Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

PuisiSastra

Puisi-Puisi Sulistyo

Ilustrasi: Gede Gunada

 

PUISI INI UNTUKMU, SAYANG

Ini puisiku, sayang
apa kau bersedia membacanya?
atau hanya melihat huruf depan dari judulnya saja?
dengan susah payah kujiplak puisi-puisi milik sastrawan ternama
agar kau terkesima
agar kau terpesona
Kutulis berpuluh kali fajar berulang,
hingga jarum jam lelah berputar

Apakah kau tak ingin segera membacanya, sayang?
Jangan hanya tertarik catatan belanja dan nota gajianku saja
Kali ini bacalah, setidaknya satu kata
kujamin kau akan keranjingan membacanya
hingga tak bisa berkata-kata
Kau akan dapat merasakan pedasnya mengunyah kembang gula
Ini puisi-puisi milik sastrawan terkemuka
yang kucomot diam-diam
tanpa kupedulikan tatapan marah di wajah mereka

Lekas baca, sayang
Apakah kau ingin aku yang membacakannya
sambil memangkumu bagai pengantin lupa senggama
Baiklah, kuambil dulu satu dua buah bintang dan bulan setengah bundar
untuk penghias langit-langit kamar
Amboi … betapa romantisnya
Kita akan berlayar mengarungi samudera malam
dengan puisi-puisi curian
: puisi ini untukmu, sayang

2023

 

HARI INI KITA MAKAN APA, MAK?

Hari ini kita makan apa, mak?
Koran-koranku tak laku dijual
Sepanjang pagi hingga sore hari
aku hanya berdiri menunggu pembeli
tenggorokan kering menjajakan ke para pejalan
Jangankan membeli koran
menengok pun enggan
mata-mata penduduk kota melekat erat
di layar ponsel yang semakin menjerat
Koranku menjadi seonggok sampah
tak menghasilkan rupiah

Hari ini kita makan apa, mak?
apakah kita harus memeras air mata
dan menjualnya di perempatan jalanan kota?

2023

 

DI MANA RUMAHKU?

Kakiku lelah
ribuan jejak melangkah
aku ingin pulang
tapi di mana rumahku?
tak kutemukan
Kalender berganti puluhan kali
tanya sana tanya sini
orang-orang tak mengenaliku lagi
bunga matahari yang kutanam sebelum kupergi
sebagai penanda saat kupulang nanti,
tercabut dari tempatnya berdiri
tak ada yang tersisa
di mana rumah masa kecilku?

Kakiku lelah
tak kuat lagi melangkah
aku ingin istirah, selonjorkan kaki di halaman rumah
memandang ikan-ikan kecil yang berenang riang di selokan
memandang gundukan pegunungan
yang berjejalan ribuan pepohonan

Rumahku tak kutemukan
Hanya terdengar samar suara-suara bersahutan
yang kukenal tiga puluh tahun silam
bayangan pintu warna biru yang terlihat muram
dan sepasang jendela kusam,
di bawahnya sosok masa kecilku menangis tersedu, rindu
memeluk tubuh tuaku

2023

 

AKU GILA?

Aku ragu, Tuhan
Ini negeriku apa bukan?
Sangat damai dan menyenangkan
Tak ada pemerkosaan
Tak ada pembunuhan
Tak ada penipuan
Aku takut tersesat di negeri orang

Berita kriminal di surat kabar menghilang
Televisi hanya menayangkan acara makan-makan
Negeriku menjelma surga dadakan

Jalanan nyaman
Tak kutemui adu klakson dan serobot kendaraan
Tak kudengar serapah dan cacian
Aku curiga sedang terdampar dalam sinetron dagelan

Membingungkan
yang kutemui hanya wajah-wajah sukacita
Tak ada beban derita
Semua orang bergembira
menari dan berdendang lagu cinta

Tuhan, apakah aku sudah gila?

