Ilustrasi: Handy Saputra
Lipatan Waktu
hanya potret
melengkung bisu
jauh berkunjung ke masa kini
mata rembulan begitu penat
sebening lentera redup
pancarkan cahaya
seakan ingin bersujud
menanti doamu
: Sang Penyair
ribuan aksara tersudahi
merapal zikir dari garis-garis angin
tanganmu berkelindan di kertas putih
seperti lipatan usia
menuju serpihan cinta
menguap di kudapan waktu
pengap ditelan tanah-tanah pusara
kita hanyalah dua aksara
: debu dan kotoran yang melekat
2023
Etalase Aksiologis
biarkan kereta berlari
tinggalkan lorong-lorong persembunyian
secepat kata-kata menjadi rak ingatan
merapal masa jadi hedonis
dan memulai sukacita
di secarik kertas aksiologis
anjing pun menyalak di keheningan malam
bagai postulat kemenangan
seakan mengisyaratkan pikiran manusia tidak lagi rasional
semesta alam disembah
sebab tradisi tidak lagi
serupa nilai hidup: alegori?
hanyalah ikatan kata-kata
yang kita baca diksi
hari-hari berlalu tinggalkan musim
kayu dan bebatuan adalah nasihat zaman
kini mengurung diri dalam kredo filsuf
tak ada jalan, pintu sesat!
berkali-kali nubuat nabi hanyalah tafsir sakral
dituangkan dalam kitab usang
mungkin zaman enggan membacanya
hidup bagai merayakan perjalanan
sejauh mata memandang
peradaban senantiasa beranjak
tinggalkan kepingan musim
mendekam erat dalam evolusi
melukis wajah: etalase aksiologis!
Malang, 2023
Orkestra Hujan
mimpi beranjak, daun-daun tertelungkup
rebah di tangan cahaya
riuh angin mengalir serupa nada
mengalir jerit panjang senandungkan kegelisahan
mataku kian sembab, lampu mulai redup
merintih di antara kata-kata sunyi
kususuri jalan, mengais rindu
kata demi kata berdetak searah waktu
untukmu, kubenamkan mimpi baru
dari pertikaian angin, kita nyanyikan lagu
hingga merasuk ke ubun-ubun kepala
ingatan kita serupa perjalanan musim
di ufuk senja, angin menadah petikan cakrawala
bagai memancar cahaya di lentik bening wajahmu
mengalun dari kelembutan jemari
dan puisi kita bergelayut
memainkan orkestra, menggigil kuyup
diterjang hujan yang tiba-tiba mengguyur
Malang, 2023
BIODATA
Vito Prasetyo dilahirkan di Makassar, 24 Februari 1964. Bergiat di penulisan sastra sejak 1983. Tulisan-tulisannya dimuat di Koran Tempo, Media Indonesia, Jawa Pos, Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Republika, Solopos, Bali Politika, dll. Tahun 2022, ia meraih Juara 3 Lomba Cipta Puisi yang digelar Yayasan Hari Puisi Indonesia.
Handy Saputra lahir di Denpasar, 21 Februari 1963. Pameran tunggal pertamanya bertajuk The Audacity of Silent Brushes di Rumah Sanur, Denpasar (2020). Pameran bersama yang pernah diikutinya, antara lain Di Bawah Langit Kita Bersaudara, Wuhan Jiayou! di Sudakara Artspace, Sanur (2020), Move On di Bidadari Artspace, Ubud (2020), Argya Citra di Gourmet Garage (2021).