30 November 2023.

 

DENPASAR, Balipolitika.com- Kematian akibat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) jadi masalah kesehatan super serius di Indonesia, khususnya di Bali.

Dinas Kesehatan Provinsi Bali mencatat 6.428 kasus DBD hingga Oktober 2023. Dengan kata lain terjadi lonjakan kasus sebanyak 3.959 kasus dari 2.469 kasus DBD selama tiga bulan pertama tahun 2023.

Kala itu, Kasi Penanggulangan Penyakit Dinkes Bali, I Nyoman Sudiyasa merinci dari angka keseluruhan pada Januari terjadi 939 kasus dengan 3 korban meninggal dunia, Februari 820 kasus dengan 1 korban meninggal dunia, dan Maret 710 kasus dengan 1 korban meninggal dunia. Jumlah kasus di 3 bulan pertama tahun 2023 ini tersebar di Kota Denpasar (781 kasus), Buleleng (369 kasus), Badung (305 kasus), Klungkung (231 kasus), Jembrana (210 kasus), Gianyar (196 kasus), Karangasem (156 kasus), Tabanan (154 kasus), dan Bangli (67 kasus).

Berpegang pada data betapa DBD masih mengancam nyawa masyarakat Bali sekaligus para wisatawan asing yang berwisata di Pulau Dewata, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (FK Unud) menggelar seminar “Inisiatif Implementasi Metode Wolbachia di Bali: Peluang dan Tantangan” di Gedung FISIP Unud, Kamis 30 November 2023.

Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, M.P., IPU selaku Wakil Rektor Bidang Akademik yang dalam hal ini mewakili Rektor Unud mengatakan besarnya kasus DBD di Bali menjadi perhatian, baik pemerintah pusat maupun daerah.

Ia menjelaskan metode wolbachia adalah bakteri alami yang terdapat di 50 persen serangga yang ada di bumi dan dinyatakan aman untuk manusia, hewan, dan lingkungan.

“Wolbachia mampu menghambat replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti sehingga tidak menularkan penyakit dengue, zika, dan chikungunya,” jelasnya.

Oleh karena itu, masyarakat jangan percaya hoaks di media sosial.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Guru Besar Unud, Prof. dr. Pande Putu Januraga, S.Ked., M.Kes, DrPH, metode Wolbachia ini merupakan terobosan dari World Mosquito Program (WMP) yang telah diimplementasikan di 14 negara sejak tahun 2011, termasuk Indonesia.

“Seminar ini sebagai acuan menyatukan persepsi, terkait metode Wolbachia sebagai inovasi baru untuk mencegah kasus DBD terus bertambah, sehingga anak dan masyarakat terlindungi Bali dari DBD,” ungkap Januraga.

Pande Putu Januraga menambahkan, metode Wolbachia diharapkan mampu untuk menekan jumlah nyamuk DBD. Seminar ini dihadiri oleh Bappeda, serta jajaran Pemprov Bali dan staf FK Unud di Gedung Fisip Unud.

Sementara itu, dosen Program Studi kesehatan Masyarakat FK Unud, Dr. Sang Gede Purnama, SKM.,MSc., selaku narasumber manyampaikan, nyamuk berwolbachia merupakan nyamuk baik di mana banyak keuntungan yang didapat bagi kesehatan masyarakat.

Ditegaskannya, salah satu manfaat dari nyamuk ini adalah dapat mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah.

“Penggunaan Wolbachia merupakan salah satu inovasi yang menjanjikan dalam upaya mengurangi penyebaran DBD yang disebabkan oleh virus dengue,” ujarnya.

Sang Gede Purnama merinci manusia yang terkena gigitan nyamuk dengan wolbachia akan menurunkan tingkat penularan dari virus dengue melalui nyamuk ke manusia secara signifikan karena sistem kerja dari wolbachia yang menghambat replikasi virus dengue dalam tubuh nyamuk.

“Wolbachia aman bagi manusia, karena hanya hidup di sel serangga. Wolbachia tidak menyebabkan nyamuk menjadi lebih ganas sehingga tidak merubah sifat, fisik, perkembangan dan perilaku nyamuk,” imbuh Sang Gede Purnama.

Terangnya bakteri wolbachia terbukti menjadi alat pengendalian vektor demam berdarah dengue.

“Pengendalian vektor sering melibatkan pestisida kimia, seperti insektisida ini dapat membunuh nyamuk vektor. Pestisida harus digunakan secara berkala dan penggunaan berlebihan dapat mengarah pada resistensi vektor terhadap insektisida,” terangnya.

“Pestisida dapat memiliki dampak negatif pada lingkungan dan organisme non target. Jadi penggunaan insektisida harus dihentikan agar populasi nyamuk vektor kembali berkembang,” tandas Sang Gede Purnama.

Diterangkan pula bahwa Indonesia telah melakukan kajian analisis risiko independen terkait metode wolbachia.

“Wolbachia WMP bukan rekayasa genetik (genetically modified organism/GMO, red) hanya memindahkan wolbachia dari lalat buah ke nyamuk Aedes aegypti betina, tidak mengubah struktur gen nyamuk atau Wolbachia,” tegasnya. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!