Ilustrasi: Gede Gunada
Debu-Debu Jalan
Ke mana aku melangkah
Dunia tinggal ratapan
Orang-orang yang hidup
Orang-orang yang mati
Kulihat bintang hanya malam bersemayam
Kukejar waktu pada bilur kekosongan
Kujemput matahari tak berangkat musim
Kuhempas mimpi angin rapatkan debu-debu jalan
Oh, kekasih, di mana wajah bidadari
Tubuh pejantan kan hilang
Otaknya penuh duri
Perasaan tinggal sebentuk kotak televisi
Cinta pada padang gurun tandus
Sebagai kaktus lama cemburu
menanti dedaun padanya
Dan ular menyibak dalam pasir
Mengoyak mimpi rindu bertahun
Sampai bulan jatuh malam terusir
Kesepianku tinggal abadi
Kerinduan tinggal satu
Yang lain telah kau bawa di tahun yang lalu
Saat pesta taman mawar
Kau rangkum tubuhmu di atasnya
Dan aku tenggelam pada cinta
Dan aku kehilangan diriku sendiri
setelah senja kau berangkat
Dan aku tinggal sendiri
Hidup di atas debu-debu jalan
Bogor, 16 Maret 2023
1 Mei
Dengan apa kita hidup?
Dengan uang sebenggol dalam saku
hasil kerja hari ini
Dengan apa kita syukuri hidup?
Dengan suami atau istri yang setia
mengajarkan bagaimana mencintai matahari
Dengan apa kita hadapi kenyataan hidup?
Dengan kesadaran dan rasa rindu
bahwa masih ada kehidupan lebih baik
untuk anak-cucu kita nanti
atas kerja hari ini
Bogor, 1 Mei 2023
Di Kedalaman Senja Tak Ada Yang Seindah Rindumu
Di kedalaman senja
tak ada yang seindah rindumu, ombak laut
seakan ingin kau bebaskan kata
dari percakapan dan waktu tenggelam
Cahaya menatap ke arahmu
biru laut yang tenang
tanpa bimbang
tanpa algoritma berlebihan
Jalan tinggal kemegahan
percakapan tinggi kata
warna pada ruang-ruang
dan kau ikat di ujungnya
di kedalaman senja
tak ada yang seindah rindumu
Bogor, 22 April 2023
Lukisan-Gambar Tanpa Bentuk
Jarimu bawakan garis, goresan tebal kehati-hatian,
Hatimu ada di mana?
Aku nyalakan viola, atau mungkin flute,
Suara lidah tertahan
Lukisan-Gambar tanpa bentuk
Wajah kau poles, tubuh keramas
Hatiku tak menahan!
Bogor, 25 April 2023
Cangkir Itu Kenangan Bibir Tak Berhingga
Cangkir tak bertentuan itu
telah habis kureguk
dalam nafas-nafas pendek
dalam ketiadaan batas isi dan sampiran
Kau ingin mencoba hapus bekas bibirku di sana?
Dengan tisu Jepang?
dan meraih cangkir itu atas kenangan
dan lantunan musik tanpa nama
Bibirku telah merasuk
ke dalam nafas cangkir itu
kenangan bibir tak berhingga
Bogor, 5 April 2023
BIODATA
Muhammad Solihin Oken lahir di Jakarta, 26 Oktober 1970. Pernah kuliah di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta, dan mengikuti Program Course Paska Sarjana di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Aktif bersastra sejak mahasiswa. Pernah menekuni profesi wartawan sejak 1996 hingga 2013. Sejak 2009 ia rajin menulis puisi di media sosial. Buku puisi terbarunya berjudul “Sajak Selikur” (2022).
Gede Gunada lahir di Desa Ababi, Karangasem, Bali, 11 April 1979. Ia menempuh pendidikan seni di SMSR Negeri Denpasar. Sejak 1995 ia banyak terlibat dalam pameran bersama, antara lain: Pameran Kelompok Komunitas Lempuyang di Hilton Hotel, Surabaya (1999), Pameran “Sensitive” Komunitas Lempuyang di Danes Art Veranda, Denpasar (2006). Ia pernah meraih penghargaan Karya Lukis Terbaik 2002 dalam Lomba Melukis “Seni itu Damai” di Sanur, Bali; Karya Lukis Kaligrafi Terbaik 2009 dalam Lomba Melukis Kaligrafi se-Indonesia di kampus UNHI Denpasar.