Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Politik

Agung Widiada: Stop Buai Masyarakat dengan Harapan

APA ADANYA: Ketua Fraksi NasDem-PSI DPRD Kota Denpasar, Anak Agung Ngurah Agung Widiada.

 

DENPASAR, BaliPolitika.Com- Sejak awal wacana open internasional border atau pintu pariwisata internasional Bali dibuka di masa pandemi Covid-19, Anak Agung Ngurah Agung Widiada mengaku merenung. Pasalnya, toh jika dibuka bulan Juli 2021, sejumlah negara penyuplai terbesar ke Bali, di antaranya Tiongkok, Australia, India, Jepang, Inggris, Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Korea Selatan, Malaysia, dan sejumlah negara lain masih berkutat dengan virus SARS-CoV-2 yang kini bermutasi menjadi 9 varian lain.

Pemerintah Australia kemungkinan masih akan menutup perbatasannya untuk pengunjung asing hingga awal 2022. Hal ini disampaikan Menteri Keuangan Australia Simon Birmingham kepada The Australian, media massa setempat. Keputusan tersebut diambil tidak hanya berdasarkan ketidakpastian dalam kecepatan peluncuran vaksin, tetapi juga pihaknya masih melihat sejauh mana keefektifan vaksin untuk varian Covid-19 yang baru saja muncul,” ucap Penglingsir Puri Peguyangan, Denpasar itu ditemui, Rabu (23/6/2021).

Agung Widiada menyebut rumor publik telah membuka mata masyarakat Indonesia, khususnya Bali. “Marilah kita semua berbicara yang riil dan fokus. Ekonomi lokal harus diberikan kesempatan. Betul-betul mereka diawasai, diberikan ruang khusus dengan jarak teratur. Pandemi Covid-19 Ini bukan persoalan bulanan, melainkan tahunan. Kini, kita berjalan sudah hampir 1 tahun 6 bulan. Ini tidak bisa diselesaikan dengan perjuangan politik belaka. Kita harus berpikir kemungkinan paling terburuk akibat pandemi Covid-19 ini. Mari bergandengan tangan membangun kesadaran publik pada pola pikir, pola perilaku, dan kedisiplinan yang datang dari sanubari masing-masing,” ungkap politisi yang menilai energi politik adalah sikap apa adanya. 

Imbuh Widiada, masyarakat Bali secara umum menilai wacana pemerintah sebagai sesuatu yang patut digugu. Dalam perspektif masyarakat, pemerintah adalah Guru Wisesa, orang tua. “Buka tutup border pariwisata tentu berdasarkan kajian kesehatan. Mengacu data masyarakat internasional, kita harus sadar bahwa banyak negara yang belum membolehkan warganya keluar, khususnya berwisata. Jepang juga sangat ketat termasuk China dan negara lain,” ungkapnya sembari menyebut negara penyuplai turis ke Bali kondisinya masih sangat fluktuatif.

“Masih buka tutup. Kita sebenarnya sangat bersyukur, belakangan ini kondisi Covid-19 di Bali melandai. Meski demikian harus lebih ketat. Salah satu indikator data dari Satgas Covid-19 PPDN (pelaku perjalanan dalam negeri) rentan Covid-19,” jelas sosok sepuh yang 30 tahun mengabdi sebagai wakil rakyat Kota Denpasar itu. 

Terkait wacana optimisme pemerintah membuka border pariwisata, Agung Widiada menilai hal tersebut sebagai sesuatu yang sangat wajar. Namun, hal tersebut lebih mengarah pada bahasa politis. “Dalam situasi ini, wajar masyarakat kecewa ketika agenda itu digeser. Kita harus berpikir agak panjang, khususnya sebagai politisi. Kita harus mampu mengedukasi dengan wacana pandemi kapan akan berakhir, khususnya dengan hadirnya varian baru. Kegiatan ekonomi, sosial budaya, kultural, jangan seolah-olah dianggap normal. Kalau ini menimbulkan kondisi fatalitas, maka kejujuran yang lebih baik. Jangan masyarakat dibuai harapan-harapan yang sulit terwujud,” pesannya. 

Lebih jauh, Ketua Umum DPD Perguruan Pencak Silat Kertha Wisesa wilayah Bali itu menilai kesadaran masyarakat akan pentingnya vaksinasi patut diapresiasi. “Semua capek dan jenuh. Harusnya pengetahuan yang lebih mendalam terhadap Covid-19 yang disampaikan kepada masyarakat. Perspektif cara pandang masyarakat dan pemerintah tidak boleh terputus. Harus nyambung. Kalau memang harus bekerja, silakan bekerja memutar ekonomi namun harus tetap taat prokes. Namun, kalau ngumpul hanya untuk gaya hidup ini yang harus dikendalikan. Pemahaman secara tuntas harus disampaikan kepada masyarakat bahwa kondisi pandemi Covid-19 ini akan berlangsung panjang,” tegasnya sembari menyebut para pejabat idealnya tidak membuai masyarakat dengan statement politik jangka pendek yang sekadar menyenangkan atau membuai masyarakat. (tim/bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!