2023

 

NEGERI GEMAH RIPAH LOH JINAWI

Keringat bercucuran
dalam antrian beras bantuan sosial
Napas terengah-engah
Lelah
Berhimpitan
Berdesakan
Adu mulut
Adu sikut

Tangan-tangan
menggenggam kupon kumal
bercampur rasa lapar
dan angan-angan
pulang nanti
menikmati sepiring nasi

2023

 

INDONESIAKU DEMAM

Indonesiaku demam.
Semalaman kukompres memakai selendang
bekas karnaval tujuh belasan satu tahun silam
Kubaringkan di anyaman tikar daun pandan.
Mulutnya tak henti merintih.
Mengerang merasakan panas sekujur badan

Paracetamol sudah kuminumkan.
Kuning telor ayam kampung plus madu pun
sudah kutuang di tenggorokan.
Demamnya tak kunjung menghilang.
Panasnya kian tinggi tak terkendali

“Mungkin aku harus mati setelah ulang tahun kulewati.”
Dia terus menceracau tentang kematian
Kutenangkan dengan sedikit elusan dan pijitan
“Kau tak akan mati.
Kalau kau mati hari ini, aku tak bisa menguburkanmu.
Tak ada lagi tanah pekuburan tersisa.
Semua sudah habis terpesan.
Di luar sana ribuan jasad mengantri di pintu kuburan
menunggu giliran dikebumikan.”

Kuhibur dengan nyanyian.
Pelan. Hampir tak terdengar
“Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia…. ”

Matanya terpejam, wajahnya tak lagi tegang.
Bibir pucatnya terlihat senyum.
Kutarik selimut menutupi tubuhnya.
Kukecup kening penuh kerutan penderitaan.
“Lekas sehat Indonesiaku.”

2023

 

BIODATA

Sulistyo. Lahir dan besar di Kudus, Jawa Tengah. Buku kumpulan puisi tunggalnya: Episode Bulan (2012), Aku Ingin Kembali Menulis Puisi (Intishar Publishing, 2020), Sajak Pendek untuk Tuhan (Intishar Publishing, 2021), Jejak (Intishar Publishing, 2021), Suatu Ketika (Gemala, 2022) Masih Ada Hujan di Pagi Bulan Juni (Gemala, 2022), dan Lelaki dengan Seribu Kucing di Kepalanya (Ruang Aksara Media, 2022). Berprofesi sebagai Disc Jockey.
Email: [email protected]

Gede Gunada lahir di Desa Ababi, Karangasem, Bali, 11 April 1979. Ia menempuh pendidikan seni di SMSR Negeri Denpasar. Sejak 1995 ia banyak terlibat dalam pameran bersama, antara lain: Pameran Kelompok Komunitas Lempuyang di Hilton Hotel, Surabaya (1999), Pameran “Sensitive” Komunitas Lempuyang di Danes Art Veranda, Denpasar (2006). Ia pernah meraih penghargaan Karya Lukis Terbaik 2002 dalam Lomba Melukis “Seni itu Damai” di Sanur, Bali; Karya Lukis Kaligrafi Terbaik 2009 dalam Lomba Melukis Kaligrafi se-Indonesia di kampus UNHI Denpasar.

——————-

Rubrik Sastra “Bali Politika” menerima sumbangan tulisan berupa puisi (minimal 5 buah), cerpen, esai/artikel (seni, sastra, budaya) dan resensi buku. Tulisan disertai biodata (maksimal 5 baris) dikirim ke email [email protected]. Tulisan yang lolos seleksi akan dimuat secara bergiliran seminggu dua kali (biasanya setiap hari Rabu dan Sabtu). Untuk sementara, “Bali Politika” belum bisa memberikan honor kepada para penulis yang karyanya dimuat. Namun sebagai apresiasi, khusus untuk puisi, “Bali Politika” berencana menerbitkan puisi-puisi terbaik dalam sebuah antologi puisi setiap tahunnya. Rubrik ini diasuh oleh Wayan Jengki Sunarta.

Info tambahan: puisi-puisi yang dimuat sepanjang tahun 2022 akan dipilih, dibukukan, dan diluncurkan pada Juni 2023 bertepatan dengan ulang tahun Bali Politika.

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!