Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

PuisiSastra

PUISI-PUISI NANANG SURYADI

Ilustrasi: Wayan Jengki Sunarta

 

YANG BERKIBAR

Yang berkibar adakah bendera, tanda kemuliaan harkat martabat, atau sekedar kesombongan, keangkuhan menunjukkan kuasa. Yang berkibar adakah cinta yang berkibar kibar sepenuh cinta, damai semesta, manusia yang mulia dengan kemanusiaannya. Yang berkibar adakah keadilan bagi seluruh umat manusia. Adakah berkibar di angkasa. Di hatimu yang seluas angkasa.

 

KOBAR KABAR

Kabarkan atau kobarkan? Bukan sekedar berkabar tapi diam diam dinyalakan api. Hingga berkobar. Hingga berkobar. Sebuah kabar menjelma api yang berkobarkobar. Siap sedia membakar. Sumbu sumbu pendek sumbu sumbu panjang. Sumbu yang di ujungnya penuh mesiu.

Apa kabar, ujar dinamit, kau tahu siapa penciptaku?

 

YANG MENANTANG

Siapa bisa tahan diombang ambing ombak kehidupan. Menari di laut badai. O engkau yang menantang langit. Menantang segala yang membuatmu pedih. Membuatmu perih. Engkau tertawa terbahak menantang dirimu sendiri.

 

YANG BERGEGAS

Karena cemas engkau bergegas? Sabarlah sebentar. Hari masih pagi. Masih dini hari. Bahkan matahari belum juga menampakkan diri.

Tapi mungkin bukan karena cemas engkau bergegas. Menempuh jalan sunyi. Menempuh jalan terjal mendaki. Menempuh jalan menemui diri sejati.

 

YANG MENEPI

Menepi. Menyepi. Menemukan diri sendiri. Menelusur urat nadi. Jika puisi tak lagi di jalan sunyi. Gaduh ramai tak terperi. Menepilah menepi. Hingga lelah terobati istirah. Hingga tatap mata terasa cerah. Hingga hidup kembali gairah.

 

PENYAIR, BERI AKU PUISI

Udara dingin. Nyeri dan ngilu tulang. Pikiran kalang kabut melayang. Adakah puisi yang menjelma pendiang. Kata kata membayang menghambur menghablur. Mampukah puisi menghibur?

Penyair, beri aku satu puisi. Yang mengapi. Menghangatkan jiwa ini.

 

 

BIODATA

Nanang Suryadi, lahir di Pulomerak, Serang pada 8 Juli 1973. Buku puisinya: Sketsa (HP3N, 1993), Sajak Di Usia Dua Satu (1994), dan Orang Sendiri Membaca Diri (SIF, 1997), Silhuet Panorama dan Negeri Yang Menangis (MSI,1999) Telah Dialamatkan Padamu (Dewata Publishing, 2002), Cinta, Rindu dan Orang-orang Yang Menyimpan Api dalam Kepalanya (UB Press, 2010), BIAR! (Indie Book Corner, 2011), Yang Merindu Yang Mencinta (Nulisbuku, 2012), Derai Hujan Tak Lerai (Nulisbuku, 2012), Kenangan Yang Memburu (Nulisbuku, 2012), Penyair Midas (Hastasurya, 2013).

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!