Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Politik

AA Gde Agung Sebut Natal Tak Boleh Batal

Ajak Umat Pererat Konsep Nyama Braya

MANGUPURA, BaliPolitika.Com- Pandemi korona membuat banyak pihak merana. Wabah yang diakibatkan virus SARS-CoV-2 itu juga mempersempit ruang gerak manusia. Termasuk saat menunaikan ibadah. Anak Agung Gde Agung, anggota Komite III DPD RI yang membidangi adat, budaya, agama, pariwisata, pendidikan, dan kesehatan menegaskan jika taat pada protokol kesehatan Covid-19, tak ada istilah Natal batal dirayakan, Jumat (25/12/2020).

Penglingsir Puri Ageng Mengwi itu menegaskan Hari Raya Natal diharapkan memberikan berkah bagi seluruh umat manusia, khususnya masyarakat Bali. Ia mengajak semua pihak menjaga kerukunan antar umat beragama. Konsep “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung” tegasnya tak boleh hanya sekadar jadi wacana, melainkan wajib diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk merawat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam acara berbagi kasih bersama umat Kristiani di Gereja Katolik Santo Stefanus Stasi Tegal Jaya, Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Rabu (23/12/2020) AA Gde Agung yang pernah menjabat Bupati Badung dua periode itu berpesan dalam rangka menjaga kerukunan antar umat beragama ada tiga hal yang harus dilakukan. Pesan moral tersebut disampaikan sang negarawan berusia 71 tahun itu di hadapan Pdt. Made Gunaraksawari Mastra, S.E,M.Div, Ketua Perumahan Mulia Asri, Banjar Tegaljaya Wayan Birawan, dan Ketua Lingkungan Gereja Katolik Santo Stefanus Tegaljaya, Petrus Daryono.

AA Gde Agung merinci pertama masyarakat Indonesia, khususnya Bali harus menjaga hubungan menyama beraya. “Hubungan manyama braya antara kita ini perlu untuk terus dijaga. Berbeda agama, berbeda suku, dan berbeda ras harus perlu dijaga,” katanya. Kedua, menjaga rasa agama dari pihak lain. “Jangan sampai rasa kehormatan agama lain dilanggar. Itu kan bisa diterjemahkanlah. Yang penting bagaimana kita bisa menjaga rasa agama orang lain,” tandasnya. Ketiga mengebumikan peribahasa di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. “Jangan sampai kita menang-menangan sendiri. Seperti di Bali ini punya kearifian lokal sendiri. Jadi harus saling menghormati,” tegasnya sembari menyerahkan tali kasih berupa 150 paket sembako.

“Ini merupakan bakti sosial kami kepada masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Sudah barang tentu banyak sekali warga kita yang membutuhkan perhatian. Menjelang perayaam Natal, jangan sampai ada masyarakat tidak siap. Makanya kami membantu mereka untuk merayakan Natal dengan suka cita,” tegasnya. (bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!